Teror Bom di Koja

Pelajar SMAN 114 yang Nge-Prank Teror Bom Mal di Koja Tidak Disanksi dan Dikeluarkan dari Sekolah

Kepala Sekolah SMAN 114 Jakarta Dwi Priyo Eko Santoso mengatakan, pihak sekolah tidak akan mengeluarkan siswanya.

|
Gerald Leonardo Agustino/TribunJakarta.com
Konferensi pers terkait kasus pelajar nge-prank pakai pesan teror bom, Kamis (2/11/2023) malam di Mapolsek Koja, Jakarta Utara. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, KOJA - Pelajar SMAN 114 Jakarta yang menjadi pelaku pengirim pesan teror bom sebagai bahan lelucon tidak mendapatkan sanksi dari pihak sekolah.

FA, pelajar yang bersangkutan, juga tidak dikeluarkan dari sekolah meski pesan yang dikirimkannya untuk mengerjai teman sekelasnya H sudah membuat resah banyak orang.

Kepala Sekolah SMAN 114 Jakarta, Dwi Priyo Eko Santoso, mengatakan, pihak sekolah tidak akan mengeluarkan siswanya yang terlibat prank hingga ditangkap polisi.

Dwi juga mengaku belum memikirkan sanksi apa yang akan diberikan pihak sekolah terhadap siswanya itu.

"Kita pertimbangkan hal itu, ya kita pertimbangkan," ucap Dwi.

Di sisi lain, Dwi mengklaim bahwa selama ini dalam kegiatan belajar mengajar para guru sudah memberikan pembinaan kepada para siswanya.

Ia juga mengakui sudah memberikan peringatan kepada para pelajar di SMAN 114 Jakarta untuk bijak dalam beraktivitas di media sosial.

"Jadi kami selalu memberikan arah-arahan untuk pendidikan anak-anak kami itu ya," ucapnya.

Nge-Prank Bawa-bawa Noordin M. Top

Diberitakan sebelumnya, pelajar SMAN 114 Jakarta yang menjadi pelaku prank teror bom Koja Trade Mall membawa sosok gembong teroris Noordin M. Top dalam pesan yang dibuatnya.

FA, pelajar yang membuat pesan teror tersebut, awalnya membuat akun WhatsApp dengan foto profil bergambar wajah Noordin M. Top.

Kemudian, dalam aksi prank ini, FA mengirim pesan kepada kawan sekelasnya H yang berisi akan ada pengeboman di Koja Trade Mall.

"Kami akan melakukan pengeboman di daerah Koja Trade Mall, jika kamu peduli dengan Noordin M. Top, kamu harus mengikuti acara pengeboman," tulis FA dalam pesan singkatnya kepada H.

Enam pelajar yang diamankan terkait kasus teror bom di Koja Trade Mall, Jakarta Utara, Kamis (2/11/2023).
Enam pelajar yang diamankan terkait kasus teror bom di Koja Trade Mall, Jakarta Utara, Kamis (2/11/2023). (Gerald Leonardo Agustino/TribunJakarta.com)

Kapolsek Koja Kompol M. Syahroni mengatakan, pesan ancaman bom tersebut nyatanya hanyalah prank alias bercandaan antar kawan sekelas.

"Motif mereka berdasarkan pengakuan daripada saudara FA dan saudara H mereka ingin apa bahasa anak-anak sekarang tuh, nge-prank ya, mereka ini nge-prank," ucap Syahroni dalam konferensi pers di Mapolsek Koja, Kamis malam.

Syahroni memaparkan, lima pelajar yang terlibat dalam aksi prank yang meresahkan ini masing-masing ialah FA, H, RF, KH, dan seorang pelajar wanita berinisial SAL.

Kronologi kasus bermula dari empat sekawan yang hendak melakukan prank terhadap H.

"Karena menurut mereka H ini cupu, atau lemah gemulai ya," ucap Kapolsek.

Ketika masih dalam jam belajar Kamis pagi tadi, FA membuat profil WhatsApp dengan foto dan nama Noordin M. Top.

Diketahui, Noordin M. Top merupakan pelaku gembong teroris yang telah mati ditembak pada 2009 silam.

Menggunakan profil Noordin M. Top, FA pun mengirimkan pesan kepada H bahwa akan ada aksi pengeboman di Koja Trade Mall.

"Isi pesannya akan melakukan pengeboman di daerah Koja di atau di KTM, kemudian ditambahkan, jika kamu peduli dengan Noordin M. Top, kamu harus mengikuti acara pengeboman, jadi ini dikirim ke IG," papar Syahroni.

Konferensi pers terkait kasus pelajar nge-prank pakai pesan teror bom di Koja.
Konferensi pers terkait kasus pelajar nge-prank pakai pesan teror bom, Kamis (2/11/2023) malam di Mapolsek Koja, Jakarta Utara.

H yang menerima pesan dari FA kemudian meneruskan pesan itu ke akun Instagram Koja Trade Mall.

Manajemen mall kemudian menjadikan pesan tersebut sebagai alat untuk melaporkan adanya ancaman teror bom ke pihak kepolisian.

Sementara itu, tiga pelajar lainnya yakni RF, KH, dan SAL ikut tergabung dalam satu grup WhatsApp yang sama dengan FA, sehingga turut diamankan.

Syahroni menambahkan, para pelajar tersebut belum ditetapkan sebagai tersangka hingga saat ini.

Mereka masih diperiksa dan akan dibina lebih lanjut terkait kelakuannya menjadikan teror bom sebagai lelucon.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved