Beras Kian Mahal, Pedagang Warteg Bersiap Naikkan Harga Menu Makan

Para pedagang Warung Tegal (Warteg) segera menentukan sikap apakah akan menaikkan harga menu makan atau tidak di tengah mahalnya harga beras.

|
Penulis: Bima Putra | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
TribunJakarta/Satrio Sarwo Trengginas
Ilustrasi suasana Warteg di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Rabu (20/11/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Para pedagang Warung Tegal (Warteg) segera menentukan sikap apakah akan menaikkan harga menu makan atau tidak di tengah mahalnya harga beras.

Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengatakan bila dalam waktu dekat harga beras medium di pasaran tidak kunjung turun maka para pedagang akan menaikkan harga menu.

"Kelihatannya dari trend kenaikan harga beras sulit untuk turun. Teman-teman (pedagang Warteg) di Jakarta nunggu sampai bulan ini)," kata Mukroni saat dikonfirmasi, Sabtu (14/10/2023).

Langkah menaikkan harga menu ini jadi pilihan terakhir bila harga beras tidak kunjung turun, dan siasat pedagang Warteg untuk menutupi modal belanja tidak lagi mampu bertahan.

Hingga kini para pedagang Warteg sudah berupaya mensiasati kenaikan harga dengan mengurangi porsi nasi untuk pembeli, dan mengganti ukuran piring menjadi lebih kecil.

Nahas sejak siasat diberlakukan hingga kini harga beras tak kunjung turun, berdasarĀ infopangan.jakarta.go.idĀ harga beras medium per Sabtu (14/10) tercatat Rp12.577 per kilogram.

"Dikalangan Warteg Jakarta maka tidak mungkin lagi untuk mempertahankan harga," ujarnya.

Mukroni menuturkan akibat kenaikan harga beras ini saja sejumlah pedagang Warteg di Bekasi bahkan terpaksa menutup usahanya karena harga pangan kian mahal, dan daya beli warga terpuruk.

Para pedagang Warteg harus merogoh modal untuk belanja, sementara masyarakat sebagai pembeli terpaksa berhemat untuk menyiasati mahalnya bahan pangan.

"Karena beras kebutuhan vital. Jika tak ada ayam, ada ikan. Tak ada telur ada tempe dan tahu. Kalau tak ada beras, singkong, jagung dan lainnya lebih mahal dan tidak efesien mengolahnya," tuturnya.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved