Sisi Lain Metropolitan

Kisah Natalius Pigai Nekat Kuliah di Yogya Modal Rp 300 Ribu, Didoakan Sang Ibu Jadi Gubernur

Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menceritakan bagaimana perjuangannya dan doa sang ibunda kala dirinya merantau dari papua menuju Yogyakara

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
Tribun Jakarta
Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menceritakan bagaimana perjuangannya dan doa sang ibunda kala dirinya merantau dari papua menuju Yogyakara 

TRIBUNJAKARTA.COM - Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menceritakan bagaimana perjuangannya dan doa sang ibunda kala dirinya merantau dari papua menuju Yogyakara

Lahir dan besar di Papua, Natalius Pigai menghabiskan sebagian masa mudanya di Yogyakarta.

Dia lima tahun mengenyam pendidikan di salah satu universitas di Yogyakarta mulai tahun 1994.

Namun semua itu tak didapat Natalius Pigai dengan gampang.

Banyak perjuangan yang dilaluinya bahkan sampai harus merasakan sel di kapal karena dirinya yang tak ada biaya.

Baca juga: Tiga Ritual Natalius Pigai Didik Anak di Rumah, Kini Buah Hatinya Sukses Beasiswa di Luar Negeri

Hal itu diceritakan Natalius Pigai di acara Tribun Corner Podcast di kantor Tribun Bogor, Rabu (2/2/2022).

Natalius Pigai bercerita, selama mengenyam pendidikan sejak SD sampai SMA di Papua, dia tergolong anak yang cerdas.

Dia merupakan alumni dari SMAN 1 Wamena.

Mantan Komisioner Komnas Ham, Natalius Pigai saat bercerita di acara Tribun Corner Podcast.
Mantan Komisioner Komnas Ham, Natalius Pigai saat bercerita di acara Tribun Corner Podcast. (Tribun Jakarta)

Bahkan, aktivis HAM itu mengaku hanya menghabiskan waktu tiga tahun untuk menamatkan pendidikan jenjang SD di Kabupaten Paniai, Papua.

Kepintarannya itu membuat Natalius Pigai bersikeras untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Namun rencananya itu sempat terhalang karena faktor biaya.

Kendati anak seorang camat di Papua, kehidupan Natalius Pigai sangatlah sederhana.

Ibunya merupakan pedagang sayuran di pasar tradisional.

Saat Natalius Pigai muda minta ingin kuliah, dia hanya diberikan uang Rp 5000 oleh ibunya.

Baca juga: Natalius Pigai Cerita Masa Kecil di Papua: Sekolah SD Hanya 3 Tahun tapi Pindah 7 Kali, Kok Bisa?

"Ibu saya kasih Rp 5000 waktu itu karena bapak saya belum pulang udah hampir 6 bulan, dia itu dinas di desa terpencil," kata Natalius Pigai menceritakan perjuangannya untuk kuliah.

Uang Rp 5000 tentunya tak cukup untuk biaya dia merantau ke Jawa.

Natalius Pigai makin panas ketika melihat rekan-rekan sekolahnya banyak yang melanjutkan pendidikan ke sejumlah kota besar di Indonesia.

"Teman saya yang tidak pintar ada yg ke Jayapura, ke Jawa, ke Makassar, ke Manado, tapi saya masa tidak.

Disitu saya cemburu, saya menangis," tutur Natalius Pigai.

Mantan Komisioner Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai di sekretariat nasional (Seknas), Hos Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/3/2019
Mantan Komisioner Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai di sekretariat nasional (Seknas), Hos Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/3/2019 (Tribunnews.com/ Rina Ayu)

Didoakan jadi gubernur

Melihat keinginan Natalius Pigai yang begitu kuat untuk kuliah, sang ibu akhirnya menuju Nabire untuk menjual hasil dagangannya.

Uang tersebut sebesar Rp 300 ribu kemudian diserahkan ke Natalius Pigai untuk bekalnya merantau ke Jawa.

"Kamu bawa uang 300 ribu ini, kamu akan jadi sukses," ucap Natalius Pigai menirukan pesan ibundanya kala itu.

Tak hanya itu, Natalius Pigai menyebut ibundanya juga mendoakannya akan menjadi seorang gubernur di kemudian hari.

"Suatu saat ada momentum dimana kamu akan bertanding.

Tuhan kasih kamu pakaian putih, baju putih, celama putih dan kamu akan pegang tongkat, disini bintang (pundak)

Kamu akan jadi gubernur," lanjut Natalius Pigai menceritakan ucapan ibundanya.

Baca juga: Dikenal Keras Kritik Pemerintah tapi Tak Tersangkut Hukum, Natalius Pigai: Saya Punya Kompetensi

"Mamah akan selalu ada di sampingmu, temanmu saja bisa," sambung Natalius Pigai sambil meneteskan air mata kala menceritakan doa sang ibunda kepadanya.

Dipenjara di kapal

Bermodalkan uang Rp 300 ribu dan doa sang ibunda, Natalius Pigai nekat berangkat ke Jawa dengan kapal laut.

Namun di dalam kapal itu, Natalius Pigai merupakan penumpang ilegal karena tak membeli tiket.

Alhasil dia harus selalu kucing-kucingan dengan petugas kapal.

Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menceritakan bagaimana perjuangannya dan doa sang ibunda kala dirinya merantau dari papua menuju Yogyakara
Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menceritakan bagaimana perjuangannya dan doa sang ibunda kala dirinya merantau dari papua menuju Yogyakara (Tribun Jakarta)

"Pas pemeriksaan tiket di kapal, saya sembunyi," tutur Natalius Pigai.

Namun aksi nakal Natalius Pigai itu terbongkar saat kapal berada di Makassar, Sulawesi Selatan.

Natalius Pigai yang ketahuan tak memiliki tiket kemudian dijebloskan ke penjara yang ada di dalam kapal.

Seolah diberi jalan demi menuntut ilmu, saat berada di penjara kapal, Natalius Pigai dibantu oleh seorang marinir yang berasal dari Papua.

Awalnya, dia belum tahu mengenai pekerjaan pria itu.

Natalius Pigai awalnya meminta bantuan karena sama-sama berasal dari Papua.

"Disana ada satu kakak dari Papua, saya bilang, kakak saya ditahan karena saya gapunya uang. Saya mau kuliah," kata Natalius Pigai.

"Rupanya dia marinir, dia orang Serui, namanya Marten.

Baca juga: Sisi Lain Kehidupan Natalius Pigai: Sesibuk Apapun Wajib Tidur di Rumah dan Makan Malam Bersama Anak

Dia todong pistol ke petugas kapal, minta saya dibebasin karena saya mau sekolah," lanjut dia.

Usai dibebaskan sang marinir, Natalius Pigai pun aman sampai akhirnya kapal mendarat di Jakarta usai berlayar selama 7 hari dari Papua.

Dia bahkan diantarkan oleh sang marinir itu menuju Terminal Pulogadung menuju Yogyakarta.

"Di terminal Yogya saya jalan kaki sampai stasiun Yogya.

Disana saya tanya ke satpam dimana kampus, saya masuk kuliah," tutur Natalius Pigai.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved