Sisi Lain Metropolitan
Benteng Martello Masih Berdiri di Pulau Kelor: Dulu Batu Bata Dicongkel dan Meriam Dijual Warga
Benteng Martello di Pulau Kelor masih bisa terlihat meski kini sudah pada bocel-bocel akibat ulah warga di tahun 1968. Barang berharga dijual.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, KEPULAUAN SERIBU - Empat pulau di Kepulauan Seribu, Pulau Onrust, Cipir (Kuiper), Kelor (Kerkhof) dan Bidadari (Purmerend) pernah menjadi ladang penjarahan orang-orang tak bertanggung jawab.
Benteng Martello di Pulau Kelor juga menjadi salah satu korbannya meski tidak terlalu parah ketimbang ketiga pulau lainnya.
Beruntung wujud benteng kuno Martello masih bisa terlihat meski kini sudah pada bocel-bocel akibat ulah mereka di tahun 1968.
Batu bata merah yang disusun di benteng bundar itu banyak yang bolong-bolong.
"Waktu tahun 1968, itu warga banyak yang menjarah ke empat pulau itu. Hasil jarahannya dikiloin. Bata-bata dicungkil buat bangun rumah di Pulau Untung Jawa," kata Sejarawan sekaligus Ketua Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali pada Sabtu (16/7/2022).
Baca juga: Benteng Martello di Pulau Kelor, Punya Meriam Bisa Manuver 360 Derajat: Peluru Segede Kepala Manusia
Dulunya, keempat pulau itu memiliki meriam kuno.
Namun sayangnya, meriam-meriam itu main dijual orang tak bertanggungjawab.

Hal itu tertuang dalam buku karya Adolf Heuken berjudul "Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta".
"Hingga 1970-an hampir di semua pulau terdapat meriam kuno, yang dengan ijin penguasa setempat dijual ke toko barang antik atau kepala pedagang besi tua," tulis Heuken.
Pernah Jadi 'Saung' Warga
Keacuhan warga terkait bangunan bersejarah ini berlanjut setelah tahun 1968.

Asep mengenang di tahun 2000-an, saat dirinya berkunjung ke Pulau Kelor, benteng Martello ini layaknya saung.
"Saya waktu ke sini pernah jadi tempat tidur orang. Di dinding-dindingnya udah kayak jemuran, digantungin baju-baju. Warga pada mancing sekitar sini," kenangnya.
Kenangan buruk itu tak boleh terulang lagi di pulau mungil sarat historis ini.
"Sekarang udah rapi ya, bangunan ini di bawah UPT Museum Kebaharian Jakarta," pungkas Asep.
Pulau Kelor punya Martello
Setelah dijadikan pemakaman, pulau ini kemudian didirikan sebuah benteng.

Benteng itu bernama Martello.
"Kemungkinan pemakaman dulu dibuat di Pulau Kelor karena orang Belanda datang ke sini dari tahun 1600-an. Baru kemudian dibangun benteng," kata Asep.
Benteng yang dibangun Belanda pada awal abad ke-19 ini pernah dilengkapi senjata yang terbilang canggih.
Pucuk meriam yang bertengger di atas menara benteng bisa berputar 360 derajat.
Benteng ini dibangun Belanda sekitar tahun 1850 yang berfungsi sebagai sistem pertahanan laut kota Batavia.
Benteng bulat itu mengawasi kapal-kapal yang melintas menuju Pelabuhan Sunda Kelapa, yang konon menjadi bandar termegah se-Asia.

Bola-bola meriam segede kepala manusia dilesakkan dari moncong meriam menembus dinding-dinding kapal hingga bolong.
Dari menara setinggi 9 meter kala itu, banyak disaksikan kapal-kapal yang rebah ke dasar laut akibat ulah meriam itu.
Benteng ini memiliki diameter luar sepanjang 14 meter serta tebal dinding 2,5 meter.
Ribuan batu bata merah yang disusun menjadi benteng anggun ini diproduksi orang pribumi.
Baca juga: Kisah Pulau Kelor: Jadi Tempat Buang Mayat hingga Lokasi Akad Nikah Rio Dewanto dan Atiqah Hasiholan
Benteng Martello dulu juga sempat dibangun di Pulau Onrust, Pulau Cipir dan Pulau Bidadari.
Namun, sisa bangunan benteng ini hanya bisa dilihat di Pulau Bidadari dan Pulau Kelor.
Bisa manuver 360 derajat
Sejarawan dan Ketua Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali, berkisah dahulu Benteng Martello di Pulau Kelor dilengkapi meriam yang canggih.
Meriam itu boleh dibilang berukuran sama seperti meriam si Jagur yang kini dipajang di Museum Sejarah Jakarta.
"Di atas benteng ini sebenarnya dulu ada meriam yang sangat besar. Dia bisa memutar 360 derajat menembak langsung ke arah kapal-kapal musuh," kata Asep kepada TribunJakarta.com saat menjelajah pulau tersebut.
Sekali kena tembakan meriam itu, kapal kemungkinan besar tenggelam.
Namun, kini sisa-sisa konstruksi meriam itu sudah tak terlihat lagi di benteng lantaran sudah runtuh.
Hanya terdapat gelang-gelang di atas menara.
"Gelang-gelang itu untuk mengikat rantai ke meriam supaya meriam bisa bertahan tidak goyang atau loncat," tambahnya.
Benteng Martello ini tak hanya dilengkapi satu meriam yang bisa bermanuver 360 derajat.
Di bagian bawah benteng terdapat empat jendela yang menghadap ke utara dan barat.

Keempat lubang itu menghadap ke Pulau Untung Jawa dan Pulau Rambut; ke arah Banten; Pulau Onrust dan Pulau Cipir; dan ke arah Pulau Teluk Jakarta.
Lubang-lubang benteng berfungsi untuk meletakkan laras meriam.
"Saya lagi cari (fotonya) belum ketemu nih. Karena itu foto lama ya," tambahnya.
Di masa itu, benteng Martello sangat penting sebagai sistem pertahanan yang maksimal.
Dengan bola peluru yang sangat besar, meriam itu siap melubangi bodi-bodi kapal kayu hingga rusak bahkan tenggelam.