Pilpres 2024

Duet Ganjar-Mahfud Bisa Sedot Suara NU dan Gusdurian, Anies-Imin dan Prabowo di Jatim Bisa Wassalam

Jika duet Ganjar-Mahfud terwujud, berpadu dengan besarnya elektabilitas PDIP di kalangan NU, pasangan Anies-Cak Imin dan kubu Prabowo bisa wassalam.

|
Tribun Jakarta
Ganjar Pranowo dengan Mahfud MD, Prabowo dengan Yenny Wahid dan Anies-Cak Imin. 

Selain dengan Mahfud MD, nama Ridwan Kamil (RK) juga tengah santer dikabarkan bertemu Megawati membicarakan menjadi wakil Ganjar.

Anies-Cak Imin dan Prabowo Wassalam di Jatim

Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, mengatakan, jika sudah sampai tahap bertemu Megawati, artinya orang itu serius dipertimbangkan menjadi pendamping Ganjar.

Secara keseluruhan, dari mulai sisi politik hingga kelebihan dan kekurangan di berbagai bidang mesti sudah diteliti.

Terlebih menurut Adi, PDIP adalah partai yang kuat secara ideologi dan mazhab politik.

Tokoh yang akan diajak bergabung ke dalam kubunya pasti memiliki banyak kesamaan.

Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri saat memberikan pidatonya di acara HUT ke-50 PDI Perjuangan di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2023).
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri saat memberikan pidatonya di acara HUT ke-50 PDI Perjuangan di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2023). (Youtube PDI Perjuangan)

"Saya kira memang kode keras dan tidak gampang bicara dengan Mbak Mega, berdialog dengan hati ke hati soal kepentingan poltik, apalagi terkait pilpres. Tentu Ridwan kamil tentu Mahfud MD sudah melalui screening cukup panjang."

"Di mana portofolio politik mereka sudah di-tracking, tentu tentang kelebihan, kekurangan dan potensi mereka."

"Oleh karena itu sudah pada tahap bertemu dengan Mbak Mega, saya kira ini satu kakinya sudah ada di dalam kemungkinan dia terpilih sebagai pendampingnya Ganjar Pranowo entah itu Ridwan Kamil atau Mahfud MD," ujar Adi di Kompas Petang, Selasa (12/9/2023).

Adi pun mengungkapkan kelebihan Ridwan Kamil yang merupakan mantan Gubernur Jawa Barat itu.

"Ridwan Kamil juga memiliki kelebihan salah satunya tentu diharapkan mampu mengkonsolidasikan politik di Jawa Barat yang sleama ini misalnya Pak Ganjar Pranowo belum terlampau muncul secara signifikan," ujar Adi.

Di sisi lain, Mahfud MD memiliki kelebihan di Jawa Timur, kampung halamannya.

Mantan Ketua MK itu juga dianggap bagian yang kafah dari NU sekaligus Gusdurian.

Jika duet Ganjar-Mahfud terwujud, berpadu dengan besarnya elektabilitas PDIP di kalangan NU, maka pasangan Anies-Cak Imin dan kubu Prabowo bisa tertinggal jauh alias wassalam.

"Mahfud itu kuat di kalangan NU. Apapun judulnya, Mahfud ini kan merupakan representasi politik dari kalangan Gus Dur," ucap Adi Prayitno.

"Kalau Mahfud yang dipilih maka PBNU yang sekarang Gus Yahya (Ketua Umum PBNU) dan barisan Gusdurian itu akan solid dan terkonfirmasi," imbuh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu.

DPP PDIP ANgkat Bicara

Analisa Adi Prayitno diamini oleh Ketua DPP PDIP, Nusyirwan Soejono.

Menurutnya, untuk bisa sampai bertemu muka dan berdiskusi dengan Megawati secara langsung, harus melewati sejumlah tahapan.

"Kalau untuk sampai pada tingkatan berjumpa dengan Ibu Megawati tentu itu bukan suatu hal yang mudah, melewati berbagai tinjauan, berbagai pengamatan, sampai pada perlunya sebuah pertemuan," kata Nusyirwan pada kesempatan yang sama di program Kompas Petang.

Nusyirwan pun memastikan seleksi yang dilakukan PDIP untuk mencari sosok calon RI 2 terbaik tidaklah sembarangan.

Ia pun megajak masyarakat menunggu kesimpulan sosok yang akan dimajukan menjadi wakil Ganjar.

"Maka tentu kita akan tunggu saja, apakah nanti atas kesimpulan-kesimpulan tersebut, apa yang sudah dicatat, direkam, dievaluasi selama ini, nanti hasilnya seperti apa. Hanya saja perlu juga jadi catatan pula bahwa itu semua berdasar pada apa yang selama ini muncul, selama ini ada di dalam peredaran."

"Ke depan untuk pimpinan nasional, presiden dan wakil presiden, tentu kita tidak hanya melihat sekadar kulitnya saja ya. Tentu juga tidak menjadi hal yang salah apabila ada kemungkinan-kemungkinan untuk melihat faktor lain, tuntutan politik ke depan, tuntutan kebutuhan bangsa ke depan," pungkasnya.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved