Gempa di Cianjur
Diselamatkan Nenek dari Reruntuhan, Balita Kini Trauma Gempa Ada Getaran Sedikit Langsung Menjerit
Meski selamat, bocah berusia 3 tahun tersebut kini mengalami trauma akibat gempa yang menewaskan 300 lebih orang tersebut.
Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
Setelah ia menjauh dari bangunan rumahnya yang hancur, Yani pun segera mencari pertolongan atar luka pasa bagian kening cucunya dapat segera diobati.
"Langsung diobatin, sampai darahnya berhenti. Saya cuma bisa istigfar ya Allah," ucapnya.

Lanjut Yani, sang cucu sempat tinggal di tenda pengungsian bersama dirinya.
Ia pun mengungkapkan, cucunya tersebut kerap menangis saat terjadi gempa susulan di lokasi pengungsian, akibat trauma gempa pertama yang membuatnya terluka.
"Iya kan masih sering gempa ya sampai sekarang. Nah itu setiap gempa cucu saya nangis," imbuhnya.
"Pokoknya kalau goyang sedikit langsung panik, nangis jerit-jerit cucu saya. Ya namanya trauma ya apalagi masih umur tiga tahun. Saya sedih banget," timpal Yani berlinang air mata.
Buntutnya, Yani mau tak mau harus membawa cucunya tersebut ke ibu kandungnya.
Sementara Yani, tetap bertahan di tenda pengungsian bersama suami dan puluhan warga lainnya.
"Akhirnya dibawa ibunya ke Cianjur Kota, kasihan kalau di sini terus kan. Sudah mulai banyak yang sakit juga pada panas pengungsi lainnya," pungkasnya.
Tinggal di atas makam
Puluhan warga Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memilih mengungsi dan mendirikan tenda di area pemakaman sejak gempa Cianjur magnitudo 5,6 mengguncang dan merusak tempat tinggal mereka.
Satu dari sejumlah warga yang mengungsi di area pemakaman ini adalah Yani Mulyani.
Memasuki hari ke-9 pasca-gempa Cianjur, ia bersama warga lainnya tidur beratap terpal yang sudah banyak tambalan.
Baca juga: Azka Bocah Korban Gempa Cianjur, Ngaku Ditemani Mendiang Kakek Saat 3 Hari Tertimpa Reruntuhan
"Sudah dari pas hari pertama, pokoknya dari pas hari pertama di sini sudah penuh. Tendanya dibangun sore, atasnya dulu (atap) baru pinggirnya," kata Yani.
Yani mengatakan, tenda pengungsian yang dibangun oleh warga ini berisikan 32 Kepala Keluarga (KK) atau 87 orang.