Ajudan Jenderal Ferdy Sambo Ditembak

4 Tahun Brigadir J Dipercaya Jadi Ajudan Irjen Sambo, Ternyata Orangtuanya Berprofesi Mulia

Sudah empat tahun, Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dipercaya Irjen Ferdy Sambo sebagai ajudan.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
Kolase TribunJakarta
Brigadir J sudah empat tahun dipercaya Irjen Sambo menjadi ajudan. Ternyata orangtua Brigadir J berprofesi mulia. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Sudah empat tahun, Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dipercaya jadi ajudan Irjen Ferdy Sambo

Tugasnya bermula pada tahun 2019 sampai Brigadir J meninggal dunia, pada Jumat (8/7/2022) karena ditembak rekan polisinya, Bharada E.

Brigadir J tewas setelah baku tembak dengan Bharada E di rumah dinas Irjen Sambo di Komplek Polri di Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Sekilas dengan sosok Brigadir J, ia dibesarkan keluarga di esa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi.

Brigadir J lahir dari orangtua yang berprofesi mulia bernama Samuel Hutabarat dan Rosti Simanjuntak.

Baca juga: Tangis Irjen Sambo Dibalas Cium Kening Kapolda Metro Jaya, Istrinya Diduga Dilecehkan Brigadir J

Rosti Simanjuntak berprofesi sebagai guru, sementara Samuel Hutarabat sebagai petani.

Pada tahun 2012, Brigadir J mengikuti tes polisi di SPN Polda Jambi tahun 2012, hingga menjadi anggota Brimob.

Selanjutnya, Brigadir J bertugas di Sarolangun, Jambi, kemudian ditugaskan di Papua selama beberapa tahun.

Brigadir J sudah empat tahun dipercaya Irjen Sambo menjadi ajudan.
Brigadir J sudah empat tahun dipercaya Irjen Sambo menjadi ajudan. (Istimewa)

Ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat mengatakan, sang putra merupakan sniper dan biasa ditugaskan ke daerah rawan.

Hingga akhirnya pada tahun 2019, Brigadir J bertugas di Mabes Polri sebagai ajudan Kadiv Propam Polri dan istrinya.

Dijelaskan sang bibi, Rohani Simanjuntak, keponakannya itu bekerja dengan sangat baik hingga dipercaya menjadi ajudan Kadiv Propam Polri.

"Dilihat Yosua (Brigadir J) bagus sehingga Pak Ferdy Sambo, Kadiv Propam, menarik Yosua jadi ajudan," tutur Rohani Simanjuntak dikutip dari Kompas.com.

Begitu sedihnya Samuel Hutabarat dan Rosti Simanjuntak mendengar kabar putra tersayangnya meninggal dunia.

Tubuh keduanya lemas tak sanggup berdiri melihat peti jenazah berisi sang putra terbaring di ruang tengah rumahnya.

Mata keduanya tak berhenti menangis, mulut pun terus menjerit seolah bertanya-tanya apa yang telah dialami putranya itu.

Apalagi setelah mendengar nasib sang putra yang tewas lantaran ditembak rekan polisinya, tangisan Rosti semakin menjadi-jadi.

Berat rasanya, polisi yang mengantarkan peti jenazah Brigadir J pun menyampaikan duka mendalamnya pada, Sabtu (9/7/2022) sehari setelah insiden berdarah itu.

Baca juga: Ingin Lihat Anak Saya Terakhir Kali Jerit Ibunda Brigadir J Minta Polisi Buka Peti Jenazah Anaknya

Momen Samuel dan Rosti pertama kali melihat jenazah putranya itu pun sempat direkam oleh Rohani Simanjuntak.

Meski sempat dilarang polisi untuk melihat jasad Brigadir J, Rosti tak perduli.

Ia bersikukuh ingin melihat putranya terakhir kali meski dalam bentuk yang sudah tak sempurna lagi.

Orangtua Brigadir J memiliki profesi mulia, yakni guru dan petani.
Orangtua Brigadir J memiliki profesi mulia, yakni guru dan petani. (Kolase Tribunnews.com)

"Biarlah pak, saya sanggup karena saya yang melahirkan, saya akan dikuatkan Tuhan," kata Rosti sambil menangis.

"Kami mau lihat pak jangan dilarang," kata salah satu keluarga.

