Perempuan Level Up Beri Apresiasi untuk Kartini Masa Kini dari Berbagai Profesi
Shandy Purnamasari gandeng Perempuan Level Up memberikan penghargaan untuk wanita dari berbagai profesi sebagai bentuk apresiasi kartini masa kini.
Penulis: Fransisca Andeska Gladiaventa | Editor: AMALIA PURNAMA SARI
TRIBUNJAKARTA.COM – Tak hanya dikenal lewat bisnisnya, Shandy Purnamasari, sosok dibalik Magic for Skin (MS) Glow kerap menginspirasi sekitarnya lewat komunitas Perempuan Level Up.
Perempuan yang merupakan salah satu pebisnis dan filantropis wanita yang sekaligus founder dari Perempuan Level Up mengundang para wanita dari berbagai profesi sebagai 10 Kartini versi Perempuan Level Up.
Acara yang diadakan di Juragan 99 (J99) Tower ini juga disiarkan secara LIVE melalui Instagram @shandypurnamasari dan @perempuanlevelup tersebut bertujuan mengapresiasi para wanita yang menjadi sosok istimewa berkat kemandirian, value, dan inspiratif lewat pekerjaan yang mereka lakukan.
Baca juga: Hari Kartini, KPPG Minta Isu Perlindungan Perempuan dan Anak Dibahas di Forum G20
Penghargaan diberikan kepada wanita yang datang dari berbagai profesi, mulai dari bidan, perias, ibu lurah, penulis program televisi (TV), asisten rumah tangga, buruh cuci, penjual sayur, penjahit, guru mengaji serta pengemudi ojek online wanita.
“Kami ingin memberikan apresiasi pada mereka yang berharga dan berjasa sekecil apapun kontribusi mereka, mereka tetap bernilai tidak untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain,” kata Shandy dalam keterangan tertulis yang diterima oleh tribunjakarta.com, Jumat (22/4/2022).
Dalam acara tersebut, Shandy juga bercerita bahwa dibalik terbentuknya komunitas Perempuan Level Up yang bertepatan pada hari perempuan Internasional, Selasa (8/3/2022) lalu adalah untuk memotivasi perempuan supaya lebih memiliki nilai, berani, independent, dan mandiri.
Hal itu dikarenakan perempuan di Indonesia tetap harus meneruskan perjuangan yang sudah ada sejak digaungkan oleh Raden Ajeng (RA) Kartini.
Shandy mengatakan, Sari yang merupakan asisten rumah tangga (ART) dan Halimah yang berprofesi sebagai penjahit sejak 30 tahun lalu begitu menginspirasi karena tetap konsisten dalam pekerjaan dan terus berjuang untuk diri sendiri dan keluarga.
Baca juga: Mengenal Kartini Masa Kini, Kompol Yunita: Satu-satunya Wakapolres Perempuan di Wilkum PMJ
“Dari mereka berdua saya belajar bahwa perempuan profesinya macam-macam dan saya melihat bahwa profesi mereka merupakan pekerjaan yang mulia,” ujar Shandy.
Selain itu, Shandy juga menegaskan bahwa perempuan harus bisa percaya diri karena perempuan memiliki nilai masing-masing.
Melihat perjuangan para perempuan Indonesia, Shandy akhirnya mendirikan Perempuan Level Up untuk memfasilitasi para perempuan dengan menyediakan wadah untuk belajar secara gratis.
Ia mengatakan bahwa wanita sudah seharusnya menjadi sosok yang mandiri, memiliki nilai dan tidak bergantung pada siapapun. Ia juga ingin membekali para perempuan dengan beragam kemampuan dasar.
Baca juga: Kartini Zaman Now, Kisah Para Sopir Bus Wanita: Rela Pergi Jauh Setiap Hari Demi Nafkahi Anak
Maka dengan komunitas ini nantinya akan menjadi sebuah zona aman dan nyaman yang menjadi sarana untuk saling berbagi dan menguatkan sesama perempuan.
Diharapkan kedepannya, secara rutin, Perempuan Level Up ini akan terus memfasilitasi dengan berbagai kelas dan seminar khusus bagi para wanita.
Beragam kegiatan juga akan diadakan demi memberikan bekal bagi para wanita lewat kelas pengenalan diri, kelas bisnis dasar, dan kelas sosial media.
Tak hanya itu, nantinya akan ada berbagai kegiatan lain yang akan diadakan sesuai dengan permintaan dari anggota, seperti kelas belajar make up dan masih banyak kelas lainnya yang akan mulai dilakukan secara berkala pada bulan Mei mendatang.
10 Kartini versi Perempuan Level Up
1. Rousantya (29 tahun) - Bidan
Seorang Bidan yang bekerja di rumah sakit swasta ini telah membantu menangani lebih dari 500 kelahiran. Rousantya juga pernah membantu kelahiran ibu-ibu tuna wisma secara cuma-cuma sampai proses pemulihannya sempurna.
2. Yelis Safitri (30 tahun) - Penulis program TV
Yelis adalah seorang perempuan muda yang bekerja sebagai penulis. Baginya profesi penulis sering sekali diabaikan, padahal penulis adalah batang tubuh sebuah karya.
3. Dwina Aggita Lubis (33 tahun) - Make up artist
Perempuan yang disapa Gita ini sudah menekuni dunia tata rias selama delapan tahun. Di era pandemi, pekerjaannya nyaris tidak menghasilkan namun dirinya tetap semangat dan menekuni profesinya, serta mencari peluang baru dengan membuka kelas-kelas make up.
4. Tirkem (45 tahun) - Buruh cuci
Ibu Tirkem mulanya adalah pengusaha warung tegal (warteg) yang kemudian terlibas pandemi. Akhirnya dirinya menyambung kehidupan dengan menjadi buruh cuci di komplek perumahan untuk menghidupi keluarga.
5. Halimah (60 tahun) - Penjahit
Sudah menjadi penjahit sejak tahun 1978, Halimah merasa bersyukur dengan talenta yang dimiliki karena dirinya dapat membiayai keluarga. Bahkan sejak suaminya sudah tidak lagi memiliki penghasilan selama puluhan tahun, Halimah berperan sebagai ibu dan pencari nafkah.
6. Eka (31 tahun) - Pengemudi ojek online
Eka adalah mantan pekerja instansi pemerintah yang dirumahkan. Dirinya mencoba sebagai pengemudi ojek online karena ratusan surat lamarannya tidak ada yang diterima. Eka merasa lebih baik tetap bekerja meski resikonya sangat tinggi.
7. Sari (46 tahun) - Asisten rumah tangga
Sari adalah ART yang menghidupi keluarganya. Dirinya merasa bahagia menjalani peran meski ada beberapa cibiran yang diterimanya, Sari tetap semangat karena dirinya memiliki pekerjaan yang halal.
8. Anita (50 tahun) Pekerja penanganan sarana dan prasarana umum
Sebagai orang tua tunggal, Anita merasa sangat bersyukur tetap mendapatkan pekerjaan sebagai petugas penanganan sarana dan prasarana umum. Meski lelah dan letih, Anita menjalaninya dengan sepenuh hati.
9. Afifah (50 tahun) - Penjual sayur
Afifah sudah menjadi penjual sayur sejak 30 tahun lalu. Dirinya merasa sering diremehkan tetapi bagaimanapun juga pekerjaan ini adalah satu-satunya sumber pendapatan keluarga.
10. Sri Widyastuti (53 tahun) - Guru mengaji
Seorang guru mengaji yang juga kini berperan sebagai pencari nafkah untuk keluarga. Selain itu, Tuti juga sering memberikan kelas mengajar gratis untuk anak-anak di sekitar rumahnya.
