Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022
Cerita Ngeri ASN Jadi Aremania di Tragedi Kanjuruhan, Air Mata Mengalir Lihat Ini di Musala VIP
Dadang Indarto, seorang ASN Pemkot Batu ini menjadi satu di antara ribuan suporter saat Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022).
Sejauh mata memandang, ia melihat bahwa para suporter yang berlarian masuk ke tengah lapangan lalu menuju ke arah pintu masuk ruang ganti pemain, bukan untuk melakukan penyerangan.
Melainkan, untuk memberikan pelukan hangat sebagai luapan emosi atas kemenangan dalam pertandingan tersebut, yang belum berpihak pada mereka.
Bahkan, lanjut Dadang, aksi beberapa suporter lainnya, malah hanya sekadar numpang untuk meminta swafoto bersama para pemain Arema FC idolanya.
"Nah waktu itu kita diamankan Match Steward disuruh kembali, naik kembali (tribun). Saat naik kembali, mungkin dikira teman-teman itu adalah gegeran. Jadi dari tribun utara dan selatan, spontan turun, dikira gegeran. Dan itu tidak ada perlawanan sama sekali pada steward, nurut arek-arek," terangnya.
Ternyata, aksi dari sejumlah suporter yang merangsek masuk berlarian hingga ke tengah lapangan tersebut, malah direspon lain, bahkan terlalu keras oleh para aparat berwajib yang berjaga.
Kerumunan ratusan aparat yang semula berada di sudut-sudut gelap pinggiran stadion, bergerak gegap-gempita mengejar setiap suporter yang telah menjadi sasaran mereka.
Tak pelak, tendangan, hingga pukulan mendarat ke arah tubuh para suporter yang posturnya lebih kecil dari mereka.
"Ketika turun, mereka sudah berulah, membawa pentungan, dan membawa tameng dan membubarkan kami," katanya.
Namun, terlepas dari pemandangan kekerasan yang dilihatnya dari atas tribun. Dadang mengaku, kengerian sesungguhnya adalah ketika bola pelontar gas air mata tiba-tiba jatuh di tengah kerumunan ratusan suporter di tribun 13.
Baginya, momen itu merupakan petaka laiknya film horor yang benar-benar dilihat dan dirasakannya secara nyata. Rasa pedih sesak yang ditimbulkan gas tersebut, langsung meracuni setiap orang di area tersebut.
Seingatnya, saat itu aparat menembakkan pelontar gas air mata sebanyak tiga kali, di area tribun yang berbeda namun dalam jarak yang nyaris berdekatan.
Terpaksa, ia bersama temannya asal Lampung itu, berupaya membelah kepungan kabut asap putih bebal nan beracun itu.
Memanfaatkan jaket yang disingkapnya menjadi penutup kepala, sebuah teknik menyelamatkan diri dari paparan gas air mata, semasa dirinya menjadi demontran saat berkuliah dulu, Dadang akhirnya mampu menyibak kepulan gas tersebut.
Kemudian, ia menuju ke pintu keluar lain yang melalui tangga di Tribun 14, bersebelahan dengan Tribun VIP. Setelah berhasil keluar, ia malah disuguhkan pemandangan yang mengiris hati.
Respon Tragedi Kanjuruhan, Iwan Bule Usulkan 1 Oktober Jadi Hari Libur Sepak Bola Indonesia |
![]() |
---|
Penggunaan Gas Air Mata Saat Tragedi Kanjuruhan, LPSK: Lalai atau Sengaja? |
![]() |
---|
Saat Ini Banyak Anak Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan Alami Trauma, Ini Sebabnya |
![]() |
---|
Cerita Relawan Psikolog Tangani Ratusan Korban Tragedi Kanjuruhan Seorang Diri, Janji Tinggal Janji |
![]() |
---|
Janjir Pemerintah Dipertanyakan, Korban Tragedi Kanjuruhan Kekurangan Pendampingan Psikolog |
![]() |
---|