Sementara polisi mengungkapkan alasan lebih baik jenazah Brigadir J tak dilihat.

Pasalnya, kala itu jenazah Brigadir J sudah dilakukan otopsi.

"Ini maksud saya sudah diotopsi kalau mau dilihat tidak ada gunanya, karena sudah diotopsi sudah dilihat satu per satu. Itu menyarankan, hasilnya juga sudah ada (hasil otopsi), ini untuk kebaikan anak kita ini," jelas polisi.

Karena keluarga terus meminta, akhirnya polisi luluh dan membuka plastik yang membungkus peti jenazah berwarna putih tersebut lalu membuka tutupnya.

Keluarga sebut penuh kejanggalan

Keluarga menilai kematian Brigadir J di rumah dinas Irjen Sambo penuh kejanggalan.

Menurut Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan, Brigadir J ditembak mati rekannya sendiri Bharada E karena diduga melakukan pelecehan dan menodongkan pistol kepada istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo di dekat kamar.

Baca juga: Ini Hari Terakhir Anak Saya Tangis Ibu Brigadir J, Kekeh Minta Polisi Buka Peti Jenazah Putranya

Samuel Hutabarat disampaikan polisi bahwa anaknya menambak secara membabi buta.

Namun hal itu mengganjal di pikiran Samuel Hutabarat. Bagaimana bisa Bharada E lolos dari tembakan tersebut.

"Kalau anak saya yang menembak secara membabi buta, terus kondisi yang ditembak gimana, katanya lagi diperiksa di sana,"

Keluarga merasakan sederet kejanggalan atas kematian Brigadir J.
Keluarga merasakan sederet kejanggalan atas kematian Brigadir J. (Kolase Tribun Jakarta)

"Nah, logikanya kalau jarak 3 meter tidak mungkin tidak kena kalau terjadi baku tembak," ucapnya.

Di sisi lain, Samuel Hutabarat ingin polisi membuka CCTV di tempat kejadian perkara.

Pikirnya, mana mungkin rumah dinas perwira tinggi tak memiliki CCTV.

"Itu kan rumah perwira tinggi, ya tolong diperlihatkan CCTV-nya," ujarnya.

Namun polisi sudah memberikan pernyataan, CCTV di rumah Irjen Sambo itu tak berfungsi sejak dua minggu sebelumnya.

Lebih lanjut, Samuel Hutabarat menyebut masih bisa berkomunikasi dengan sang putra beberapa jam sebelum insiden terjadi.

Saat itu, orangtua dan adik Brigadir J sedang pulang ke kampung halaman di Balige, Sumatera Utara untuk ziarah.

Brigadir J juga aktif memberikan komentar pada setiap foto yang di posting sang adik, pasalnya ia tak bisa ikut lantaran sedang mendampingi keluarga perwira tinggi ke Magelang.

Setelah itu, Brigadir J juga masih memberikan kabar sedang dalam perjalanan menuju Jakarta.

Baca juga: Ayah Brigadir J Ingin Lihat Rekaman CCTV, Polisi Sebut Sedang Rusak Sejak 2 Minggu yang Lalu

Kemudian, mereka menghubungi Brigadir J untuk memastikan apakah sudah tiba di Jakarta.

Namun saat itu Brigadir Yosua tidak bisa dihubungi dan semua kontak di keluarganya telah diblokir.

"Semua di blokir, kakaknya dan yang lainnya diblokir," katanya.

Tidak berselang lama, mereka mendapat kabar Brigadir J telah meninggal dunia.

Informasi meninggalnya Brigadir J didapat keluarga dari adik kandung korban yang berdinas di Mabes Polri, bukannya langsung dari pihak kepolisian.

Terkait proses autopsi, pihak kepolisian juga tak meminta persetujuan orangtua Brigadir J.

Saat jenazah sampai di Jambi, pihak keluarga mendapati Brigadir J sudah dalam kondisi lebam di sekujur tubuh dan luka tembak di dada, tangan, leher dan bekas jahitan hasil autopsi.

"Tidak ada meminta persetujuan keluarga atas autopsi yang dilakukan," katanya.

Meski begitu, kepolisian masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap kronologi yang menewaskan Brigadir J.

(TribunJakarta/TribunJambi)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved