Kisah Bu Guru Tinggal Bersama Anak di Kebun: Tak Bisa Tidur Nyenyak Diliputi Ketakutan Tiap Malam

Seorang ibu guru bersama seorang anaknya harus menahan ketakutan tiap malamnya.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
Youtube TNI AD
Herlina Susanti, Guru SDN 1338/VIII Sungai Bengkal, Kabupaten Tebo, Jambi yang tinggal di tengah kebun. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Seorang ibu guru bersama seorang anaknya harus menahan ketakutan tiap malamnya.

Hal itu karena tempat tinggalnya berada di tengah kebun di daerah pelosok yang sulit diakses kendaraan.

Tak ada tetangga kanan kiri dari ibu guru itu yang membuatnya hidup dengan diliputi ketakutan.

Itulah yang dirasakan Herlina Susanti, Guru SDN 1338/VIII Sungai Bengkal, Kabupaten Tebo, Jambi.

"Saya kebetulan tinggal di kebun karena waktu dulu saya ikut suami.

Baca juga: Perjuangan Siswa di Pelosok Jambi: Tempuh 15 KM Demi Bersekolah di Tenda Darurat & Beralaskan Lumpur

Tapi sekarang suami saya sudah pergi dan kami masih bertahan di kebun," kata Herlina dilansir TribunJakarta.com dari Youtube TNI AD, Kamis (16/12/2021).

"Saya hanya tinggal berdua bersama anak saya, enggak ada tetangga," lanjut dia.

Karena itulah, Herlina mengaku tiap malamnya diliputi rasa ketakutan.

Herlina Susanti, Guru SDN 1338/VIII Sungai Bengkal, Kabupaten Tebo, Jambi yang tinggal di tengah kebun.
Herlina Susanti, Guru SDN 1338/VIII Sungai Bengkal, Kabupaten Tebo, Jambi yang tinggal di tengah kebun. (Youtube TNI AD)

Apalagi kondisi rumahnya juga sudah memprihatinkan.

Rumah berdinding kayu yang ditempati bu guru itu sudah rapuh sehingga kerap bocor saat hujan.

Belum lagi adanya ancaman dari binatang mengingat lokasi rumahnya yang ada di tengah kebun.

"Terkadang kalau malam hari gabisa tidur nyenyak karena saya seorang wanita terkadang ada rasa takut," ucap Herlina.

Rumah Herlina Susanti, Guru SDN 1338/VIII Sungai Bengkal, Kabupaten Tebo, Jambi yang berada di tengah kebun dengan kondisi memprihatinkan.
Rumah Herlina Susanti, Guru SDN 1338/VIII Sungai Bengkal, Kabupaten Tebo, Jambi yang berada di tengah kebun dengan kondisi memprihatinkan. (Youtube TNI AD)

Tapi kini ketakutan Herlina sudah sedikit terobati karena telah dibangunkan rumah melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD).

Sekarang rumah barunya itu juga sudah dekat permukiman warga lainnya sehingga membuatnya tak lagi ketakutan tiap malamnya.

Baca juga: Ada Ironman, Thor dan Captain America Hibur Siswa SD yang Takut Suntik Vaksin Covid-19 di Jaksel

"Setelah rumah saya dekat, saya bisa cepat sampai ke sekolah," kata dia.

Perjuangan Siswa Menuju Sekolah

Tinggal di dekat perusahaan tambang tak membuat warga sekitar merasakan pembangunan.

Hal itu yang dialami oleh anak-anak usia sekolah di Dusun Simpang Semangko, Kelurahan Sungai Bengkal, Kabupaten Tebo, Jambi.

Setiap harinya mereka harus menempuh jarak sejauh 15 kilometer untuk mencapai ke sekolah mereka yang berdiri di atas tenda darurat dan beralaskan tanah.

Tanah itu berubah menjadi lumpur bila hujan turun yang membuat anak-anak di sana harus bersekolah tanpa alas kaki.

Sekolah di Dusun Simpang Semangko, Sungai Bengkal, Jambi yang dibangun program TMMD.
Sekolah di Dusun Simpang Semangko, Sungai Bengkal, Jambi yang dibangun program TMMD. (Youtube TNI AD)

Lokasi Dusun Simpang Semangko memang berada di daerah terpencil Jambi.

Mayoritas warga di sana bekerja sebagai petani dan buruh di perusahaan tambang.

Meski kekayaan alam wilayah itu dikelilingi sawit dan karet namun tak berdampak dengan infrastruktur layak di sana.

Baca juga: Lihat Ibunda Menangis Sesegukan di Samping Peti Jenazah, Sikap Adik Kecil Laura Anna Banjir Pujian

Ika Pratiwi, guru di SDN Sungai Bengkal mengakui memang dilematis mengajar di tenda darurat semacam ini.

"Kendala belajar tenda kalau tendanya digulung ke atas, anak-anak pada enggak fokus karena matanya ngelihat keluar.

Kalau diturungkan angin kencang," kata Ika Pratiwi dilansir TribunJakarta.com dari Youtube TNI AD, Kamis (16/12/2021).

Perjuangan makin berlipat ketika hujan datang dan membuat pelajaran sedikit terganggu.

"Kalau hujan sekolah air masuk, berlumpur, kita gabisa pakai sepatu dan rok digulung," tuturnya.

Beruntungnya, lanjut dia, meski keadannya terbatas tak membuat siswa-siswanya patah semangat.

"Meskipun belajar di dalam tenda, anak-anak tetap semangat," kata dia.

Kevin Harianto, salah seorang siswa SDN Sungai Bengkal mengaku sudah terbiasa dengan keterbatasan yang ada di sekolahnya.

Suasana siswa di Dusun Simpang Semangko, Sungai Bengkal, Jambi yang harus bersekolah di tenda darurat.
Suasana siswa di Dusun Simpang Semangko, Sungai Bengkal, Jambi yang harus bersekolah di tenda darurat. (Youtube TNI AD)

"Kotoran burung itu masuk menempel di meja, kami membersihkannya.

Dan setiap kalau hujan banjir masuk ke kelas karena hujannya terlalu deras," kata dia.

Program TMMD

Keterbatasan yang ada di Dusun Simpang Semangko, Kelurahan Sungai Bengkal, sedikit terbantu dengan adanya kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD).

Yang paling nyata dirasakan anak-anak sekolah yakni jarak tempuh mereka ke sekolah yang kini menjadi lebih dekat.

Bila dulu jarak rumah mereka ke sekolah ditempuh sejauh 15 kilometer.

Maka sekarang dengan dibukanya akses jalan oleh program TMMD jarak tempuh menjadi hanya 5 kilometer.

Baca juga: Didampingi Pengacara, Ayahanda Gaga Muhammad Melayat ke Rumah Duka Laura Anna

Selain jalan, masjid dan sekolah yang ada di sana juga direnovasi.

Tenda darurat yang tadinya menjadi sekolah anak-anak kini sudah digantikan dengan bangunan permanen.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved