Asal Usul Semur Jengkol yang Bau Tapi Enak! Tercipta dari Interaksi Orang Belanda dan Indonesia
Asal Usul Semur Jengkol yang Bau Tapi Enak! Tercipta dari Interaksi Orang Belanda dan Indonesia
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Masyarakat Betawi pasti suka menyantap hidangan Semur jengkol.
Menu yang satu ini adalah salah satu makanan khas bagi masyarakat Betawi.
Biasanya, semur jengkol disantap bersama dengan nasi uduk, bawang goreng, dan lauk pauk lainnya.
Jengkol merupakan jenis tanaman khas yang tumbuh di wilayah tropis Asia Tenggara.
Selain di Indonesia, jengkol juga bisa ditemui di beberapa negara tropis lainnya seperti Malaysia, Myanmar dan Thailand.
Meskipun dikenal memiliki aroma yang kuat, namun kenyataannya jengkol banyak digemari masyarakat termaksud suku Betawi.
Jika ditelusuri lebih jauh, keberadaan semur jengkol sudah ada sejak zaman dulu.
Kata semur sendiri, sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang berbunyi 'Smoor'.

Smoor diartikan sebagai teknik memasak yang menggunakan api kecil dengan waktu lama.
Sehingga, daging yang dimasak dengan teknik tersebut dapat menjadi empuk saat dimakan.
Konon, semur sendiri sudah ada sejak kisaran tahun 1600an.
Terciptanya semur sendiri, berawal dari interaksi masyarakat Belanda dan Indonesia dalam mengolah makanan.
Barulah, dari interaksi tersebut lahir sebuah citarasa yang dikenal dengan semur.
Mengutip laman Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, zaman dulu makanan ini pernah jadi menu utama dalam jamuan bangsa Belanda.
Dalam perkembangannya, semur melekat dengan kaum pribumi dan jadi salah satu tradisi khususnya masyarakat Betawi.
Selain disajikan untuk sehari-hari, semur juga kerap kerap dihidangkan dalam momen-momen besar.
Seperti ketika lebaran, perkawinan, atau acara-acara lainnya.
Masyarakat Betawi menggunakan jengkol sebagai bahan utamanya.
Hidangan ini kemudian berkembang dengan pengaruh beberapa budaya.
Selain bangsa Eropa, semur jengkol Betawi juga memiliki citarasa yang dipengaruhi oleh tradisi Timur Tengah, juga India yang kerap menggunakan banyak rempah-rempah.
Sementara rasa manis dari kecapnya,merupakan campuran pengaruh dari masakan Tionghoa peranakan.
Zaman dulu, banyaknya pohon jengkol yang tumbuh di pekarangan rumah masyarakat Betawi.
Sehingga masyarakat kerap menjadikan jengkol sebagai makanan sehari-hari.
Adapun dalam sejarah Betawi, terdapat dua wilayah penghasil jengkol terbesar pada masanya yakni kawasan Pondok Gede, dan Lubang Buaya.
Itulah asal usul semur jengkol yang jadi makanan favorit masyarakat Betawi.
Tidak hanya zaman dulu, bahkan jengkol masih banyak digemari oleh masyarakat di zaman sekarang.
Baca artikel menarik lainnya di Google News.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.