Sosok yang Kirimi Tukul Uang Selama Buron Didalami Polisi, Pembacok Arya Saputra Kabur ke Tiga Kota
Tukul ngamen dan kerja di Warmindo untuk penuhi kebutuhan hidup selama buron, ternyata ada sosok yang kirimi uang.
Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Polisi kini tengah mendalami sosok yang mengirimi uang kepada pembacok siswa SMK di Bogor, Tukul selama 2 bulan menjadi buronan.
Tukul akhirnya ditangkap polisi setelah kabur karena membacok Arya Saputra di Simpang Pomad, Bogor, Maret 2023 lalu.
Tersangka pembacokan Tukul ada tiga orang, dua ditangkap tak lama setelah peristiwa terjadi.
Sementara tersangka utama yaitu Tukul kabur dari kejaran polisi sampai ke tiga kota, Bogor, Cianjur, dan Yogyakarta.
Ditangkapnya Tukul membuat publik tertutama keluarga korban bisa sedikit bernafas lega.
Tukul ditangkap di Jalan Bantul, tepatnya di depan Pasar Witen, Yogyakarta, Kamis (11/5/2023).
Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Bismo Teguh Prakoso mengatakan, setelah membacok siswa SMK Bogor, Tukul langsung melarikan diri.
"Setelah dapat info dicari polisi, dia melarikan diri," kata dikutip TribunJakarta.com dari TribunnewsBogor.com, Jumat (12/5/2023).
Mulanya, Tukul bersembunyi di Bogor lalu berlanjut ke daerah Cianjur.
Setelah itu Tukul menuju wilayah Jakarta hingga ditangkap di Yogyakarta.
"Lanjut ke Kampung Rambutan, terminal," kata Bismo Teguh Prakoso.
Bismo menceritakan kehidupan Tukul sejak masa pelarian.
Tukul tidur di tempat berbeda-beda setiap malam, mulai dari terminal hingga masjid-masjid.
Tukul pun sempat mengamen untuk bertahan hidup.
Baca juga: Terjawab Alasan Tukul Pembacok Arya Saputra Sulit Ditangkap, Ada Hubungan dengan Masa Lalu Kelam
"Dia menjadi pengamen," katanya.
Kemudian Tukul bekerja di sebuah warung mi instan alias Warmindo di Yogyakarta.
"Dia bekerja di warung indomi, itu cara dia bertahan hidup di sana," kata Kombes Bismo Teguh Prakoso.
Namun rupanya tak hanya itu cara Tukul mencari uang.
Menurut Bismo, Tukul memiliki sebuah akun Instagram yang dipakai untuk meminta uang pada teman-temannya.
"Dia juga membuat akun Instagram yang lain. Dia chat ke teman-teman (minta uang)," kata Kombes Pol Bismo.

Untuk itulah kini polisi akan mendalami siapa saja teman yang menyuplai uang pada Tukul, eksekutor pembacokan siswa SMK Bogor.
"Nanti siapa saja yang suplai uangnya akam kami dalami, saya tanya dilanjut lagi," kata Kombes Pol Bismo Teguh Prakoso.
Alasan Tukul sulit ditangkap terjawab
Bismo membeberkan alasan pihaknya kesulitan menangkap Tukul.
Menurut Bismo, remaja 17 tahun tersebut cukup lihai dalam hal melarikan diri.
"Kendalanya ini tersangka cukup lihai," ucap Bismo.
Bukan tanpa penyebab, keahlian Tukul melarikan diri ternyata dipengaruhi oleh masa lalunya yang kelam.
Sebelum membacok Arya Saputra sampai meninggal dunia di Simpang Pomad, Tukul rupanya merupakan seorang residivis.
Meski masih berusia muda, Tukul pernah terlibat beberapa kasus kejahatan, mulai dari penjambretan hingga pencurian.
Bahkan Tukul pernah merasakan penjara.
Baca juga: Ayah Arya Saputra Ingin Tukul Pembacok Putranya Dihukum Mati, Lihat Muka Pelaku Pun Langsung Emosi
"Sebelumnya memang dia pernah terlibat kejahatan jambret, pencurian di wilayah Bogor Kabupaten," kata Bismo.
"Kemudian ditahan di Polres, kemudian teruskan di Lapas, melakukan kejahatan ini," imbuhnya.
Ayah Arya Saputra emosi lihat muka Tukul
Ayah Arya Saputra, Rojai sudah bertemu langsung dengan Tukul yang baru saja ditangkap.
Saat mendatangi Mako Polresta Bogor Kota, Rujai mengaku emosi.

Emosi Rujai tak tertahan saat melihat Tukul. Walhasil kata kasar pun terlontar dari mulut Rujai.
"Terus terang aja saya ngomong kasar tadi karena emosi sama dianya (pelaku)," ujarnya.
Tak hanya bicara kasar, Rujai pun mengaku ingin berbuat kasar.
"Saya sih pengen nonjok terus terang aja, saya udah kesel banget," katanya.
Melihat emosi Rujai yang tak stabil, Polresta Bogor Kota pun mengarahkan Rujai agar menunggu di tempat lain.
"Akhirnya ditahan sama polisinya disuruh tunggu di luar ruang BAP," katanya.
Sementara itu, Rujai berharap jika ada hukuman setimpal terhadap Tukul.
"Semuanya berharap dihukum seberat-beratnya, kalau bisa hukuman mati," ucapnya.
Lebih lanjut, Rujai menegaskan jika nyawa tak bisa dibayar dengan uang.
"Karena anak saya engga bisa dibayar dengan uang, nyawa harus bayar nyawa," tegasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.