Pilpres 2024
Elektabilitas Anies Baswedan Posisi Buncit, Dinilai Tak Ada yang Baru Ditawarkan ke Publik
Elektabilitas Anies Baswedan sebagai bakal capres masih menduduki posisi ketiga di survei Litbang Kompas periode Juli-Agustus 2023.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Elektabilitas Anies Baswedan sebagai bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan masih menduduki posisi ketiga di survei Litbang Kompas periode Juli-Agustus yang dirilis pada Senin (21/8/2023).
Ini menjadi pekerjaan rumah cukup besar bagi Anies dan partai politik pengusungnya seperti NasDem, Demokrat dan PKS di Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Karena tinggal hitungan hari KPU RI membuka pendaftaran bakal capres dan cawapres pada 19 Oktober hingga 25 November 2023.
Melihat elektabilitasnya di angka 12,7 persen, Anies jelas tertinggal jauh dari bakal capres Ganjar Pranowo di angka 24,9 persen, kemudian disusul Prabowo Subianto 24,6 persen.
Publik mungkin saja bertanya-tanya ada apa gerangan yang terjadi pada Anies? Apakah karena secara persona sudah tidak lagi menjual, masih jomblo karena belum menentukan cawapres, atau faktor lain?
Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai salah satu alasan yang membuat elektabilitas Anies stagnan karena lebih banyak mendaur ulang isu-isu lama dengan istilah-istilah baru.
Hampir tidak ada sesuatu yang baru dari Anies untuk ditawarkan ke publik. Ini jelas berbanding terbalik dengan narasi perubahan yang kerap dijual Anies dan koalisinya. Dalam hal ini, Anies dan Koalisi Perubahan untuk Persatuan Indonesia kehilangan momentum.
Ia juga menyebut Anies belum memaksimalkan roadshow dan safari politik. Lazimnya, publik lebih suka capres yang blusukan, jalan-jalan, bertemu dan mengajak diskusi dengan rakyat terkait persoalan yang melekat padanya.
Terbaru, Anies pun buka suara saat "Bicara Budaya Kini dan Nanti" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis (24/8/2023).
Ia mengaku baru roadshow ke 26 daerah di seluruh Indonesia tapi dalam sunyi. Tirakatnya ini tanpa postingan di media sosial atau sorotan media.
"Saya melakukan perjalanan, saya menyebutnya tirakat, mengunjungi 26 kota kabupaten tanpa pemberitaan, tanpa ada posting tanpa ada itu semua, dan tujuan saya mendengar, tujuan saya belajar menyerap," begitu kata Anies.
Bahkan, dengan jantannya ia menantang siapapun untuk menguji tirakatnya itu benar-benar sunyi dari medsos dan liputan wartawan.
"Seluruh kegiatan yang saya kerjakan itu tidak ada postingan-nya, bisa dicek, dan tidak ada berita. Sempat ada berita, tapi itu tidak sengaja karena wartawannya salat Xuhur di tempat yang sama, di Blora," sambung dia.
Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.