Ajudan Jenderal Ferdy Sambo Ditembak

Ternyata Luka di Leher Brigadir J Ulah Dokter Forensik, Pertanyaan Kamaruddin Dijawab Polwan Ini

Terjawab sudah pertanyaan yang selama ini dilontarkan Kamaruddin Simanjuntak, Kuasa Hukum keluarga Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Tribun Jakarta
Polwan ahli forensik Kombes dr Sumy Hastry Purwanti dan eluarga Brigadir J menggelar acara peringatan di makam Brigadir Yosua. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Terjawab sudah pertanyaan yang selama ini dilontarkan Kamaruddin Simanjuntak, Kuasa Hukum keluarga Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Selama ini Kamaruddin selalu berbicara tentang bekas luka di lingkar leher jenazah Brigadir J yang dituding sebagai bekas penganiayaan berupa penjeratan dengan tali.

Bekas luka di leher itu yang menjadi argumen Kamaruddin bahwa Brigadir J diduga tidak hanya dibunuh, tapi juga disiksa oleh Irjen Ferdy Sambo Cs

TONTON JUGA

"Kami semakin mendapatkan bukti-bukti lain bahwa ternyata almarhum Brigadir Yosua ini sebelum ditembak kami mendapatkan lagi ada luka semacam lilitan di leher artinya ada dugaan bahwa almarhum Brigadir Yoshua ini dijerat dari belakang," kata Kamarudin di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (20/7/2022).

"Jadi di dalam lehernya itu ada semacam goresan yang keliling dari ke kanan ke kiri seperti ditarik pakai tali dari belakang, dan meninggalkan luka memar," kata Kamarudin.

Karena itu, Kamarudin meyakini bahwa bukti-bukti itu menunjukkan adanya dugaan penganiayaan yang dialami Brigadir J sebelum tewas ditembak.

Namun fakta berbeda diungkap oleh Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes dr Sumy Hastry Purwanti, berdasarkan hasil autopsi yang pertama dan kedua bahwa di tubuh Brigadir J hanya ditemukan luka bekas tembakan.

Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Sumy Hastry Purwanti saat memberi keterangan di Jakarta Timur, Jumat (28/2/2020).
Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Sumy Hastry Purwanti saat memberi keterangan di Jakarta Timur, Jumat (28/2/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Baca juga: Berkas Tersangka Kasus Brigadir J Dikirim Lagi ke Kejagung, Publik Minta Ferdy Sambo Dihukum Mati

“Saya yakin waktu itu, kita diskusi bareng, tidak ada luka lain selain luka tembak. (Luka penganiayaan) enggak ada,” tegas dr Hastry dilansir dari Youtube VIVACOID, Sabtu (17/9/2022).

Ia pun mengungkap, luka-luka yang disebut Kamaruddin Simanjuntak ada di leher Brigadir J merupakan ulah dokter forensik.

Namun yang dimaksud ulah ini bukan berarti sengaja melukai untuk menganiaya, melainkan luka untuk kepentingan memasukkan formalin.

Dengan kata lain, luka tersebut merupakan bekas proses autopsi.

"Karena ada tindakan untuk mengambil peluru yang di dalam tubuh, tindakan untuk memasukkan selang formalin, karena jenazah mau dibawa ke luar pulau harus diawetkan, itu aja,” tegasnya.

Kemudian dirinya pun mengakui diminta pendapat mengenai apakah perlu adanya autopsi kedua.

Baca juga: Uang Rp 200 Juta di Rekening Brigadir J Kembali Jadi Polemik, Pakar Beberkan Analisanya

“Ya kalau untuk kebenaran, untuk memastikan karena memang tidak diragukan lagi ya gak apa-apa autopsi kedua,” jelas dia.

Dirinya juga meyakini bahwa sejak awal proses autopsi sudah dilakukan sesuai SOP.

“Saya juga pernah loh autopsi ulang waktu di Klaten sama timnya Komnas malah, yang teroris. Kita membuktikan ada tidak luka tembak, ternyata tidak ada. Waktu itu, kalau sekarang, ada gak penganiayaan, ternyata hanya luka tembak,” jelasnya.

Sebab kata dia, jika ada luka kekerasan karena penganiayaan maka bisa terlihat.

Proses Ekshumasi atau autopsi ulang jenazah Brigadir J di Jambi, Rabu (27/7/2022).
Proses Ekshumasi atau autopsi ulang jenazah Brigadir J di Jambi, Rabu (27/7/2022). (Tribun Jambi)

Baca juga: Menelisik Penyebab Brigadir J Ditembak Mati, Kamaruddin Tak Segan Ungkap Kelakuan Ferdy Sambo

“Karena kan nanti bisa dibuka videonya, fotonya, saya bisa menilai luka-luka ini.  Kalau memang ada bisa tampak, misalnya ada kekerasan, bekas ikatan, bekas pukulan, bekas ditekan misalnya, pasti ada,” tuturnya.

Jika ada kekerasan dari benda tumpul atau benda tajam lainnya, kata dia, pasti akan dengan mudah diketahui.

“Dan kita meyakinkan waktu itu memang hanya ada luka tembak, tidak ada luka-luka kekerasan sama sekali yang diduga proses penganiayaan kata masyarakat,” bebernya.

Kemudian jika ada luka perlawanan, maka akan bisa terlihat. 

“Itu kelihatan, dan enggak ada juga,” lanjutnya.

Baca juga: Ferdy Sambo Marah Besar Rahasianya Dibocorkan Brigadir J, Kamaruddin Ungkap Sumber Masalah Utama

Kemudian soal luka di leher Brigadir J, dr Hastry mengtakan bukan karena jeratan tali.

Menurutnya luka itu terjadi karena proses autopsi.

“Autopsi kan diiris di sini (leher), dibuka semua, kepalanya semua dibuka,” jelasnya.

Kemudian ia juga menegaskan bahwa semua organ tubuh Brigadir J masih ada.

“Jadi memang kebiasaan dan di dunia forensik itu kalau kita udah buka kepala, kita awetkan kan, itu kan kalau orang timur, kita mikirnya pasti dibuka kan wajahnya," ucap dr Hastry.

"Kalau ditaruh di rongga kepala kan ada formalin pedes semua, makanya kita taruh di bagian dada atau dikembalikan di situ, yang penting ada,” bebernya.

Ibunda Brigadir J histeris saat berada di lokasi makam mendiang anaknya jelang pembongkaran makan untuk keperluan autopsi ulang.
Ibunda Brigadir J histeris saat berada di lokasi makam mendiang anaknya jelang pembongkaran makan untuk keperluan autopsi ulang. (Tribun Jambi)

Baca juga: Pistol Misterius di TKP Pembunuhan Brigadir J Bukan Milik Orang Biasa, Kamaruddin Ungkap Fakta Ini

Hal itu dilakukan, kata dia, karena kepala akan dijahit lagi dan jika tidak bisa tertutup rapat bisa merembes formalinnya.

“Itu kan direndem formalin. Cuma untuk memudahkan keluarga untuk lihat. Karena yakin biasanya orang meninggal itu terakhir dibuka wajahnya,” jelas dia.

Ia pun mengatakan bahwa hasil autopsi pertama dan kedua hasilnya sama.

“Adanya luka tembak aja sama, tapi mungkin yang kedua lebih susah karena udah dijahit kan, ditutup luka-lukanya yang bekas luka tembak masuk dan keluar. Terus ada pembusukan, ada juga luka pasca autopsi untuk mungkin memasukkan formalin,” ungkap dr Hastry.

Kemudian soal perbedaan jumlah luka tembak, kata dia, yang penting kan bukan luka jumlahnya.

Baca juga: Nasib Ferdy Sambo Segera Ditentukan, Ulah Jahat yang Sebabkan Brigadir J Tewas Bikin Karier Hancur

“Kan kalau yang pertama pasti bisa lihat luka tembak masuk dan keluar. Yang kedua karena sudah ditutup kan pasti ada kerancuan luka tembak masuknya yang mana, keluar yang mana," kata dr Hastry.

"Yang penting ada lubang luka tembak di situ. Pasti kan ada luka tembak yang mematikan yang membuat dia meninggal dunia,” tandas dia.

dr Hastry lalu mengaku prihatin saat jenazah Brigadir J dilakukan autopsi ulang.

Kemudian ia pun membeberkan alasan kenapa dia mengatakan hal tersebut.

Baca juga: Fakta Baru Insiden di Magelang Berdasarkan Kesaksian Bripka RR, Terjadi Usai Brigadir J Dicari Putri

“Maksudnya prihatin gini loh kasian, maksudnya kita itu, saya sama kolega saya apalagi yang di RS Polri, kasus Duren Tiga ini junior-junior ya,” kata dr Hastry.

Ia mengatakan, ahli forensik itu tidak bisa menunda autopsi, karena berburu dengan waktu kematian. 

“Kalau semakin lama semakin susah, semakin busuk, nanti semakin bingung ini dipukulin kah, ada kekerasan kah, ada memar kah, ada luka tembak apa, seperti itu, makanya segera dilakukan,” ungkap dr Hastry.

Dirinya pun meyakini bahwa para junior-juniornya yang mengerjakan autopsi itu sudah bekerja dengan baik dan benar, karena dasarnya semua pemeriksaan itu difoto dan direkam dalam bentuk video.

SIMAK VIDEONYA:

 

 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved