Warga Miskin di Menteng Dekat Rumah Wapres hingga Dubes Mencapai 18 Ribu Jiwa
Meski 18 ribu jiwa warga miskin di Menteng itu sudah terdaftar di DTKS, namun belum seluruhnya mendapatkan bantuan sosial.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Acos Abdul Qodir
Di rumah reyotnya di RT 001 RW 009 Menteng, Jakarta Pusat, itu, Ta'ang hidup bersama kedua adiknya dan satu keponakannya bernama Muslim (63), Jamaludin (52) dan Bagas (23).
Muslim kini lebih banyak duduk selonjoran beralaskan tikar di bawah lantai semen. Ia sudah tak bisa berjalan. Terlihat ada luka di kaki kirinya yang menganga dan masih basah.
Katanya, luka itu tak kunjung sembuh dan malah makin memburuk.
Karena tak bisa berjalan, Muslim makan dan minum lesehan sambil menonton tv cembung.

Disediakan sebuah wadah untuk Muslim buang air kecil. Bila penuh isinya dibuang oleh penghuni lain.
Jamaludin, juga tak bekerja. Pria berambut gondrong itu dalam kesehariannya hanya menemani kedua kakaknya saja di rumah.
Sementara Bagas, keponakan satu-satunya, sudah lama menganggur. Barangkali hidup anak muda itu terpengaruh oleh lingkungan yang miskin di sekitarnya itu. Sayang memang.
Tak dapat bantuan
Hidup mereka terbilang berat lantaran bantuan jarang mampir ke rumah. Berbagai jenis bantuan tunai seperti Program Keluarga Harapan (PKH) Kemensos dan Kartu Lansia Jakarta belum pernah diterimanya.
Ta'ang mengatakan bantuan yang sering diterimanya hanya bantuan sembako selama pandemi Covid-19 dari Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT) Kementerian Sosial.
Namun, setelah pandemi mereda, bantuan itu tak lagi diterimanya.
"Sekarang sudah enggak dapat, dulu pas Covid masih dikasih," tambahnya.
Rumah Tidak Layak Huni
Rumah Ta'ang terasa begitu pengap dan kotor. Di dalam ruangan itu minim jendela dan pencahayaan. Cahaya dari luar masuk bila pintu depan rumahnya dibiarkan terbuka.
Aroma pesing yang menyengat hidung seketika menguar di ruangan itu.