Kangen Anak, Kisah Warga Suriah Rela Keluarkan Rp 60 Juta Bikin Paspor Palsu Buat Terbang ke Jerman
Kisah WNA asal Suriah, GSA (60) rela keluarkan uang Rp 60 juta untuk membuat paspor palsu demi bertemu anak di Jerman.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - GSA (60), seorang warga negara asing (WNA) asal Suriah rela mengeluarkan uang sampai 4.000 USD atau senilai Rp 60 juta untuk membuat paspor palsu.
Usut punya usut, rindunya kepada kedua anaknya menjadi faktor utama GSA tak pikir panjang kuraskan tabungan untuk sesuatu hal yang ilegal antar negara.
Kepala Bidang Intelijen dan Penindakan Keimigrasian (Kabid Gakim) Imigrasi Soekarno-Hatta, Andhika Pandu Kurniawan mengatakan, GSA nekat memalsukan identitas dan paspor karena ingin menjumpai dua anaknya berstatus pengungsi di Jerman.
"GSA ini punya dua anak yang sudah tinggal di Jerman sebagai pengungai selama dua tahun," jelas Pandu di kantornya, Senin (28/11/2022).
"Sebagai ayah, dia mau menyusul anaknya ke sana. Nah, cuma kalau dia pakai paspor Suriah sepertinya akan menemui kendala dalan peroleh izin masuk atau visa ke Jerman," sambungnya.
Jadi faktor ekonomi bukanlah jadi motif utama GSA untuk menggunakan dokumen palsu untuk pindah dari satu negara ke negara lain.
Baca juga: WNA Suriah Ditangkap usai Kedapatan Pakai Paspor Palsu di Bandara Soekarno-Hatta
Sebenarnya, Indonesia bukanlah jadi tujuan utama GSA untuk berpergian.
Indonesia hanya dijadikan negara transit sembari menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya terbang ke Belanda pakai paspor palsu.
Kemudian, akan melanjutkan perjalannya ke Jerman menggunakan jalur darat.
"Identifikasi kami, dia (GSA) sudah di Indonesia sekitar sembilan sampai 10 hari. Sementara hasil pemeriksaan yang bersangkutan ada di Jakarta di hotel," ungkap Pandu.

Menurutnya, GSA sudah berhasil menggocek petugas imigrasi Bandara Soekarno-Hatta saat pertama kali masuk ke Indonesia.
"Masih kami dalami kapan dia masuk persisnya, kemudian menggunakan dokumen apa, kemudian apakah ada orang yang membantu itu masih pendalaman," aku Pandu.
Sementara, Kepala Kantor Imigrasi Soekarno-Hatta Muhhamad Tito Andrianto menegaskan, tindakan nekat GSA diketahui saat yang bersangkutan hendak pergi menuju Jerman.