Kisah Kundil saat Persiapan Pildun Amputasi: Nyebrang Rel Kereta Ilegal hingga Tunggu Uang Saku Cair
Perjuangan Timnas Sepakbola Amputasi menembus Piala Dunia 2022 di Turki dilalui dengan jalur terjal.
Nyebrang rel ilegal
Meski tak mendapatkan kesetaraan fasilitas lantaran belum mendapatkan perhatian pemerintah kala itu, Kundil dan para pemain lain sempat mendapatkan dukungan dari sejumlah pihak.
Salah satunya dari anggota DPR yang memfasilitasi mereka latihan di lapangan Kompleks DPR dan bus menuju ke sana.
Namun, untuk menikmati fasilitas tersebut pun butuh perjuangan.

Mereka harus berjalan kaki 1 km lebih menuju jalan raya lantaran akses masuk menuju mess sempit hanya serupa labirin.
Tak ada pilihan selain berjalan kaki dan menyebrangi rel kereta api ilegal di Pasar Minggu.
Baca juga: Garuda INAF Lolos Piala Dunia, Terungkap Ada Peran Besar Persaj: Klub Sepak Bola Amputasi di Jakarta
Kundil mengaku ketar ketir juga setiap latihan harus melewati rel kereta api ilegal itu dengan keadaan tubuhnya yang disabilitas.
"Ya syok juga harus nyebrang rel kayak gitu kan. Motong jalur rel agar bisa naik bus. Butuh tenaga ekstra harus jalan kaki juga. Setiap mau nyebrang, 'Ayok cepet-cepet, kayak kancil saja'," ceritanya.
Ia berharap pemerintah bisa lebih memerhatikan kondisi persepakbolaan amputasi di Indonesia. Khususnya dukungan fasilitas serta finansial yang baik.
Sebab, mereka terbukti mampu mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional lewat sepakbola.
Selain itu, semoga uang saku pemain saat pentas di kualifikasi Dhaka, Bangladesh segera cair.
Kisah bertahan dari 'Nyablon'
Hidup terlahir dengan kondisi cacat bukan sebuah akhir bagi Bang Kundil.
Harapan berdiri di atas kaki sendiri meski hanya satu kaki yang membuat dirinya tetap hidup.