Penemuan Mayat Satu Keluarga

Keluarga Tewas di Kalideres Sempat Ingin Pinjam Rp 50 Juta, Tukang Jamu Syok: Duit Segitu Mana Punya

Tukang jamu kaget saat keluarga yang ditemukan tewas di Kalideres sempat ingin pinjam Rp 50 juta.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
Kolase TribunJakarta
Tukang jamu langganan keluarga yang tewas di Perumahan Citra Garden 1 Extension, Kalideres, Jakarta Barat berinisial R kaget saat hendak dipinjami uang sebesar Rp 50 juta. R bercerita, mulanya hal itu dikatakan salah satu dari keluarga di rumah tersebut tepatnya saat pandemi Covid-19. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Tukang jamu langganan keluarga yang tewas di Perumahan Citra Garden 1 Extension, Kalideres, Jakarta Barat berinisial R kaget saat hendak dipinjami uang sebesar Rp 50 juta.

R bercerita, mulanya hal itu dikatakan salah satu dari keluarga di rumah tersebut tepatnya saat pandemi Covid-19.

R kaget sekaligus kebingungan. R yang merupakan langganan jamu keluarga tersebut tak memiliki uang dalam jumlah sebesar itu.

"Katanya, 'Mbak, aku minta tolong dong, minjem uang Rp 50 juta.'," kata R mengikuti ucapan salah satu penghuni rumah.

"Waduh kata saya, duit segitu mana punya saya Bu. Saya ini tukang jamu," jawab R kala itu.

Baca juga: Tak Hanya di Meja Makan, Kapur Barus Ditemukan di Beberapa Tempat Rumah Keluarga Tewas Kalideres

"Kali kerabat punya," balas salah satu penghuni rumah seperti diceritakan R.

Meski begitu, R mengaku tak berani meminta kepada saudara-saudaranya perihal pinjaman uang tersebut.

R mengatakan salah satu penghuni rumah tersebut mengaku meminjam uang Rp 50 juta untuk biaya operasi.

Selama sekali atau dua kali dalam sebulan keluarga yang ditemukan tewas di Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat minta dikirim jamu ke rumahnya. Namun, hal itu tak lagi terjadi semenjak Indonesia dilanda pandemi Covid-19.
Selama sekali atau dua kali dalam sebulan keluarga yang ditemukan tewas di Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat minta dikirim jamu ke rumahnya. Namun, hal itu tak lagi terjadi semenjak Indonesia dilanda pandemi Covid-19. (Kolase TribunJakarta)

"Buat apa emang bu?', 'Buat operasi saudara saya'," cerita R menirukan percakapannya salah satu penghuni rumah tersebut.

R memang langganan jamu keluarga tersebut sebelum ditemukan tewas mengenaskan beberapa waktu lalu.

R mengaku sering bersepeda memasuki kompleks perumahan tersebut untuk mengantarkan jamu ke rumah korban.

Pemilik rumah memesan jamu tak setiap hari. Terkadang sebulan sekali atau dua minggu baru memesan. 

Ia memesannya via nomor Whatsapp tukang jamu.

"Dia (Dian) minta nomor telepon karena dia males jalan ke sini mungkin. Jadi saya suruh nganter ke sana," ujarnya.

Namun, hal itu tak lagi terjadi setelah pandemi Covid-19.

"Semenjak corona bu Dian enggak pernah mesen jamu lagi sama saya," katanya.

R bercerita bahwa ayahnya Dian, Rudyanto pernah menanyakan jamu untuk penyakit liver dan diabetes. 

Baca juga: Simpang Siur Waktu Kematian Satu Keluarga Membususuk di Kalideres, Beda Dugaan Para Tetangga

"Ayahnya (Rudyanto) pernah minum jamu bilangnya, 'Kalau penyakit liver apa ya obatnya?' Waduh saya kurang tahu lho Pak. Mending bapak ke dokter aja gitu. Sama diabetes gula katanya. Kalau itu mending ke dokter aja pak". Saya kan bukan dokter," ujarnya.

R pun kaget pertama kali mengetahui salah satu langganannya tersebut ditemukan tewas mengenaskan.

R mengetahui kabar tersebut dari pedagang rokok yang ada di sekitar lokasi rumah korban yang tinggal di blok AC5/7.

