Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022
Cerita Relawan Psikolog Tangani Ratusan Korban Tragedi Kanjuruhan Seorang Diri, Janji Tinggal Janji
Beban makin terasa ketika masa tugas relawan psikolog berakhir pada 30 Oktober 2022 lalu, karena setelah itu hanya Kokoh seorang psikolog yang tersisa
Penulis: Bima Putra | Editor: Acos aka Abdul Qodir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Kokoh Dwi Putera menjadi bagian dari rombongan Tim Aremania Gabungan yang mendampingi para korban tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, berangkat ke Jakarta.
Dia mendampingi para korban membuat laporan kasus ke Bareskrim Polri agar tragedi Stadion Kanjuruhan diusut sebagai kasus pembunuhan, penganiayaan, dan kekerasan terhadap anak.
Kokoh merupakan relawan psikolog bagi para korban tragedi Stadion Kanjuruhan yang sejak H+3 kejadian memberikan pendampingan psikologis, trauma healing kepada para korban.
"Saya merelawankan diri sejak H+3 kejadian. Ada pembentukan tim waktu itu. Waktu itu melibatkan diri saja," kata Kokoh di kantor LPSK, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (18/11/2022).
Di awal memberi pendampingan itu Kokoh yang merupakan seorang dosen bekerja sukarela memberikan trauma healing bersama tim Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A).
Baca juga: Janjir Pemerintah Dipertanyakan, Korban Tragedi Kanjuruhan Kekurangan Pendampingan Psikolog
Kemudian Himpunan Psikologis Indonesia (Himpsi) Malang, dan relawan lain agar para korban dapat pulih dari trauma tragedi yang merenggut 135 nyawa dan mengakibatkan korban ratusan luka.
Tapi, jumlah mereka tidak sebanding karena di Malang jumlah psikolog yang memiliki izin praktik tercatat hanya sekitar 50 orang, sementara ada ratusan korban mereka harus dampingi.
"Enggak banyak psikolog yang bertugas, seinget saya waktu itu Himpsi sekitar 10-an orang, sisanya teman-teman konseler yang masih mahasiswa. Memang enggak sebanding jumlahnya," ujarnya.
Kokoh menuturkan tidak sebandingnya jumlah korban dengan psikolog membuat pihaknya kewalahan, khususnya untuk memberikan trauma healing menggunakan sistem jemput bola ke rumah korban.
Beban makin terasa ketika masa tugas relawan psikolog berakhir pada 30 Oktober 2022 lalu, karena setelah itu hanya Kokoh seorang psikolog yang tersisa untuk mendampingi para korban.

Janji Kementerian Sosial dan Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang saat awal kasus menyatakan akan memberikan trauma healing bagi para korban hanya ada bibir.
Tim Gabungan Aremania mencatat Kementerian Sosial dan PSSI hanya memberikan hotline atau nomor saluran siaga bagi para korban yang membutuhkan trauma healing.
Bukan layanan jemput bola dari rumah ke rumah sebagaimana dilakukan Kokoh dan para relawan psikolog lainnya, hal ini membuat pemulihan trauma korban atas kejadian terkendala.
Respon Tragedi Kanjuruhan, Iwan Bule Usulkan 1 Oktober Jadi Hari Libur Sepak Bola Indonesia |
![]() |
---|
Penggunaan Gas Air Mata Saat Tragedi Kanjuruhan, LPSK: Lalai atau Sengaja? |
![]() |
---|
Saat Ini Banyak Anak Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan Alami Trauma, Ini Sebabnya |
![]() |
---|
Janjir Pemerintah Dipertanyakan, Korban Tragedi Kanjuruhan Kekurangan Pendampingan Psikolog |
![]() |
---|
Korban Kanjuruhan Laporkan Dugaan Pelanggaran Penyelidikan ke Propam Polri |
![]() |
---|