Sisi Lain Metropolitan

Kisah Pulau Kelor: Jadi Tempat Buang Mayat hingga Lokasi Akad Nikah Rio Dewanto dan Atiqah Hasiholan

Pulau Kelor dahulu kala menyimpan kisah peperangan dan kematian. Kisah kelam itu kini telah tergantikan oleh keindahan pulau itu di waktu senja.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Pesona sisa-sisa Benteng Martello yang berusia ratusan tahun masih berdiri di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, pada Sabtu (16/7/2022). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, KEPULAUAN SERIBU - Di balik kesunyiannya, Pulau Kelor dahulu kala menyimpan kisah peperangan dan kematian.

Namun, kisah kelam itu kini telah tergantikan oleh keindahan pulau itu di waktu senja.

Tak ayal, pasangan selebritis Rio Dewanto dan Atiqah Hasiholan sampai terpincut mengikat janji suci di dalam keanggunan Benteng Martello yang berada di ujung pulau itu.

Pulau mungil tak berpenghuni itu sebenarnya bernama Pulau Kerkhof yang dalam Bahasa Belanda berarti kuburan. 

Karena orang pribumi kesulitan mengucapkannya maka berubah menjadi Kelor.

Baca juga: Sebelum Mencoblos, Azizah Sarapan Teh dan Cookies Kelor untuk Jaga Stamina

Saat itu, jasad-jasad yang dikubur di pulau ini ialah orang-orang buangan Belanda.  

Tak seperti tetangganya di Pulau Onrust, makam-makam di Pulau Kelor tak bernisan lantaran tak layak untuk dikenang.

Pesona sisa-sisa Benteng Martello yang berusia ratusan tahun masih berdiri di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, pada Sabtu (16/7/2022).
Pesona sisa-sisa Benteng Martello yang berusia ratusan tahun masih berdiri di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, pada Sabtu (16/7/2022). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Sedangkan mereka yang dimakamkan di Pulau Onrust berasal dari  orang-orang kelas atas seperti para pejabat, anak pejabat hingga Kepala Baas atau Pimpinan yang bertugas mengelola Galangan Kapal di Onrust.

"Pulau Kerkhof itu sebagai tempat membuang mayat. Jadi yang dibuang itu orang jahat, pihak lawan atau musuh yang enggak perlu dikenang. Sedangkan pemakaman yang resmi di Pulau Onrust jauh lebih rapi," kata Sejarawan dan Ketua Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali pada Sabtu (16/7/2022). 

Setelah didirikan permakaman tak bernisan, lanjut Asep, Belanda lalu mendirikan sebuah benteng kuat bernama Benteng Martello

Benteng ini dibangun Belanda sekitar tahun 1850 yang berfungsi sebagai sistem pertahanan laut kota Batavia.

Benteng bulat itu mengawasi kapal-kapal yang melintas menuju Pelabuhan Sunda Kelapa, yang konon menjadi bandar termegah se-Asia.

Baca juga: Kosmetik Baru Stadion Benteng Tangerang, Kini Punya Julukan Baru Hingga Telan Dana Rp 31 Miliar

Kini, kisah-kisah peperangan dan kematian telah tergerus waktu. 

Kisah-kisah itu sudah terkubur dalam-dalam tergantikan oleh pesona pulau itu.

Pulau Kelor telah berganti menjadi destinasi wisata sejarah yang menawan. 

Benteng Martello di pulau itu pun kerap disambangi wisatawan. 

Bahkan, pasangan selebritis, Rio Dewanto dan Atiqah Hasiholan sampai terpincut mengikat janji suci di benteng itu. 

Pasangan selebritis menikah

Ratna Sarumpaet bersama Atiqah Hasiholan, Rio Dewanto, dan Salma.
Ratna Sarumpaet bersama Atiqah Hasiholan, Rio Dewanto, dan Salma. (Instagram/rsarumpaet)

Momen pernikahan berlatar benteng itu bisa dilihat bila berselancar di internet.

Atiqah Hasiholan mengenakan gaun merah memasuki ruangan di dalam benteng sembari membawa sejumput bunga mawar.

Saat perlahan memasuki area tengah bangunan, terlihat calon mempelai pria, Rio Dewanto telah duduk menunggu.

Rio mengenakan kemeja putih, jas abu-abu serta dasi kupu-kupu berwarna merah.

Semburat cahaya senja menyelinap masuk ke dalam menara ditemani semilir angin saat momen sakral itu hendak berlangsung.

Rio dan Atiqah mengikat janji suci. Disaksikan para tamu undangan yang serempak berseragam putih.

Baca juga: Sosok Mitch Evans Jawara Formula E Jakarta, Rekan 2 Pebalap Indonesia Sean Gelael dan Rio Haryanto

Namun, keindahan pulau itu bisa jadi lama-lama akan hilang terkena abrasi bila pemerintah tak bekerja keras merawat warisan sejarah ini.

"Pulau Kelor itu dulu saya mengalami sendiri di beberapa sisi masih lebih luas sekarang udah makin kecil. Itu kan juga ada beberapa pasir yang sengaja dikeruk," pungkas Asep.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved