Piala Dunia 2022
Bisht, Jubah Hitam yang Dipakai Messi saat Angkat Trofi Piala Dunia Ternyata Kerap Dipakai Bangsawan
Messi menerima sebuah jubah hitam dan emas sesaat sebelum mengangkat trofi ke podium, simak sejarah dan asal-usul bisht yang jadi simbol kebangsawanan
TRIBUNJAKARTA.COM - Jubah hitam yang dikenakan Lionel Messi saat mengangkat trofi Piala Dunia cukup mencuri perhatian.
Bagaimana tidak, jubah yang dikenal dengan sebutan bisht itu ternyata tidak bisa dipakai sembarang orang.
Saat merayakan gelar Piala Dunia 2022 di podium juara, Messi terlihat mengangkat trofi dengan mengenakan jubah kain di badannya.
Sesaat sebelum mengangkat trofi ke podium, Messi menerima sebuah jubah kain berwarna hitam dan emas dari Emir negara Qatar, Tamim bin Hamad Al Thani.
Kain tersebut biasa dikenal dengan nama " bisht," sebuah jubah yang lebih sering dipakai oleh Emir atau bangsawan dan menteri serta orang penting di Qatar ketika ada hari besar nasional.
Final Piala Dunia 2022 menjadi hari besar yang dirayakan oleh seluruh warga Qatar lantaran menjadi penutup dari Piala Dunia pertama yang diadakan di Timur Tengah tersebut.
Dengan pemberian kain bisht kepada Messi, seolah menandakan bahwa pemain berjuluk La Pulga tersebut sudah menjadi seorang legenda dengan kehormatan tertinggi setelah meraih trofi Piala Dunia 2022.
Baca juga: Mengenal Istilah Bola Emas, Penghargaan yang Didapat Lionel Messi di Piala Dunia 2022
Asal-usul Bisht
Dahulu, bisht dikenakan oleh orang Bedouins atau orang Badui, suku pengembara di Jazirah Arab, saat musim dingin. Bahannya mirip bahan kain karung untuk melindungi pemakainya dari air hujan.
"Bisht pertama kali dijahit di Persia. Orang Saudi diperkenalkan pada bisht saat pedagang bisht datang ke tanah suci untuk haji atau umrah," kata Abu Salem, penjahit Saudi asal Al-Ahsa, dikutip dari Arab News.
Kini, bisht hanya dikenakan di acara khusus dan penting seperti pernikahan, festival, wisuda, dan Hari Raya Idulfitri.
Sehelai bisht bisa berharga sangat mahal karena sulaman emas, perak, tembaga, dan kain sutra yang digunakan dalam pembuatannya, seperti dikutip dari laman National Clothing.
Satu bisht berkisar dari sekitar Rp 415 ribu hingga Rp 82,9 juta.
"Bisht hitam dengan sulaman emas adalah yang paling populer setelah bisht krem dan putih. Baru diperkenalkan di '90-an. Bisht biru, marun, abu-abu biasanya dipakai anak muda. Yang tua tetap pakai warna hitam, cokelat, dan krem," kata Abu Salem.
Kain yang digunakan untuk membuat bisht, juga kini menjadi simbol perayaan, spesial, dan memberikan kesan mewah. Karena tidak lagi dibuat dari kain tebal, bisht tidak lagi umum berfungsi menghangatkan.