Gempa di Cianjur
Dini Hari Mencekam di Koleberes, Warga Tak Bisa Tidur Antisipasi Gempa Susulan di Tengah Kegelapan
Suasana mencekam terasa di sepanjang Jalan Koleberes, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, CIANJUR - Suasana mencekam terasa di sepanjang Jalan Koleberes, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang memanjang melintasi desa-desa terdampak gempa bumi 5,6 M pada Senin (21/11/2022) silam.
Pada Jumat (25/11/2022) dini hari, ketika TribunJakarta.com bersama beberapa Jurnalis Jakarta Utara sedang dalam perjalanan mengirimkan bantuan, warga desa setempat tak bisa menyembunyikan raut wajah kecemasan saat bertahan di pengungsian.
Dari Kota Cianjur, perjalanan jalur darat salah satunya harus melewati Jalan Koleberes untuk bisa menuju ke desa-desa yang terdampak parah.
Memasuki ruas jalan yang hanya bisa dilalui dua mobil itu tampak banyak rumah mengalami kerusakan parah akibat gempa Senin silam.
Kondisi kerusakan rumah warga pun beragam.
Ada yang hanya atapnya runtuh, ada pula yang sudah porak poranda hingga rata dengan tanah.
Baca juga: Pagi Ini, 4 Jenazah Penumpang Avanza dari TK-SMP Al Azhar Cianjur Dievakuasi dari Lokasi Longsor
Reruntuhan di kiri kanan Jalan Koleberes juga samar-samar terlihat ketika tersorot lampu mobil.
Tak hanya puing-puing yang berceceran, sejumlah kendaraan pun ringsek sampai-sampai ditinggal pemiliknya.
Dini hari tadi, TribunJakarta.com juga memantau titik-titik pengungsian di sepanjang Jalan Koleberes sampai ke Desa Mangunkerta.
Kebanyakan warga mengungsi di depan rumah-rumah yang masih kokoh berdiri.

Sebagian lainnya membuka tenda di sawah ladang maupun rerumputan luas yang bisa ditemui di kiri kanan jalan.
Sekitar pukul 1.44 WIB, warga yang sedang beristirahat di pengungsian seadanya tiba-tiba serentak berdiri dan memenuhi ruas jalan.
Gempa bumi susulan yang muncul lewat tengah malam itu membuat warga tak bisa tidur.
Lebih-lebih ketika listrik padam, yang tersisa hanyalah kegelapan di tengah kepanikan.
Sepanjang jalan, raut wajah kecemasan tak bisa disembunyikan dari setiap pengungsi, tua atau muda, laki-laki maupun perempuan, anak-anak juga orang dewasa.
Masih di Jalan Koleberes, ada sekitar 10 orang ibu-ibu dan anak-anak yang bertahan di depan salah satu minimarket.
Guncangan gempa yang terjadi beberapa kali membuat rombongan pengungsi yang setiapnya berbalut selimut itu berdzikir.
Mereka merendahkan diri layaknya hamba, memohon perlindungan dari Sang Ilahi.

Beberapa kali kalimat zikir mereka lantunkan cukup keras, bahkan menembus kaca mobil tempat TribunJakarta.com menumpang dalam perjalanan mengirimkan bantuan.
"La Ilaha Illallah, la ilaha illallah, la ilaha illallah," lantun para pengungsi itu.
Perjalanan berlanjut sampai ke Desa Mangunkerta.
Namun, belum sampai jauh melewati pengungsian, ada salah seorang warga yang memberhentikan laju mobil.
"Nggak bisa, putar balik, putar balik, ada gempa!," ucap si pria mengingatkan ada gempa susulan kepada pengendara yang melintas.
Pengiriman bantuan dari Jurnalis Jakarta Utara akhirnya berjalan aman dan lancar di Desa Mangunkerta.
Warga sangat senang menerima banyak bantuan berupa makanan, perlengkapan bayi, dan lainnya.
Kendati begitu, di sela-sela kebahagiaan menerima bantuan, tetap saja kepanikan warga jelas terekam.
Warga hanya bisa berdiri di jalanan, menjauhi rumah-rumah dan tenda karena takut tertimpa reruntuhan akibat gempa susulan.
Mereka sudah tak lagi memikirkan untuk tidur, meski tubuh sudah lelah dan hari semakin larut.
"Kami begadang karena takut gempa susulan, karena sehari bisa sampai empat kali," kata Angga (31), warga RT 02 RW 03 Desa Mangunkerta.

Angga mengatakan, semenjak gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 Senin silam, warga yang terdampak sudah tak lagi dapat tidur nyenyak.
Warga masih trauma akan gempa besar tersebut, dan hingga Jumat dini hari terus khawatir guncangan gempa susulan bisa saja semakin menghancurkan desa mereka.
"Akhirnya kami warga antisipasi. Inisiatif siskamling, kita bikin posko. Karena memang kita saling mengingatkan dan membangunkan lainnya ketika ada gempa susulan," kata Angga.
Adapun berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), period Kamis (24/11/2022) malam hingga Jumat (25/11/2022) dini hari terjadi sebanyak 21 gempa susulan di daerah Cianjur.
Guncangan terbesar terjadi pukul 1.44 WIB dengan kekuatan magnitudo 4,1.