Penemuan Mayat Satu Keluarga

Tersimpan Mantra dan Kemenyan di Rumah Keluarga Tewas Kalideres, Diduga Budyanto Paling Aktif Ritual

Polisi menduga, Budyanto yang paling aktif melakukan ritual di rumah tersebut setelah ditemukannya buku-buku mantra dan kemenyan.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
Kolase TribunJakarta
Sejumlah barang ditemukan di rumah keluarga yang tewas di Kalideres, Jakarta Barat. Barang tersebut merupakan buku mantra, kemenyan, hingga buku-buku lintas agama yang diduga digunakan salah satu korban untuk melakukan ritual tertentu. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Sejumlah barang ditemukan di rumah keluarga yang tewas di Perumahan Citra Garden 1 Extension Kalideres, Jakarta Barat.

Barang tersebut merupakan buku mantra, kemenyan, hingga buku-buku lintas agama yang diduga digunakan salah satu korban untuk melakukan ritual tertentu.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menduga, Budyanto yang paling aktif melakukan ritual di rumah tersebut.

Kemudian pasangan suami istri Rudyanto dan Margaretha dan anak pasutri tersebut bernama Dian mengikuti ritual Budyanto.

Temuan terkait dugaan ritual yang dilakukan Budyanto tersebut terkuak setelah Tim Asosiasi Psikologi menemukan keidentikan ritual tersebut dengan keterangan saksi dan bukti di lokasi.

Hengki menambahkan, dalam keluarga tersebut ada kepercayaan bahwa ritual tersebut bisa membuat kondisi lebih baik dan bisa mengatasi masalah yang terjadi.

"Hal ini mengakibatkan ada suatu kepercayaan dalam keluarga tersebut bahwa upaya untuk membuat kondisi lebih baik atau mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga, dilakukan melalui ritual tertentu," terang Hengki.

Hengki menduga, Budyanto memiliki kepercayaan tertentu.

Informasi tersebut diperkuat dengan keterangan saksi.

"Ada kecenderungan salah satu keluarga yang dominan yang mengarah kepada almarhum Budianto,"

Baca juga: Temuan Mantra hingga Kemenyan: Satu Keluarga Tewas di Kalideres Diduga Ritual Demi Hidup Lebih Baik

"Bahwa yang bersangkutan (Budyanto Gunawan) memiliki sikap positif terhadap aktivitas ritual tertentu," kata Hengki.

Meski begitu Hengki mengaku belum bisa memastikan kepercayaan apa yang dianut Budyanto.

Bukan suatu kegagalan jika polisi tak bisa mengungkap penyebab kematian keluarga di Kalideres

Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, mengungkapkan pihak kepolisian harus segera mengumumkan penyebab tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, yang kasusnya telah berjalan lebih dari dua minggu.

Reza mengungkapkan Ditreskrimum Polda Metro Jaya harus segera memastikan penyebab tewasnya para korban, apakah karena perbuatan pidana atau bukan.

Jika penyebab tewasnya bukan karena tindakan pidana, Reza meminta agar Polda Metro Jaya tetap segera mengumumkannya ke publik.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi dan TKP penemuan mayat satu keluarga di Kalideres
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menduga, Budyanto yang paling aktif melakukan ritual di rumah tersebut. (kolase tribunjakarta)

"Jika kemungkinan kedua (penyebab tewas bukan tindakan pidana) adalah temuannya, maka Humas Polda Metro Jaya tidak usah ragu-ragu mengumumkannya ke publik dan memulangkan jenazah ke keluarga mereka," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Rabu (30/11/2022).

Reza pun menganggap, jika kepolisian tidak dapat menguak penyebab tewasnya satu keluarga tersebut secara ilmiah, maka bukan merupakan kegagalan Korps Bhayangkara.

"Penyebab kematian yang tidak bisa didefinitifkan bukan merupakan kegagalan kerja kepolisian," jelasnya.

Reza menilai kematian satu keluarga ini dilakukan secara sengaja dan terencana untuk mencapai kematian mereka.

Hal ini dilihatnya lewat beberapa kondisi yang telah ditemukan kepolisian dan diberitakan media seperti kondisi rumah rapi, dimintanya PLN untuk memutus aliran listrik, hingga permintaan keluarga untuk mengkremasi jenazah.

"Indikasinya sebagaimana pemberitaan media massa, seperti kondisi dalam rumah yang rapi (sampah tidak berserakan di sembarang tempat),"

"Permintaan agar PLN memutus aliran listrik, dan posisi jenazah yang tertata (tidak bergelimpangan secara acak)," katanya.

 "Rencana keluarga yang akan mengkremasi jenazah juga menambah dasar bagi spekulasi bunuh diri," imbuh Reza.

Baca juga: Fakta Baru Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Dian Ternyata Kerap Kirim Pesan ke Pamanya Budiyanto

Di sisi lain, ia menjelaskan praktik kremasi merupakan sebuah jalan menuju ke 'kehidupan lain'.

Sehingga, ketika korban merasa sudah tidak dapat melakukan dharma di dunia maka ada justifikasi moral untuk melakukan bunuh diri demi menuju ke 'kehidupan lain'.

"Di dalam masyarakat yang mempraktikkan kremasi, kematian adalah transisi dari satu format kehidupan ke kehidupan yang lain.

"Sehingga apabila seseorang dalam format kehidupannya saat ini merasa tidak mampu lagi melakukan dharma, ia memiliki justifikasi moral untuk menempuh bunuh diri sebagai jalan menuju format kehidupannya yang baru."

"Dengan format baru tersebut, ia berharap akan lebih kuasa melakukan dharma," papar Reza.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved