Derita Warga Gusuran Sudah 4 Bulan Bertahan di Tenda Kumuh Meski Kampung Susun Bayam di Depan Mata
Penderitaan warga korban gusuran Kampung Bayam hingga kini masih menanti janji Jakpro untuk bisa tempati hunian Kampung Susun Bayam belum selesai.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Penderitaan warga korban gusuran Kampung Bayam yang menanti janji PT Jakarta Propertindo (Jakpro) untuk bisa menempati hunian Kampung Susun Bayam belum selesai.
Sudah hampir 4 bulan lamanya warga bertahan di tenda kumuh pinggir jalan meski Kampung Susun Bayam ada di depan mata mereka.
Tenda biru nan lusuh yang masih ditempati warga bekas gusuran Kampung Bayam itu berada di sisi utara Jakarta International Stadium (JIS), Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Letaknya tepat di depan gerbang masuk Kampung Susun Bayam, hanya sekitar 100 meter dari bangunan rumah susun yang berdiri megah di samping JIS itu.
Sebagai gambaran, posisi gerbang Kampung Susun Bayam tempat didirikannya tenda itu hanya sepelemparan batu dari rel kereta.
Baca juga: Warga Kampung Bayam Korban Gusuran JIS Kembali Demo di Balai Kota Sampaikan Empat Tuntutan
Otomatis, warga yang bertahan di tenda seringkali tidak bisa tidur nyenyak lantaran dihantui hingar bingar suara kereta dan kendaraan lain yang melintas.
Selasa (21/2/2023) siang menjelang sore, tampak beberapa warga, orang dewasa maupun anak-anak berkumpul di bawah tenda tersebut.
Mereka bersyukur masih bisa berteduh dari teriknya matahari, meski tak bisa lepas dari terjangan debu-debu jalan.

Bau tidak sedap yang tercium dari dalam tenda juga tak lagi dihiraukan.
Kondisi kumuh nan memprihatinkan ini sudah menjadi makanan sehari-hari warga yang bertahan di tenda itu.
Informasi terbaru, tersisa 5 KK dengan total sekitar 20 jiwa yang masih bertahan di tenda.

Ratusan warga eks gusuran Kampung Bayam lainnya yang tidak kuat bertahan hidup di tenda memilih tinggal di kontrakan.
Total ada 123 KK yang terdata sebagai penghuni Kampung Susun Bayam dan semuanya menagih janji JakPro untuk bisa menempati unit hunian mereka masing-masing.
Sembari menunggu kepastian, sebagian besar yang sempat tinggal di tenda akhirnya beranjak mencari kontrakan.
Sisanya, 5 KK tadi, harus terus bertahan di tenda karena tak punya rejeki lebih untuk tidur di kontrakan.
Salah satunya Suhandi (66), warga Kampung Bayam yang terdampak gusuran megaproyek JIS.
Sejak November 2022 hingga hari ini, Suhandi bertahan di tenda sebagai bentuk penagihan janji kepada JakPro.
"Sudah tiga bulan setengah bertahan di sini. Alasan bertahan di tenda kan karena kita nggak dikasih pindah ke sana (Kampung Susun Bayam," tutur Suhandi kepada wartawan.
Suhandi kebingungan.
Meski surat keputusan penempatan unit sudah digenggam, begitupun nomor dan blok rusun, tapi hingga kini warga sama sekali belum diberikan kesempatan menempati hunian yang dijanjikan kepada mereka.
Ia pun mengungkapkan bahwa polemik penentuan tarif sewa membuat jadwal penempatan Kampung Susun Bayam diulur lagi.
"Kalo buat kita tarif semampu kita. Dia (JakPro) minta kan awal Rp 1,5 juta biaya sewa, terus turun Rp 750 ribu. Lansia khusus di lantai 2, ternyata lansia yang biaya sewanya paling besar," kata Suhandi.
"Kita maunya ya disamain kayak rusun lainnya aja, kayak Kampung Susun Akuarium, paling mahal ya Rp 300 ribu lah," sambungnya.
Selama hampir empat bulan tinggal di dalam tenda alakadarnya, kehidupan Suhandi dan warga lainnya pun terbilang miris.
Baca juga: Dulu Digusur, Kini Warga Kampung Bayam Bakal Diberdayakan Bekerja di JIS
Mereka harus tidur himpit-himpitan, merasakan panas serta hujan, hingga bisingnya jalanan.
Karenanya, Suhandi berharap pemerintah membuka mata dan memperhatikan warga kecil yang terzolimi.
Ia meminta warga bekas gusuran proyek JIS bisa segera menempati unit hunian mereka masing-masing di Kampung Susun Bayam.
"Untuk pemerintah kalau bisa bijaksana tolong lah sama rakyatnya yang kecil, kasihan lah sama kita-kita orang kita tidur di jalanan begini, kehujanan, keanginan kebocoran," kata Suhandi.
"Jangan sampai yang gede aja yang banyak duitnya dikasihani, disayangi, yang kecil yang harus disayangi," tutupnya.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.