Pilpres 2024
Singgung Aroma Pengkhianatan, Prabowo: Saya Juga Dituduh Pengkhianat!
Bakal calon presiden Prabowo Subianto mengendus aroma pengkhianatan yang belakangan mewarnai dinamika politik tanah air.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Bakal calon presiden sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto mengendus aroma pengkhianatan yang belakangan mewarnai dinamika politik tanah air.
Sebagai informasi, narasi ini digunakan Partai Demokrat untuk mengungkapkan kekecewaannya terhadap sosok Anies Baswedan dan Partai NasDem yang lebih milih Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai bakal calon wakil presiden.
Padahal, selama ini Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang terus digadang-gadang untuk mendampingi Anies maju di Pilpres 2024 mendatang.
“Memang akhir-akhir ini sarat dengan aroma-aroma pengkhianatan,” ucapnya saat berpidato dihadapan ratusan kader Partai Gelora di Djakarta Theater, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9/2023).
Narasi pengkhianat ini pun kemudian digunakan oleh Prabowo Subianto untuk menunjukan posisinya usai kalah di Pilpres 2019 lalu.
Ia bahkan menyuarakan narasi itu dengan lebih keras dan menyebut dirinya yang dituding sebagai penghianat oleh pendukungnya sendiri.
Tak hanya itu, Prabowo juga mengaku kala itu dirinya terus disudutkan oleh pendukungnya lantaran menerima pinangan Presiden Joko Widodo untuk mengisi pos Menteri Pertahanan RI.
“Memang akhir-akhir ini sarat dengan aroma-aroma pengkhianatan. Saya dituduh pengkhianat oleh pengikut-pengikut saya, karena saya mau bergabung dengan pak Jokowi,” tuturnya.

Prabowo bilang, dirinya butuh waktu lama untuk menyakinkan pendukungnya lagi bahwa saat itu ada politik adu domba yang dimainkan oleh pihak tertentu untuk memecah belas bangsa.
“Akhirnya saya harus menjelaskan, tapi lama-lama mereka paham. Jadi, politik adu domba, politik pembelahan. Semakin Indonesia tidak bersatu, semakin kekuatan-kekuatan tertentu di dunia ini senang melihatnya,” ujarnya.
“Kenapa? Karena kita terlalu besar, kita terlalu kaya saudara-saudara sekalian,” sambungnya.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.