Food Story
Menyicip Ramen Dengan Suasana Ala Gang Sempit dan Pasar Ikan Jepang di Tangerang
Pengelola restoran sepertinya berhasil, membawa suasana Yatai atau warung makan kaki lima dengan meja dan bangku terbuat dari kayu.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Ingin makan ramen dengan suasana jalanan pasar ala Jepang?
Kini Anda bisa merasakannya di Roji Ramen, Gading Serpong, Kabupaten Tangerang.
Pengelola restoran sepertinya berhasil, membawa suasana Yatai atau warung makan kaki lima dengan meja dan bangku terbuat dari kayu.
Anda akan menikmati ramen dengan suasana khas pasar ikan di Jepang.
"Tema ini memotret jalanan Jepang, Roji sendiri juga berarti Rozi yang artinya adalah jalanan kecil yang ada di Jepang kita bawa ke sini," kata Owner dan Founder Roji Ramen, Hernando Santoso kepada TribunJakarta.com, Rabu (3/8/2022).
Baca juga: Resepsi Pernikahan Putri Anies Baswedan, Makanan Khas Betawi dan Timur Tengah Manjakan Lidah Tamu
Cabang pertama yang terletak di Jalan Soekarno Gading itu berkapasitas 40 orang.
Hernando menjelaskan, kali ini mengusung tema Pasar Ikan Tsukiji yang berada di distrik Ginza, Tokyo-Jepang.
Roji Ramen mencoba memotret dan menghadirkan suasana Tsukiji ke dalam interior toko.

Makanya setiap dinding ada ornamen, poster, semuanya berbahasa Jepang.
Banyak juga tulisan kanji yang berarti nama-nama toko ikan, lalu ada juga bagian dinding yang ditempel rolling dor.
Sehingga kental terasa pengunjung menyantap ramen di depan toko yang sudah tutup.
"Jadi orang makan ramen enggak hanya di restoran tapi kayak gini rasanya kayak di jalanan pasar, tema kita ambilnya tema Tsukijo itu sama satu temanya pasar ikan terbesar saat ini di Jepang," papar Hernando.
Di setiap meja makan juga pengelola gerai memasukan unsur pasar ikan.

Seperti memajang gabus sterofom yang biasa dipakai untuk mengemas ikan.
Ada juga timbangangan, jaring, ikan yang digantung, dan berbagai ornamen menarik lainnya.
Bahkan, pegawai atau pelayan restorannya pun mengenakan pakaian mirip seperti penjual ikan.
Mengenakan kaos putih, celana hitam, celemek, tutup kepala dari handuk tipis putih 'goodmorning', hingga mengenakan sepatu booth sebagai alas kaki.
Bukan hanya ingin membangun suasana khas Jepang, pengelola Roji Ramen pun menginginkan membawa cita rasa mi yang sangat bercita rasa Jepang.
Bahkan, koki yang dihadirkan pun berasal dari Hakata Jepang.
"Sebenernya mereka sudah lama menetap di sini, jadi background memang kita ingim cari sesuatu yang beda," sambung Hernando.
Makanya, dari menu pun ramen yang dihadirkan memiliki cita rasa berbeda-beda.
Pengunjung penyuka pedas, bisa memilih menu Dotonbori atau Hotto Ramen.
Mi-nya sendiri pun ada variasi pedas berwarna merah, karena saat diadon menggunakan bubuk cabe khas Jepang.
Penyuka gurih tersedia banyak pilihan, mulai dari Kare, Mazesoba, Shoyu, Shukemen, Kuro, atau mau yang original ramen bisa mencicipi Roji Ramen.

Ada juga rasa yang unik yakni menu Kyoto Ramen.
"Sebenarnya semua menu ramen kami menggunakan kuah kaldu ayam, asli dari rebusan ayam. Lalu untuk yang murni kuah kaldu ayam bisa coba Roji Ramen," tutur Hernando.
"Untuk yang ingin mencoba sensasi kuah mathca, bisa coba Kyoto Ramen," sambungnya.
Untuk menu ramen di restoran tersebut tergolong berkuah kental dipadu dengan tekstur mi yang masih bertekstur lembut namun tidak mudah putus.
Apalagi saat mencoba sensasi kuah Kare, rasa gurih dan manis dari biji wijen, sangat terasa di lidah.
Begitu juga saat menyeruput ramen yang dipadukan dengan rumput laut, membuat mulut merasakan sensasi yang berbeda.
Untuk menu pedasnya, Dotonbori dirasa menjadi pilihan tepat, rasa pedas yang ditimbulkan masih bersahabat dengan lidah dan tidak menutup rasa kaldu ayam.

Kuah ataupun mienya yang berwarna merah, ternyata dari racikan rahasia dapur kepedasan khas Jepang.
"Ada juga menu pendamping, seperti Gyoza, Tori Karage, Karage Ball, dan sebagainya. Untuk soft opening sampai 16 Agustus nanti, kami memberi penawaran beli dua mangkok Ramen, gratis satu mangkok ramen," ungkap Nando.
Untuk harga pun terbilang terjangkau bila dibandingkan harga semangkok ramen di dalam mal.
Bila dilihat dari menu, untuk ramen dihargai Rp 35 ribu sampai Rp 42 ribu seporsinya.
Sementara menu pendamping dimulai dari harga Rp 20 ribu.
Tidak kalah penting, di restoran tersebut disediakan minuman ocha dingin yang bisa direfil atau isi ulang.
Belum lagi berbagai menu saos dan kecap sebagai memperkaya rasa, juga tak kalah banyak.
"Kami juga memastikan semua bahan yang digunakan, baik saos, sop, daging ayam dan lainnya, menggunakan bahan yang halal," kata Nando.