Masyarakat Beralih ke Pertalite Imbas Naiknya Harga Pertamax, Menteri BUMN Erick Thohir Buka Suara
Menteri BUMN, Erick Thohir, angkat bicara terkait banyaknya masyarakat yang beralih dan menggunakan Pertalite imbas dari naiknya harga Pertamax.
Penulis: Dwi Putra Kesuma | Editor: Jaisy Rahman Tohir
lihat foto
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma
TRIBUNJAKARTA.COM, BEJI – Menteri BUMN, Erick Thohir, angkat bicara terkait banyaknya masyarakat yang beralih dan menggunakan Pertalite imbas dari naiknya harga Pertamax.
Dijumpai wartawan usai meresmikan apartemen di kawasan Margonda, Beji, Kota Depok, Erick dengan santai menyebut bahwa tidak ada yang perlu diributkan terkait naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) ini.
“Saya rasa kalau kita bicara kebutuhan BBM kan pemerintah sudah bilang, sumbernya cukup tidak perlu rebut-ribut, dan pemerintah hadir bagaimana Premium diganti ke Pertalite, bagus Premium atau Pertalite? Pertalite kan,” kata Erick di lokasi, Sabtu (2/4/2022).
Erick mengatakan, pertalite juga termasuk bahan bakar yang minim dampaknya terhadap polusi dan kerusakan udara.
“Apalagi pertalite ini juga termasuk BBM hijau, sehingga yang namanya kerusakan udara, polusi bisa dikurangi,” jelasnya.
“Salah satu kemahalan tentu kita manusia dalam kehidupan kesehatan, kalau udaranya ini tidak baik tentu tidak juga positif untuk itu. Jadi Pertalite itu kurang apa, pemerintah mengganti Premium ke Pertalite, nah lalu sekarang saya mau tanya sepantasnya harga Pertamax berapa?” sambungnya lagi.
Baca juga: Dianggap Gurauan, Pria Ini Betulan Guyur Pertalite ke Tubuh Kakak Perempuan hingga Berakhir Tragis
Lebih lanjut, Erick berujar pemerintah juga telah hadir sehingga BBM Pertamax naik menjadi Rp 12.500 per liternya.
“Kemarin naik Rp 16 ribu kan harga BBM nya naik, tapi pemerintah berapa harganya Rp 12.500 per liter berarti artinya pemerintah peduli, pemerintah hadir,” tuturnya.
“Kalau masalah Pertamax, Pertalite, kemarin kita ketuk para orang kaya, para orang mampu ayo berpartisipasi bagaimana kita bisa membantu yang memang membutuhkan subsidi. Sama ketika vaksin, banyak juga perusahaan-perusahaan yang mampu membeli vaksin tidak memakai yang gratis, agar rakyat dapat yang gratis,” pungkasnya.
