Kondisi Udara di Jakarta Memburuk, Heru Budi Diminta Batasi Penggunaan Sepeda Motor

Desakan untuk membatasi sepeda motor ini bukan tanpa alasan, sebab, sumber utama pencemaran udara di ibu kota berasal dari asap knalpot kendaraan.

KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Aktivist dari greenpeace memanjat Monumen Selamat Datang atau patung Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (23/10/2019). Mereka membentangkan spanduk kuning bertuliskan Orang Baik Pilih Energi Baik dan Lawan Perusakan Hutan #ReformasiDikorupsi. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Bondan Andriyanu meminta Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono membuat terobosan kebijakan untuk mengurangi polusi atau pencemaran udara di Jakarta.

Ia pun menyebut, pembatasan kendaraan bermotor harus lebih diperketat lagi.

Apalagi sampai saat ini tak ada pembatasan perihal penggunaan sepeda motor.

Aturan ganjil genap yang diterapkan di 26 ruas jalan di ibu kota pun tak berlaku untuk sepeda motor.

“Ke depan harus ada pembatasan kendaraan bermotor, sehingga masalah penanggulangan pencemaran ini tepat sasaran,” ucapnya saat dikonfirmasi, Selasa (13/6/2023)

Desakan untuk membatasi sepeda motor ini bukan tanpa alasan, sebab, sumber utama pencemaran udara di ibu kota berasal dari asap knalpot kendaraan.

“Maka itu seharusnya ada rencana pengendalian pencemaran dari asap knalpot kendaraan,” ujarnya.

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu di dalam Clean Air Studio Plaza Festival Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (14/9/2018).
Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu di dalam Clean Air Studio Plaza Festival Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (14/9/2018). (TribunJakarta.com/Suci Febriastuti)

Baca juga: Kelakar Heru Budi Mau Tiup Polusi Udara di Jakarta Dikecam Habis Greenpeace: Tak Etis!

Bondan pun menyebut, kendaraan listrik yang tengah digencarkan oleh pemerintah bukan solusi untuk mengatasi polusi udara.

Pasalnya, energi listrik yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan listrik itu masih didominasi ileh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara yang menjadi salah satu sumber pencemar udara.

“Kami beranggapan itu adalah solusi palsu, karena penggunaan kendaraan listrik saat ini adalah solusi palsu, karena hanya memindahkan polusi dari knalpot ke cerobong PLTU,” tuturnya.

Tak hanya itu, subsidi yang diberikan pemerintah untuk kendaraan listrik pun disebutnya hanya menambah jumlah kendaraan yang melintas di jalanan.

“Kendaraan listrik tidak bisa menyelesaikan permasalahan macet, hanya akan menambah jumlah kendaraan di jalan,” kata dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved