Cara Membuat CV untuk Pemula, Ini Kalimat yang Tak Boleh Diucapkan saat Wawancara Kerja

Berikut ini cara membuat CV untuk pemula dan belum punya pengalaman kerja, cocok bagi kamu fresh graduate.

Editor: Muji Lestari
freepik
Ilustrasi CV 

TRIBUNJAKARTA.COM - Berikut ini cara membuat CV untuk pemula dan belum punya pengalaman kerja, cocok bagi kamu fresh graduate.

Membuat CV sendiri merupakan poin penting yang digunakan oleh para recruiter untuk menilai apakah calon pelamar memiliki kriteria yang dibutuhkan perusahaan atau tidak.

Maka dari itu cara membuat CV merupakan kunci penting bagi pelamar kerja pemula atau fresh graduate.

Bagi para lulusan baru atau fresh graduate perlu diperhatikan untuk membuat CV semenarik mungkin.

Baca juga: Cara Membuat CV Pakai HP, Cocok untuk Fresh Graduate yang Mau Melamar Kerja

Tak jarang sejumlah pelamar pemula membuat CV asal-asalan sehingga tak menarik bagi recruiter.

Padahal tampilan CV yang menarik dapat memberikan peluang lebih besar untuk masuk ke perusahaan yang dituju pelamar.

Lantas bagaimana cara membuat CV bagi pemula terutama untuk yang belum memiliki pengalaman kerja?

Dirangkum TribunJakarta dari berbagai sumber, berikut hal yang harus diperhatikan saat membuat CV:

Baca juga: Gampang! Begini Cara Membuat CV di Microsoft Word, Praktis Tanpa Software Tambahan

1. Pilih Design yang Simpel

Jika Anda membuka instagram atau platform lain, maka akan banyak sekali jasa design CV menarik yang ditawarkan.

Biasanya mereka akan menawarkan ragam desain dengan warna warni yang menarik.

Bagi Anda yang melamar posisi design grafis, maka design CV yang menarik tentu bisa menjadi nilai tambah.

Namun jika Anda tidak melamar kerja di bidang grafis, sebaiknya hindari CV dengan design yang terlalu mencolok atau berwarna-warni.

Pilih design curriculum vitae simpel dan bisa menjelaskan keseluruhan informasi Anda saat melamar pekerjaan.

Anda bisa menggunakan warna-warna netral yang tidak terlalu mencolok.

Ilustrasi CV.
Ilustrasi CV. (MPSSOFT)

2. Sesuaikan dengan Posisi yang Akan Dilamar

Membuat cv memang tidak bisa satu jenis, apalagi jika Anda berencana untuk melamar pekerjaan di beragam bidang.

Oleh karena itu, agar kualitas cv Anda semakin kuat, cantumkan berbagai pengalaman, pencapaian, serta kemampuan yang sesuai dengan posisi pekerjaan yang dilamar.

Jangan penuhi cv dengan hal-hal yang tidak sesuai karena akan membuat recruiter bingung.

Lebih baik, tuliskan sedikit informasi namun berkualitas dan berhubungan dengn posisi yang dilamar.

Anda juga harus bisa menjelaskannya dengan baik dibandingkan menuliskan banyak pengalaman namun tidak berhubungan dengan posisi yang dilamar.

Baca juga: 6 Cara Membuat CV Agar Mudah Dilirik Perusahaan, Fresh Graduate Wajib Tahu

3. Deskripsikan Diri dengan Singkat tapi Menarik

CV yang menarik umumnya dilengkapi dengan kolom deskripsi diri.

Pada kolom ini kamu bisa menuliskan profil singkat tentang siapa diri kamu, pendidikan terakhir, karakter, keahlian dan kelebihan yang kamu miliki.

Kamu juga bisa menceritakan minat & bakat kamu pada suatu bidang secara singkat dan padat, angkat keunikan atau kelebihan yang kamu punya untuk membangun kesan yang baik di mata HR saat pertama kali membaca.

4. Buat Personal Branding yang Kuat

Salah satu alasan para recruiter menerima pelamar non pengalaman atau pemula karena personal branding yang ditampilkan di cv angat kuat.

Panduan membuat cv lain yang bisa dilakukan yaitu dengan menulis informasi pribadi yang jelas.

Oleh karena itu, saat akan membuat cv, tulis informasi pribadi yang mencerminkan kepribadian Anda dan tentunya selaras dengan kualifikasi posisi yang akan dilamar sehingga membuat para recruiter tertarik untuk merekrut Anda.

Ilustrasi CV
Ilustrasi CV (freepik)

5. Cantumkan Pengalaman yang Relevan

Meskipun tanpa pengalaman kerja, kamu bisa mencantumkan pengalaman dalam berorganisasi, keikutsertaan kompetisi, event atau volunteer. Tapi ingat, harus yang relevan sama posisi kerja yang kamu lamar ya.

Misal nih kalau kamu apply untuk posisi fotografer, kamu bisa menambahkan pengalaman sebagai tim media dan dokumentasi di sebuah acara. Hal itu akan menambah nilai jualmu untuk lolos seleksi CV.

Dengan memiliki pengalaman berorganisasi di sekolah, kampus atau lingkungan masyarakat kamu akan dinilai punya kemampuan bekerja dalam tim dan keterampilan beradaptasi yang baik. Selebihnya bisa kamu ceritakan saat sesi interview nanti.

6. Masukkan Semua Informasi dengan Jujur

Sering nih HR nemuin CV yang nggak sesuai dengan data yang sebenarnya, tepatnya pada proses interview.

Beberapa orang memilih untuk memasukkan informasi palsu / berlebihan untuk menarik HR agar lolos seleksi CV.

Tentu hal ini fatal, sebab data yang kamu masukkan nggak bisa dipertanggungjawabkan saat sesi interview.

HR akan tau benar tidaknya informasi yang diberikan hanya dari penjelasan dan bahasa tubuh yang kamu tunjukkan. Jadilah diri kamu apa adanya ya baik itu di dalam CV.

7. Buat Simple dan To The Point

CV itu nggak perlu berlembar-lembar, cukup satu lembar aja.

HR nggak akan membaca halaman kedua dari CV kamu, jadi rangkum daftar riwayat hidup kamu dengan singkat dan padat, nggak bertele-tele.

Buat poin-poin dari setiap informasi, mulai dari pendidikan, deskripsi singkat, pengalaman organisasi, kepribadian dan keterampilan.

Buat dengan desain yang simple dan menarik, atau yang menggambarkan karakter kamu.

8. Gunakan Format File PDF

Poin terakhir yang tidak boleh dilewatkan saat membuat cv adalah membuat file dalam bentuk PDF.

Walaupun terdengar sepele, nyatanya hal ini sangat penting. Para HRD biasanya tidak memiliki waktu yang luang untuk mendownload file cv yang terlalu besar.

Oleh karena itu dengan merubahnya kedalam format PDF, maka Anda bisa memperkecil ukuran file dan membantu recruiter sehingga file Anda bisa cepat diunduh dan dibaca.

Kalimat yang Tak Boleh Diucapkan Saat Wawancara Kerja

Dilansir Kompas.com, berikut ada beberapa kalimat yang seharusnya tak boleh diucapkan saat wawancara kerja menurut para ahli karir.

“Saya melakukan semuanya”

Tidak memberikan kredit di tempat yang seharusnya bisa menjadi tanda bahaya bagi perekrut.

“Alasan mengapa orang memainkan peran mereka sendiri adalah karena mereka mencoba menjual diri sendiri dalam wawancara."

"Tetapi ada cara untuk menjual diri sendiri sambil tetap rendah hati dan adil,” kata Jocelyn S. Lai, kepala global akuisisi bakat di Duolingo.

Lagipula, jika mencoba untuk mengambil semua kredit, perekrut mudah menguaknya.

Lai mengaku pernah “menangkap basah” orang-orang semacam ini melalui pemeriksaan referensi.

Atau, bisa pula lewat penyelidikan berupa pertanyaan wawancara lanjutan, seperti “Apa peran spesifik Anda dalam proyek yang tidak dapat diklaim oleh orang lain?”

“Kami ingin orang-orang yang tahu bagaimana berkolaborasi dan memberikan penghargaan di tempat yang tepat, terutama jika dia melamar menjadi pemimpin atau manajer,” ujar Lai.

Kendati demikian, kita juga tidak boleh merendahkan diri. Sebab, calon pekerja yang hanya menggunakan pernyataan “kami” saat menjelaskan pekerjaan dapat membuat perekrut mengangkap dia tak berkontribusi.

“Saya hanya membutuhkan pekerjaan"

Banyak orang mencari pekerjaan untuk tujuan keuangan dan stabilitas, namun, menceritakan hal ini kepada perekrut akan membuat kita tertarik pada jenis pekerjaan apa pun, bukan peran spesifik yang dilamar.

“Tidak hanya keputusasaan yang terlihat, perekrut pun mungkin menganggap kandidat tidak memiliki minat yang tulus pada perusahaan dan posisinya,” kata ahli strategi karir dan penulis resume, Tammeca Riley.

“Perusahaan seperti apakah ini? Lalu, bagaimana posisi yang saya lamar?”

Saat mencari pekerjaan, mungkin kita memiliki banyak pertanyaan untuk memperbesar peluang diterima.

Namun, penting untuk mengecek background perusahaan dengan baik.

Mengajukan pertanyaan dasar tentang perusahaan dan deskripsi pekerjaan yang dapat dengan mudah diteliti sebelumnya menunjukkan kurangnya persiapan yang dapat menjadi hambatan besar bagi manajer perekrutan.

Ana Laura Falcon, ahli strategi karir dengan pengalaman akuisisi bakat, mengaku sering menemukan kandidat yang tidak ingat pekerjaan atau jabatan apa yang mereka lamar, dan mengajukan pertanyaan seperti "Perusahaan apa ini?"

Menurut Falcon, selain menunjukkan kurangnya niat dalam posisi tersebut, itu menunjukkan bahwa kita tidak benar-benar tahu apa yang kita cari.

“Saya akan keluar dari topik dan mengatakan pendapat pribadi saya…”

Saat menemukan pertanyaan open-ended, terkadang kita mulai berbicara tentang seluruh hidup dan perjalanan pribadi.

Namun, ini bisa menjadi kesalahan jika tidak relevan dengan pekerjaan yang kita inginkan.

Misalnya, ambil pertanyaan wawancara kerja "Di mana Anda melihat diri Anda dalam lima tahun?" kata Sarah Johnston, salah satu pendiri Job Search Journey.

“Sebagai mantan perekrut perusahaan, saya telah melihat pencari kerja salah langkah di sini dengan memberikan jawaban yang tidak ada hubungannya dengan peran yang mereka wawancarai,” kata dia.

“Pencari kerja biasa berbagi bahwa mereka ingin membuka restoran mereka sendiri, kembali ke sekolah atau mencalonkan diri untuk jabatan politik,” tambah dia.

Dengan kata lain, pertahankan jawaban dengan pekerjaan yang ada.

“Ketika kandidat memberikan informasi pribadi yang tidak relevan dengan pekerjaan atau kualifikasi mereka, itu tidak memberi mereka kesempatan untuk benar-benar membuktikan kualifikasi mereka,” kata Falcon.

“Saya benci atasan lama saya”

Selama wawancara kerja, kandidat harus membangun hubungan baik dengan perekrut.

Namun perlu diingat, mereka bukan teman atau terapis kita, dan tengah mengevaluasi kita untuk suatu pekerjaan.

Ambil pertanyaan wawancara populer "Mengapa Anda mencari perubahan pekerjaan?"

Nah, meski kita sebenarnya mencari pekerjaan untuk menghindari budaya kerja yang beracun atau bos yang tidak masuk akal, jangan terlalu jujur dengan jawaban kita.

Lai mengatakan salah satu alasan mengapa hal ini sering terjadi adalah karena banyak dari kandidat ini tidak memiliki saluran untuk menyampaikan keluhan mereka.

Lalu, jika ada perekrut yang memiliki hubungan kuat dengan kita, tak jarang perekrut “hampir” menjadi terapis bagi mereka.

“Ada oversharing yang terjadi karena mereka merasa sangat nyaman. Tapi ingat, ini masih dalam ruang lingkup professional,” ujar Lai.

Lalu yang terpenting, menjelek-jelekkan atasan sebelumnya dapat mengalihkan topik terpenting. Wawancara itu seharusnya tentang kita, bukan mantan atasan atau rekan kerja kita.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved