Gempa di Cianjur
Lagi Meriang Apih Selamatkan Santriwati Pingsan, Tak Lama Pondasi Rumah Tetangga Terangkat Gempa
Kakek Apih bercerita soal detik-detik gempa Cianjur yang menghancurkan rumahnya. Apih mengaku kala itu ia sedang meriang.
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Seorang pria asal Kampung Cisarua, Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur bernama Badri alias Apih (62) bercerita soal detik-detik gempa bumi yang menghancurkan rumahnya.
Dikutip dari TribunDepok, Apih mengaku pada Senin (21/11/2022) ia sedang tak enak badan.
Merasa meriang, Apih hanya berbaring seharian di atas kasur.
TONTON JUGA
"Saya sedang sakit saat itu. Meriang. Jadi berbaring saja di kamar," ucap Apih.
Kala itu mendadak Apih merasakan gempa yang amat dasyhat.
Apih yang sedang sakit, sontak loncat dari kasurnya.
Pria tua itu langsung lari keluar rumah.
"Terjadi gempa, menggoyang rumah kami," kata Apih.
Meski hanya berlangsung selama beberapa detik, goyangan gempa Cianjur terasa sangat kuat.
Baca juga: Kepiluan Firman, Hari Pernikahannya Diubah Jadi Tahlilan, Mempelai Wanita Korban Gempa Cianjur
Apih mengaku seluruh perabotan rumahnya berjatuhan.
Bahkan ia hampir terjungkal menabrak tembok karena panik saat menyelamatkan diri.
"Goyangan gempa hanya beberapa detik, tetapi sangat kuat. Semua perabotan di rumah jatuh,"
"Saya merasa seperti kiamat saja," ujarnya.
Setelah berada di halaman rumah, Apih melihat istrinya tertimpa material bangunan yang jatuh dari atas dapur rumahnya.
Tanpa berpikir panjang, Apih langsung menyelamatkan sang istri.

Baca juga: Temuan Mobil Pikap di Titik Longsor Cianjur jadi Secercah Harapan Ahmad Temukan Tubuh Anak Istrinya
Apih lalu berkumpul bersama istri, anak dan cucunya di halaman depan rumah.
Beberapa detik kemudian Apih melihat bangunan dua lantai milik Pesantren Almubarok yang berada di depan rumahnya ambruk.
Tak lama, Apih mengaku mendengar suara seorang santriwati meminta tolong.
Meski sedang tak enak badan, Apih tetap nekat menyelamatkan santriwati itu.
"Ada santriwati yang minta tolong. Lalu saya pergi menyelamatkan satu santriwati yang pingsan di pesantren tersebut," ucapnya.
Baca juga: Hampir Tewas Digulung Ombak Pantai Selatan, Supriyanta Tak Gentar Ikut Operasi SAR di Usia 55 Tahun
Apih lalu bercerita semua santriwati di pesantren tersebut selamat dari bangunan yang ambruk itu.
"Alhamdulilah, mungkin karena karunia Allah semua santriwati selamat. Tidak ada yang cacat. Hanya ada satu yang pingsan, kaget kali ya," imbuhnya.
Rumah Tetangganya Terangkat
Apih bercerita ia rumah tetangganya yang berada di sebelah Pesantren Almubarok terangkat hingga fondasinya.
Bangunan dua lantai itu pun miring ke belakang tanpa ada kerusakan berarti.
Apih merasa apa yang ia saksikan seperti mimpi.
"Saya jadi tegang. Saya syok, apa ini benar atau mimpi. Saya lihat rumah kok terangkat ke atas," tuturnya.
Hingga saat ini Apih mengaku masih merasa shock dan trauma.
Ia tak menyangka peristiwa gempa itu sangat merusak semua bangunan dan rumah di sekitarnya.
Apih bahkan mengaku ia tak bisa tidur dan makan seperti biasa.

Baca juga: Mulyadi Korban Gempa Cianjur: Pasrah Tertimpa Bangunan, Tanggung Jawab Seorang Ayah Buatnya Bertahan
"Saya tidak bisa tidur dan tidak bisa makan. Baju juga belum diganti. Saya bahkan tidak berani masuk rumah, walaupun dekat posko pengungsian," ungkapnya.
Apih mengungsi ke tenda pengungsian dan belum berani kembali ke rumah.
Semua barang-barang perabot rumahnya hancur.
"Saya masih trauma. Tetapi alhamdulilah masih selamat," tambahnya.
Sejak mengungsi pada Senin (21/11/2022), dia mengaku semua barang kebutuhan di Posko Pengungsian tercukupi, baik makanan, pakaian, selimut, dan kebutuhan lainnya.
"Di posko pengungsian kita bisa berkumpul bersama sambil menghibur diri dan melakukan wasilah kenapa bisa sampai begini," ujarnya.
Dia berharap ada bantuan pemerintah untuk memperbaiki rumahnya yang rusak sedang.
"Kalau ada bantiam pemerintah, alhamdulilah. Semoga bisa perbaik rumah dan tetap tinggal di sini. Tetapi cucu saya tidak mau lagi tinggal di sini, dia masih trauma," tandas Apih.
Korban Gempa Bertambah
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total 321 orang meninggal dunia akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat.
Jumlah korban tersebut terhitung hingga Minggu (27/11/2022).
Kepala BNPB Suharyanto menyebut, total jumlah korban tersebut terhitung setelah ditemukannya tiga jenazah pada hari ini.
"Terkait dengan pencarian dan pertolongan korban, hari ini ditemukan tiga jenazah. Berarti dengan ditemukannya tiga ini, sampai hari ini yang meninggal dunia menjadi 321 orang," kata Suharyanto dalam konferensi pers, dikutip dari Youtube BNPB, Minggu sore.
Sementara itu, Suharyanto mengungkapkan, hingga saat ini masih ada 11 orang hilang.
Dia menambahkan, jumlah pengungsi sampai hari ini mencapai 73.874 orang.
Rinciannya, pengungsi laki-laki 33.713 orang, perempuan 40.161 orang, penyandang disabilitas 92 orang, ibu hamil 1.207 orang, dan lansia 4.240 orang.
Sedangkan, korban luka berat sebanyak 108 orang. Dia mengatakan, mereka saat ini tengah mendapat perawatan di rumah sakit.
"Ini di luar dari ada penyakit setelah mengungsi. Ini sudah juga dievakuasi ke fasilitas kesehatan terdekat," ujar Suharyanto.
Suharyanto juga membeberkan bahwa Satuan Tugas (Satgas) Gabungan sudah menemukan titik pengungsian di seluruh Kabupaten Cianjur.
Secara keseluruhan, ada 325 titik pengungsi yang tersebar di semua wilayah Cianjur.
Dari total titik pengungsian, 183 di antaranya titik pengungsi dengan jumlah di atas 25 orang.
"Kemudian ada 142 titik pengungsian mandiri, artinya masyarakat yang mendirikan tempat-tempat pengungsian di sekitar rumahnya masing-masing dengan kekuatan (jumlah pengungsi) di bawah 25 orang," imbuh dia.