''Kesaktian'' Jokowi Soal Kampanye Dibongkar Gembong, Cerita Menteng Dalam dan Ulujami 2012

Kekalahan di Menteng Dalam tentu bukanlah hal positif, tetapi kemampuan membaca peta politik menjadi "kesaktian" Jokowi yang benar-benar terbukti.

Tribun Network
Kolase foto Sekretaris DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta, Gembong Warsono dan Presiden Jokowi. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com. Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM - Di dalam mobil, ucapan Joko Widodo alias Jokowi seakan memadamkan gelora optimisme yang terus terlontar dari mulut Gembong Warsono.

"Uwis Mas, anyep iki," kata Jokowi singkat kepada Gembong.  

Mobil pun terus berlalu pelan menjauh dari kawasan Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan.

Di luar kaca mobil yang ditumpangi, terpampang wajah Jokowi bersanding dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok lengkap dengan nomor tiga dan slogan Jakarta Baru.

Saat itu, Jokowi sedang bertarung bersama Ahok di ajang Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 putaran II melawan petahana Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Sedangkan empat paslon lainnya sudah gugur di putaran pertama.

Di tengah panasnya hiruk pikuk pemilihan putaran kedua, Jokowi diajak Gembong berkampanye di wilayah Menteng Dalam.

Bukan tanpa alasan Gembong mengajak Jokowi ke sana. Sebab, Gembong menyebut Menteng Dalam adalah kandangnya banteng di Jakarta Selatan. Ia yakin Jokowi-Ahok bisa menang telak di sana.

Apalagi, Gembong saat itu juga merupakan Ketua DPC PDI Perjuangan Jakarta Selatan sehingga makin pede bisa memenangkan Jokowi di Menteng Dalam.

Karenanya, ucapan Jokowi yang malah menyebut wilayah itu anyep membuat Gembong tak terima.

Sekretaris DPD PDIP DKI Jakarta, gembong Warsono danManajer TribunJakarta.com Yogi Gustaman.
Sekretaris DPD PDIP DKI Jakarta, gembong Warsono danManajer TribunJakarta.com Yogi Gustaman.

"Saya sampai berdebat waktu itu, saya bilang ini kandangnya PDI Perjuangan, tapi beliau minta cepat-cepat mau pulang. Katanya, 'Uwis mas, anyep'," ujar Gembong yang saat ini menjabat Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jakarta, menceritakan pengalamannya saat mendampingi Jokowi kampanye Pilkada DKI Jakarta sewaktu berbincang dengan TribunJakarta.com di kantor DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta, Kamis (2/2/2023).

Siapa sangka, klaim Gembong akan kedigdayaan Menteng Dalam pada Pilkada DKI putaran kedua 2012 terkalahkan dengan prediksi Jokowi saat kampanye silam.

Jokowi-Ahok kalah dengan jumlah suara cukup telak atas Foke-Nara di Menteng Dalam.

Kekalahan di Menteng Dalam tentu bukanlah hal positif, tetapi kemampuan membaca peta politik menjadi "kesaktian" Jokowi yang benar-benar terbukti.

Untungnya secara keseluruhan Jokowi-Ahok bisa mengungguli lawannya dengan perolehan 53,82 persen melawan Foke-Nara 46,18 persen pada Pilkada DKI 2012.

Hebatnya Jokowi di Ulujami

Selain Menteng Dalam, Gembong punya cerita tak terlupakan lainnya soal "kesaktian" Jokowi saat mendampingi kampanye di Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu.

Yakni ketika Jokowi dijadwalkan kampanye di Ulujami, Pesangrahan, Jakarta Selatan.

Gembong sedari awal sebenarnya sudah malas kala harus mendampingi Jokowi kampanye ke Ulujami.

Sebab, kata Gembong, Ulujami seakan menjadi 'neraka' bagi partai berlogo moncong putih.

"Di Ulujami itu dari Pemilu 1999 sampai 2009, PDI Perjuangan gak pernah menang di sana. Saya juga gatau itu kenapa," ujar Gembong.

Presiden Joko Widodo bersama keluarga singgah di kedai kopi yang berada di Jl Cipete Raya, Jakarta, Minggu 2 Juli 2017. Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama kedua putra putrinya, Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep berada di warung kopi tersebut selama hampir 30 menit.
Presiden Joko Widodo bersama keluarga singgah di kedai kopi yang berada di Jl Cipete Raya, Jakarta, Minggu 2 Juli 2017. Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama kedua putra putrinya, Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep berada di warung kopi tersebut selama hampir 30 menit. (TRIBUNNEWS.COM/BIRO PERS)

Gembong makin pesimistis Jokowi bisa menang di Ulujami lantaran cagub jagoannya itu ngaret dari jadwal yang harusnya pukul 14.00 WIB tapi sampai malam tak juga datang.

"Ternyata Pak Jokowinya itu diculik dulu sama relawan buat kampanye di daerah Jakarta Timur yang udah mau perbatasan sama Bekasi. Habis Maghrib baru dia geser dari sana," ucap Gembong.

Jokowi pun saat itu tak langsung kampanye di Ulujami. Ia lebih dulu berkampanye di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Baru juga menginjakan kaki di pasar, Jokowi sudah disemprot oleh emak-emak pedagang yang melihat Jokowi seakan adalah sosok antagonis.

Emak-emak itu meracau ke Jokowi yang seolah Jokowi akan mematikan tempat usahanya itu.

Namun sikap Jokowi kala itu sungguh berbeda. Gembong melihat sendiri bagaimana sikap Jokowi justru membuat emak-emak itu langsung luluh saat itu juga.

"Pak Jokowi cuma bilang "Ya ibu maunya apa? Maunya saya gimana? Makanya saya datang mau nanya pedagang di sini"," tutur Gembong mencoba mengingat ucapan Jokowi.

Benar saja, saat Jokowi mau meninggalkan pasar Kebayoran Lama, emak-emak yang tadinya ngamuk justru malah berfoto bersama Jokowi.

Dari pasar Kebayoran Lama, Jokowi barulah bergeser ke Ulujami. "Waktu itu sudah jam 8 malam. Padahal jadwalnya itu jam 2," ujar Gembong.

Di Ulujami, Jokowi tak banyak mengumbar janji. Ia hanya mengeluarkan dua kartu dari kantong kemejanya. 

Kartu Jakarta Sehat (KJS) untuk warga berobat dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) untuk warga mendapat pendidikan gratis. 

"Pas pulang saya bilang ke Pak Jokowi kita ga pernah menang di Ulujami. Tapi beliau yakin menang. "Apik Mas"," papar Gembong.

Jurus Jokowi itu rupanya benar-benar ampuh di sana. PDI Perjuangan yang selalu keok di Ulujami maka di tahun 2012 memenangkan Jokowi-Ahok.

"Makanya saya juga heran sama beliau, prediksinya jitu sekali," ucap Gembong.

Seperti diketahui, Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2012-2014 dan berlanjut menjadi Presiden Republik Indonesia dua periode 2014 hingga 2024 mendatang.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved