Kasus Gangguan Ginjal Akut

Sempat Minum Obat Sirup, Dua Anak Perempuan di Cilincing Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut

Kondisi kesehatan FA makin parah sehingga orang tua membawanya ke RS Pekerja, sebelum terakhir dilarikan ke RS Cipto Mangunkusumo

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Acos Abdul Qodir
TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Muhammad Rifai (35) menunjukkan foto anak perempuannya inisial FA (7) yang meninggal terjangkit gagal ginjal akut saat ditemui di rumahnya di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (26/10/2022). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, CILINCING - Dua anak perempuan di Cilincing, Jakarta Utara, meninggal dunia karena mengalami gangguan gagal ginjal akut

Diketahui, kedua anak tersebut sempat mengonsumsi obat sirup sebelum dinyatakan mengalami gagal ginjal akut hingga akhirnya tutup usia. 

Suspek pertama berinisial FA, anak perempuan berusia 7 tahun putri pasangan Muhammad Rifai (35) dan Romlah (33) yang berdomisili di Jalan Sarang Bango, Kelurahan Marunda. 

FA meninggal dunia pada 17 September 2022 lalu di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo atau RSCM, Jakarta Pusat. 

Baca juga: Awalnya Diduga Usus Buntu, Anak Perempuan 6 Tahun di Cilincing Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut

Menurut keterangan Rifai, ayahandanya, FA sempat mengalami masalah kesehatan pada awal September sehingga dilarikan ke klinik dekat rumah. 

FA juga sempat diberikan obat sirup setelah klinik mendiagnosanya terkena penyakit selulitis. 

"Awalnya demam, dikerokin sama dikasih obat warung pertama, besoknya masih demam saya bawa ke klinik. Didiagnosis di sana cuma selulitis, karena timbul merah di kaki sebelah kanan," kata Rifai di rumahnya, Rabu (26/10/2022).

"Dikasih obat antibiotik, puyer, Paracetamol sirop sama salep beli di luar buat selulitisnya itu," ucapnya lagi. 

Kondisi kesehatan FA makin parah sehingga orang tua membawanya ke Rumah Sakit Pekerja, sebelum terakhir dilarikan ke RSCM guna menjalani perawatan intensif. 

FA meninggal dunia di ruang PICU RSCM pada 17 September 2022 malam sekitar pukul 21.25 WIB. 

"Kondisi terakhirnya sudah nggak sadar, buat buang air kecil juga sudah susah, dia sampai terakhir dipasangi kateter akhirnya tutup usai," ungkap Rifai. 

Kasus kedua terjadi pada FAZ, anak perempuan 6 tahun warga Kelurahan Rorotan putri pasangan Hasan Basri (38) dan Novita Haryani (35). 

Ayahanda FAZ, Hasan menuturkan, awalnya sang buah hati tercinta pada 20 September 2022 silam mengalami demam tinggi sehingga diberikan obat yang dibeli dari warung dekat rumah. 

"Pertamanya pada tanggal 20 September sakit panas, pas sakit panas kita kasih obat warung dulu kayak Bodrexin gitu," kata Hasan saat ditemui di rumahnya, Rabu siang. 

Karena FAZ tak kunjung membaik, orang tua lantas membawanya ke klinik dekat rumah. 

Di klinik tersebut, berdasarkan penuturan Hasan, dokter memberikan sekitar tiga jenis obat sirup

"Kita bawa ke klinik Dompet Dhuafa, terus dikasih obat. Obatnya seperti biasa, kalau anak kecil kan sirup cair, ada tiga macam kalau nggak salah," ungkap Hasan.

Hasan kembali membawa anaknya berobat ke dokter praktik umum dekat rumah setelah FAZ tak juga pulih usai tiga hari mengonsumsi obat sirup. 

Baca juga: Kasus Gagal Ginjal Akut Anak di Jakarta Bertambah jadi 111, Sebanyak 56 Pasien Meninggal

Bahkan, setelah berobat dari dokter praktik umum itu pun kesehatan FAZ berangsur-angsur memburuk. 

Anak 6 tahun itu terus-terusan muntah saat meminum obat yang diberikan pihak klinik maupun dokter praktik umum. 

"Setelah 3 hari minum obat nggak ada perkembangan, malah timbul muntah. Jadi dia tiap kali makan minum itu muntah, selama sakit muntah terus," jelas Hasan. 

"Nggak ada yang bisa masuk perut makanan, jadi dimuntahin terus. Kita baru berobat lagi ke dokter Robilah praktik umum. Sama, nggak ada perubahan juga," sambung ayah tiga anak itu. 

Hasan dan sang istri Novita (35) akhirnya membawa FAZ ke RSUD Cilincing untuk menjalani rawat inap.

Seingat Hasan, FAZ masuk RSUD Cilincing tanggal 27 September 2022 dan saat itu pihak rumah sakit mendiagnosa awal bahwa anaknya terjangkit usus buntu.

"Setelah satu minggu, Selasa depannya (27 September) kita bawa ke RSUD Cilincing. Di RSUD Cilincing masuk UGD rawat inap, cuma waktu itu dugaannya usus buntu," kata Hasan.

Pihak rumah sakit, lanjut Hasan, juga melakukan operasi usus buntu terhadap FAZ sebelum akhirnya bocah tersebut dinyatakan mengalami gagal ginjal akut

Dijelaskan Hasan, pihak rumah sakit memberitahu bahwa FAZ mengalami masalah infeksi saluran kencing, dengan kondisi cairan urine tidak bisa keluar. 

Dari RSUD Cilincing, FAZ akhirnya dirujuk ke RSUD Pasar Rebo dan pada 3 Oktober 2022 anak tersebut tutup usia. 

"Di Pasar Rebo langsung dicek dan langsung masuk ruang ICU anak. Sampai hari Senin itu udah nggak ada meninggal pada hari Senin 3 Oktober," ucap Hasan. 

Penjelasan Dokter Klinik

Dokter Umum Klinik Dompet Dhuafa Rorotan, dr. Ridho Andriansyah mengatakan FA dan FAZ datang dengan gejala kesehatan berbeda.

Anak yang duluan datang ialah FA, yang dibawa orangtuanya berobat pada 1 September.

Menurut Ridho, saat itu FA mengalami gejala penyakit selulitis dengan kondisi kulit kemerahan di bagian kaki.

Dokter umum Klinik Dompet Dhuafa Rorotan, dr. Ridho Andriansyah, menjelaskan kronologi FA datang dibawa orangtuanya periksa pada 1 September. Dokter Ridho menjelaskan itu kepada wartawan yang menemuinya di klinik pada Rabu (26/10/2022).
Dokter umum Klinik Dompet Dhuafa Rorotan, dr. Ridho Andriansyah, menjelaskan kronologi FA datang dibawa orangtuanya periksa pada 1 September. Dokter Ridho menjelaskan itu kepada wartawan yang menemuinya di klinik pada Rabu (26/10/2022). (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

"Kondisi pasien pada saat datang itu mengalami, yang pertama atas nama inisial FA, 7 tahun. Dia datang dengan keluhan kulit kemerahan di bagian kaki, diagnostik kerja pada saat itu adalah selulitis," kata Ridho saat ditemui di Klinik Dompet Dhuafa pada, Rabu (26/10/2022).

Selain kaki yang kemerahan, putri pasangan Rifai dan Romlah itu juga panas tinggi. Pihak klinik pun memberikannya obat-obatan antibiotik hingga pereda demam.

"Karena diagnostik selulitis kita memberikan terapi sesuai dengan selulitis, pemberian antibiotik kemudian pemberian analgetik-antipiretik obat demam, karena suhunya pada saat itu sedikit demam," kata Ridho.

Ridho menambahkan, orang tua FA sempat kembali membawanya ke klinik selang tiga hari kemudian.

Dalam kunjungan kedua kalinya, karena kondisi FA tak kunjung membaik, akhirnya pihak klinik merekomendasikan orang tua membawa bocah tersebut ke Rumah Sakit Pekerja.

Ridho menambahkan, pihak klinik tidak mengetahui secara pasti penanganan dari rumah sakit tersebut terhadap FA yang ternyata terkonfirmasi gagal ginjal akut.

"Kasus yang selulitis ini sempat dirujuk ke RS rujukan di wilayah Jakarta Utara, namun info penanganan lanjutan di rumah sakit tersebut saya belum mendapat informasi lanjutannya lebih detail," katanya.

Kemudian untuk kasus kedua, yakni FAZ, diketahui datang ke klinik bersama orang tuanya pada 21 September.

Saat itu pihak klinik mendiagnosanya terjangkit faringitis dengan gejala-gejala mencolok seperti sakit tenggorokan.

"Yang kedua atas inisial FAZ, usia 6 tahun. Dia datang dengan keluhan sakit tenggorokan, faringitis. Kemudian untuk pasien yang faringitis itu kunjungannya tanggal 21 September," ucap Ridho.

Sama seperti FA, pihak klinik juga memberikan obat-obatan penurun demam serta pereda sakit tenggorokan kepada FAZ.

Kunjungan FAZ berobat ke Klinik Dompet Dhuafa hanya berlangsung satu kali pada tanggal tersebut.

Pihak klinik sudah tak mengetahui kondisi kesehatan lanjutan FAZ setelah tanggal 21 September.

Adapun baru-baru ini Klinik Dompet Dhuafa juga dikunjungi aparat kepolisian dari Polres Metro Jakarta Utara yang datang bersama perangkat pemerintahan terkait.

Ridho menjelaskan, kunjungan polisi dan pemerintah untuk mengonfirmasi soal kondisi kesehatan dua anak perempuan yang sempat berobat di Klinik Dompet Dhuafa sebelum belakangan meninggal dunia karena gagal ginjal akut.

"Kunjungan kemarin itu dari Polres Metro Jakarta Utara itu terkait konfirmasi adanya kasus pasien yang mengalami AKI (acute kidney injury) dan meninggal di rumah sakit," katanya.

"Bahwa, kunjungan itu mengonfirmasi apakah pasien itu sempat berobat ke sini, kemudian mengenai gejala yang muncul pada saat kunjungan itu apa aja, dan mendapatkan pengobatan apa saja," ucap Ridho.

Ridho menegaskan, Klinik Dompet Dhuafa Rorotan merupakan fasilitas kesehatan yang tidak memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi pasien gagal ginjal akut.

Proses identifikasi kasus gagal ginjal akut hanya bisa dilakukan di fasilitas kesehatan setara rumah sakit.

Gagal ginjal akut ini kasus yang sedikit kompleks buat diidentifikasi, ada pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan.

"Seperti pemeriksaan darah, urine, dan semacamnya. Kita tidak bisa melakukan proses tersebut di klinik maupun di Puskesmas," terang dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved