Penemuan Mayat Satu Keluarga
Kulkas 4 Pintu Milik Satu Keluarga yang Tewas Kosong Tak Ada Makanan, Sengaja Buat Diri Kelaparan?
Kulkas empat pintu milik satu keluarga yang ditemukan tewas membusuk di Perumahan Citra Garden 1 Extension, Kalideres, Jakarta Barat menjadi sorotan.
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Kulkas empat pintu milik satu keluarga yang ditemukan tewas membusuk di Perumahan Citra Garden 1 Extension, Kalideres, Jakarta Barat menjadi sorotan.
Kapolsek Kalideres, AKP Syafri Wasdar mengatakan di dalam kulkas milik satu keluarga tersebut kosong, dan tak ada makanan sama sekali.
“Perabotan ada, kulkas ada, tapi kulkas kosong, engga ada makanan, ini bener-bener kosong,” kata Syafri, saat dikonfirmasi, Jumat (11/11/2022).
Sementara itu Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pasma Royce mengatakan anggota keluarga tersebut diduga tak makan berhari-hari sebelum ditemukan tewas membusuk.
Fakta itu didapat dari hasil otopsi sementara yang menunjukkan lambung mereka kosong.
TONTON JUGA
"Berdasarkan pemeriksaan bahwa dari lambung para mayat ini tidak ada makanan. Jadi bisa diduga berdasarkan pemeriksaan dari dokter, bahwa (korban) ini tidak makan dan minum cukup lama, karena dari otot-ototnya sudah mengecil," kata Pasma.
Lalu apakah keempat anggota keluarga yang tediri dari dari pasangan suami istri Rudyanto Gunawan (71) dan Reny Margarethan Gunawan (68), serta anaknya Dian Febbyana (42) dan iparnya Budyanto Gunawan (68), sengaja membiarkan diri mereka kelaparan?
Asumsi tersebut bukan berdasarkan isapan jempol belaka, pasalnya satu keluarga tersebut dikenal sebagai sosok yang berada.
Ris Astuti (64), adik kandung dari Margaretha Gunawan menyebut, kecil kemungkinan kakaknya dan keluarganya tewas karena kelaparan tak mampu membeli makanan.
Baca juga: Pasutri Tewas Sekeluarga di Kalideres Pernah Jual Kue & Kerja Kantoran, Kerabat Tak Yakin Kelaparan
Ris menilai seandainya keluarga kakaknya itu kelaparan dan tak ada uang, maka mereka seharusnya bisa meminta bantuan.
"(Dugaan kelaparan) kecil menurut saya. Tapi enggak tahu juga. Misalnya benar, agak aneh juga, saya juga bingung," ungkap Ris di Polsek Kalideres, Sabtu (12/11/2022).
"Misalnya kalau dia lapar, enggak ada makanan atau kurang buat makan, kan dia bisa kontak ke saudara kan," sambungnya.
Meski begitu, selama ini kata Ris, korban belum pernah meminta bantuan makanan atau uang untuk membeli makan.
Ris kemudian mengingat dahulu, Margaretha Gunawan kerap mengiriminya makanan dan baju-baju.

"Sebelumnya enggak pernah minta. Malah dulu suka ngasih dia. Waktu di Gunung Sahari (20 tahun lalu) itu suka ngasih dia,"
"Baik itu makanan, baju-baju, kalau kita ultah dikirimin paket," ungkap Ris.
Ris pun menyebut, kondisi perekonomian keluarga Margaretha dan suaminya Rudyanto dulunya terbilang berkecukupan.
Bahkan dikatakan suami Ris, Handoyo (64), pasutri tersebut pernah memiliki penghasilan yang mampu menopang kehidupan sehari-hari.
Margaretha dulu jualan kue, sementara Rudyanto bekerja di kantoran.
"Yang saya tahu, ibunya (Margaretha) dulu jualan kue. Bapaknya (Rudyanto) bekerja di kantoran,"
"Tapi anaknya (Dian) saya enggak tahu kerjanya apa," ujar Handoyo.
Baca juga: Petugas Olah TKP Rumah Satu Keluarga yang Tewas di Kalideres, Ketua RT Diberi Peringatan Ini
Sementara itu Handoyo mengaku tak mengetahui bagaimana kondisi kakak iparnya tersebut saat ini.
