Food Story
Warung Bakso Jedot di Pasar Tanah Abang: Makan Gelap-gelapan di Kolong Tangga, Awas Kepala!
Warung ini membuka lapak di luar Pasar Tanah Abang, tepatnya di bawah tangga dekat Pintu Timur Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, TANAH ABANG - Warung Bakso Jedot di Pasar Tanah Abang terbilang unik.
Pembeli perlu hati-hati bila mau menyantap semangkuk bakso di sana.
Sesuai dengan namanya, kepala bisa benjol lantaran 'kejedot' tembok tangga yang rendah.
Warung ini membuka lapak di luar Pasar Tanah Abang, tepatnya di bawah tangga dekat Pintu Timur Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Pembeli yang datang kerapkali harus menunduk sambil mencari tempat duduk di kolong tangga.
Baca juga: Larisnya Siomay Dua Putera Mang Ujang Tebet, Perlu Antre untuk Beli Kuliner Kaki Lima Ini
Tempat duduk yang ada terbilang sederhana saja. Hanya dua buah bangku kayu panjang tanpa meja.
Pembeli tinggal duduk menunggu pelayan mengantarkan semangkuk bakso.
Sebenarnya, warung ini menyediakan bangku-bangku lain di luar kolong.
Beruntung bagi yang kedapatan bangku itu. Bila tidak, pembeli siap-siap menunduk dan memerhatikan kepalanya.
Sebab, kadang-kadang pembeli sering lupa memerhatikan rendahnya kolong tangga.

"Banyak yang tidak sengaja kejedot," kata pemilik warung bakso, Tamin (42) kepada TribunJakarta.com di warung itu pada Rabu (1/6/2022).
Bila kedapatan makan di bawah kolong, pembeli mau tak mau melahap bakso sambil ditemani pencahayaan yang minim.
Tamin berjualan bakso Jedot ini sudah hampir 15 tahun.
Ia meneruskan usaha dagang bakso orangtuanya di sana.
Sampai sekarang, pembeli tak pernah sepi.

Sebab, makanan berkuah ini sangat cocok di lidah pembeli sehabis lelah belanja di dalam pasar.
"Pembeli kebanyakan emak-emak. Ya ada uang sisa lah buat mampir ke sini habis belanja," tambah pria asal Karawang itu.
Laku keras
Kendati warung makannya agak 'ribet' tetapi justru itu membawa berkah bagi Tamin dan sejumlah pekerjanya.
Letak warung bakso ini strategis tepat di bawah tangga, tempat kaum emak-emak atau pembeli hilir mudik.
Sehabis keluar menenteng belanjaan, mereka duduk memesan bakso.
Tak ayal, dalam sehari, bakso yang dihargai Rp 15 ribu per porsi itu bisa laku 200 - 300 porsi.

"Kalau sehari saya gunakan hampir 15 kg daging sapi. Kalau tanggal merah ditambah 2 sampai 3 kg lagi," ujarnya.
Sejak buka jam 09.00 WIB, warung bakso ini sudah didatangi pembeli.
Warung bakso Jedot biasanya tutup mengikuti jam tutup pasar sekitar jam 17.00 WIB.
Asal Muasal Nama Jedot
Nama jedot sebenarnya tercetus bukan dari penjualnya.
Nama itu berasal dari usul salah satu pembeli yang pernah merasakan tak enaknya kejedot tangga.

"Lagi ada orang makan, 'bang namain aja ini bakso jedot." Yang ngusulin itu pembeli karena dia sering kejedot," ceritanya.
Akhirnya, Tamin menamakan warung baksonya dengan nama Jedot.
Sebelumnya, nama warung bakso itu tak bernama.

Meski para pekerja sempat mencoret-coret tembok dengan tulisan 'Hati-hati kepala kejedot', tetap saja memakan korban.
Jadi, sebelum mencecap nikmatnya semangkuk bakso, ada lirik coretan si pekerja itu.
Kalau tidak, bisa-bisa kepala dapat 'oleh-oleh' sehabis makan bakso.