Petugas mengotak atik pintu gerbang rumah Perumahan Citra Garden Satu Extension di Kalideres, Jakarta Barat pada (13/11/2022). (1)
Petugas mengotak atik pintu gerbang rumah Perumahan Citra Garden Satu Extension di Kalideres, Jakarta Barat pada (13/11/2022). (Satrio Sarwo Trengginas/TribunJakrta.com)

"Saya awalnya diceritain tukang rokok, Mbak kan sering ke extension. Tahu dong ada orang meninggal empat orang,"

"Saya bilang, siapa? Itu blok AC5 nomor 7. Lah itu mah langganan saya," kata R saat ditemui di kawasan perumahan Citra Garden Satu Extension pada Selasa (15/11/2022).

Empat orang ditemukan tewas di dalam rumah yang harganya ditaksir miliaran tersebut.

Empat orang itu antara lain Rudyanto Gunawan (71) berstatus sebagai suami; Reny Margarethan Gunawan (68) berstatus sebagai istri; Dian Febbyana (42) berstatus anak; dan Budyanto Gunawan (68) berstatus adik Rudyanto.

Keempatnya ditemukan tewas dengan kondisi lambung yang kosong.

Sehingga muncul dugaan keluarga tersebut tewas karena kelaparan.

Meski begitu sampai saat ini polisi masih melakukan penyelidikan terkait penyebab keluarga tersebut tewas misterius.

Ris Astuti (64), adik kandung dari Reny Margaretha Gunawan menyebut, kecil kemungkinan penyebab tewas karena kelaparan.

Ris menilai seandainya keluarga kakaknya itu kelaparan dan tak ada uang, maka mereka seharusnya bisa meminta bantuan.

"(Dugaan kelaparan) kecil menurut saya. Tapi enggak tahu juga. Misalnya benar, agak aneh juga, saya juga bingung," ungkap Ris di Polsek Kalideres, Sabtu (12/11/2022).

"Misalnya kalau dia lapar, enggak ada makanan atau kurang buat makan, kan dia bisa kontak ke saudara kan," sambungnya.

Meski begitu, selama ini kata Ris, korban belum pernah meminta bantuan makanan atau uang untuk membeli makan.

Baca juga: Sisa Tulang dan Kulit, 4 Jenazah Sekeluarga Kalideres Bisa Dikremasi? Ini Kata Krematorium Cilincing

Ris kemudian mengingat dahulu, Margaretha Gunawan kerap mengiriminya makanan dan baju-baju.

"Sebelumnya enggak pernah minta. Malah dulu suka ngasih dia. Waktu di Gunung Sahari (20 tahun lalu) itu suka ngasih dia,"

"Baik itu makanan, baju-baju, kalau kita ultah dikirimin paket," ungkap Ris.

Ris Astuti (foto kiri) adik dari satu keluarga yang tewas membusuk di Kalideres, Jakarta Barat. Sosiolog menilai keterangan dan ekspresi Ris banyak yang janggal saat menyampaikan perihal hubungannya dengan keempat korban.
Ris Astuti (foto kiri) adik dari satu keluarga yang tewas membusuk di Kalideres, Jakarta Barat. Sosiolog menilai keterangan dan ekspresi Ris banyak yang janggal saat menyampaikan perihal hubungannya dengan keempat korban. (Youtube Inews TV)

Ris pun menyebut, kondisi perekonomian keluarga Margaretha dan suaminya Rudyanto dulunya terbilang berkecukupan.

Bahkan dikatakan suami Ris, Handoyo (64), pasutri tersebut pernah memiliki penghasilan yang mampu menopang kehidupan sehari-hari.

Margaretha dulu jualan kue, sementara Rudyanto bekerja di kantoran.

"Yang saya tahu, ibunya (Margaretha) dulu jualan kue. Bapaknya (Rudyanto) bekerja di kantoran,"

"Tapi anaknya (Dian) saya enggak tahu kerjanya apa," ujar Handoyo.

Sementara itu Handoyo mengaku tak mengetahui bagaimana kondisi kakak iparnya tersebut saat ini.

Pasalnya Handoyo dan Ris terakhir berkomunikasi 5 tahun yang lalu.

Apa yang mereka ketahui tentang kondisi perekonomian Margaretha itu adalah informasi masa lalu yang mungkin saja bisa berubah.

Untuk itu Handoyo dan Ris tak tahu secara pasti bagaimana kondisi perekonomian mereka saat ini.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved