Mengenal Brigade Givati, Pasukan Pertahanan Israel yang K.O Disergap Rudal Hamas
Belasan tentara Israel dari Brigade Givati tewas usai tank menabrak bahan peledak di Jalur Gaza, siapa pasukan Brigade Givati?
TRIBUNJAKARTA.COM - Jalur Gaza masih diwarnai pertempuran antara pasukan Hamas dan tentara Israel.
Terbaru, belasan tentara Israel dilaporkan tewas saat berusaha masuk jauh ke dalam Jalur Gaza pada Selasa (31/10/2023).
Dikutip dari Time of Israel, Otoritas militer Israel pada Rabu (1/11/2023) mengatakan, banyaknya korban yang harus dibayar oleh Israel untuk melenyapkan kelompok Hamas.
Militer Israel mengungkapkan, 11 tentara dari Batalyon Tzabar Brigade Infanteri Givati tewas ketika sebuah pengangkut personel lapis baja Namer yang mereka tumpangi terkena peluru kendali anti-tank yang ditembakkan oleh Hamas,
Sementara, empat tentara lainnya terluka dalam insiden yang sama, termasuk satu tentara yang luka parah.
Sejumlah tentara Israel tewas ketika tank yang mereka tumpangi menabrak alat peledak.
Masih pada hari yang sama, seorang tentara dari Batalyon Rotem pimpinan Givati terluka parah dalam bentrokan terpisah dengan milisi di Jalur Gaza, kata IDF.
Zona pertempuran perkotaan diperkirakan dipenuhi dengan bom dan jebakan serta dilemahkan oleh jaringan terowongan yang luas yang digunakan oleh pejuang Hamas untuk menyergap atau mengejutkan pasukan.
Lantas, siapa sebenarnya Brigade Givati dan apa tugasnya?
Brigade Givati
Dirangkum TribunJakarta dari berbagai sumber, Brigade Givati adalah brigade infanteri pasukan pertahanan Israel yang dibentuk pada Desember 1947.
Brigade Givati berasal dari bahasa Ibrani yang artinya Brigade Bukit atau Brigade Dataran Tinggi. Namun Brigade Givati ini tak sebatas bertugas di dataran tinggi saja, mereka juga bertugas sebagai pasukan amfibi.
Para prajurit Givati menggunakan baret ungu di pakaian mereka.
Simbol Brigade Givati adalah rubah, yang merujuk pada Shualei Shimshon yang artinya Rubah-rubah Samson, sebuah unit dalam perang Arab-Israel 1948.
Selama perang tahun 1948, pasukan ini terlibat dalam perebutan desa-desa Palestina dalam operasi Hametz, Barak, dan Pleshet.
Selama Operasi Barak, brigade tersebut melakukan pembantaian di desa Abu Shusha, dan menewaskan sekitar 60 warga.
Ketika perang memasuki tahap kedua , Givati menjadi Brigade ke-5 , dipindahkan ke selatan, dan terkonsentrasi terutama di sekitar Gedera, Gan Yavne dan Be'er Tuvia.
Satu batalion bertempur di front Yerusalem, berpartisipasi dalam Operasi Nachshon dan Pertempuran Latrun.
Brigade ini diubah menjadi brigade cadangan pada tahun 1956 dan batalion infanteri "HaBokim HaRishonim" ke-51 dipindahkan ke Brigade Golani.
Givati dibentuk kembali sebagai brigade infanteri mekanis dan kemudian melanjutkan ke peperangan amfibi pada tahun 1983. Pada saat itu Brigade tersebut dimaksudkan untuk bertugas sebagai marinir , tetapi hal ini belum terwujud.
Kemudian pada tahun 1999, pasukan ini bertugas di bawah Komando Selatan Israel.
Pada tahun 2002-2003, Brigade Givati dikerahkan di Jalur Gaza. Brigade tersebut dianugerahi medali kehormatan atas pengabdiannya di Jalur Gaza selama dua tahun terakhir Intifada Al-Aqsa , ketika di bawah komando Imad Fares . Di bawah komando Fares, Givati melakukan ribuan operasi di Jalur Gaza.
Brigade Givati telah banyak melakukan operasi-operasi peperangan selama bertugas di Jalur Gaza.
Hingga pada November 2022, Brigade Givati terlibat dalam "serangkaian insiden" dugaan pelanggaran terhadap warga sipil di Yerusalem dan Tepi Barat.
Dalam kurun waktu beberapa minggu, tentara Brigade Givati dituduh meludahi seorang uskup agung Kristen Armenia yang sedang melakukan ziarah (dua tentara ditahan oleh polisi), memukuli aktivis hak asasi manusia Israel di Hebron (dua tentara diskors), dan menyerang seorang warga Palestina.
Sementara Kepala Staf IDF Aviv Kohavi berpendapat bahwa Insiden seperti ini menodai unit tempat prajurit bertugas, IDF dan Negara Israel.
MK Israel dan menteri keamanan nasional yang ditunjuk Itamar Ben-Gvir mendesak IDF untuk 'berpikir dua kali' mengenai apakah akan menghukum para prajurit.
Mereka juga mempertanyakan apakah para prajurut telah "terprovokasi" dan berpendapat bahwa mendisiplinkan mereka "melemahkan tangan para prajurit dan tidak memperkuat mereka dalam perang melawan terorisme."
Baca artikel menarik lainnya di Google News.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.