Pasalnya Handoyo dan Ris terakhir berkomunikasi 5 tahun yang lalu.
Apa yang mereka ketahui tentang kondisi perekonomian Margaretha itu adalah informasi masa lalu yang mungkin saja bisa berubah.
Untuk itu Handoyo dan Ris tak tahu secara pasti bagaimana kondisi perekonomian mereka saat ini.
Aset Rumah dan Mobil Ditaksir Miliaran Rupiah
Meski dugaan sementara keempat anggota keluarga itu tewas karena kelaparan, namun aset milik pihak korban justru seolah membantah motif tersebut.
Seperti disampaikan tokoh pemuda Jakarta Barat, Umar Abdul Aziz.
Menurut Umar, harga rumah dan mobil milik keluarga korban di lokasi kejadian ditaksir miliaran rupiah.
Karenanya, dia tak yakin jika satu keluarga di Kalideres itu meninggal karena kelaparan.
Baca juga: Tetangga Ungkap Fakta Baru: Sikap 1 Keluarga yang Tewas di Kalideres Sempat Berubah
“Saya tidak yakin di DKI Jakarta ini meninggal karena kelaparan. Kalau dilihat dari segi rumah yang tinggal di kawasan komplek tidak mungkin dia tidak makan,” terang Umar, Sabtu (12/11/2022).
Hal serupa disampaikan oleh Handoyo.
Ia menerangkan, kondisi perekenomian keempat korban tidak tergolong sulit.
"Keluarga saya itu tidak terlalu sulit, jadi bukan kelaparan. Kemungkinan karena dia terlalu tertutup saja tidak berinteraksi kepada siapapun, kalau memang dia kelaparan pasti dong bisa menghubungi keluarga," ujar Handoyo.
Sementara itu Ketua RT 007 RW 015 Kalideres, Asiung, juga tak percaya jika korban tewas kelaparan akibat tak sanggup membeli makan.
Sebab, ia selama ini mengenal keempat korban sebagai keluarga yang berkecukupan.
"Saya katakan lagi, ini keluarga mapan. Punya kendaraan mobil, motor dan bukan penerima bansos. Iya kan," kata Asiung di lokasi, Minggu (13/11/2022).
Namun, Asiung mengakui tidak mengetahui secara pasti kondisi ekonomi keluarga itu akhir-akhir ini.
Sebab, seluruh anggota keluarga di rumah itu adalah warga yang tertutup dan jarang bersosialisasi.
Pengikut Aliran Tertentu?

Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala menduga empat anggota keluarga yang tewas tersebut memiliki keyakinan apokaliptik atau keyakinan terhadap akhir dunia.
“Jangan-jangan dari keempatnya penganut paham akhir dunia atau apokaliptik dan mencabut nyawa dengan cara yang ekstrem,” ujar Adrianus, Sabtu (12/11/2022).
Satu keluarga tewas di Kalideres semata-mata karena kelaparan dan tidak punya uang untuk makan adalah sangat tidak mungkin.
Adrianus berpendapat mereka tinggal di perumahan kelas menengah dan memiliki aset untuk dijual.
Selain itu, Adrianus Meliala justru menilai ada unsur kesengajaan dalam peristiwa ini.
“Saya bayangkan bunuh diri dengan melaparkan diri, tetapi saya tidak yakin orang mampu melakukan tindakan seperti itu,” ujarnya dia.
Ia justru menduga ada tindakan pelaparan.
Baca juga: Keluarga yang Tewas di Kalideres Terakhir Terlihat 3 Bulan Lalu, Ditanya Tetangga Cuma Diam Saja
Artinya, ada pihak-pihak yang membuat mereka lapar dengan tidak memberi akses makanan.
Ada kemungkinan juga pihak yang lebih muda lebih aktif dan bisa saja sebagai pelaku.
“Tentu ada motif ya kenapa seperti itu, harus menunggu hasil autopsi yang akurat,” ucapnya.
Menurut Adrianus, skenario pelaparan semakin mungkin sebab ketika ada pihak yang mendorong kelaparan itu terjadi, barulah pihak ketiga mengakhiri hidupnya dengan cara tertentu.
Adrianus juga punya dugaan kedua di balik kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres ini.
Dugaan ini menyangkut motif keyakinan apokaliptik atau keyakinan terhadap akhir dunia.