Viral di media sosial

RSUD Leuwiliang Ungkap Kronologi Keluarga Pasien Sebut Ambulans Disembunyikan, Terkait Soal Rujukan

RSUD Leuwiliang Bogor, buka suara soal video viral yang menyebut ambulans disembunyikan. Berdasaekan kronolog, keributan dipicu soal rujukan.

Tangkapan layar Tiktok
Viral video keributan di RSUD Leuwiliang Bogor, diduga karena mobil ambulans tak bisa digunakan. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - RSUD Leuwiliang, Bogor, dituding telah menyembunyikan ambulans dari salah satu pasien koma di rumah sakit tersebut.

Hal ini pun viral di media sosial. Dalam video yang beredar, terlihat keributan satu keluarga yang terjadi di IGD RSUD Leuwiliang, Bogor.

Diduga, keributan itu terjadi karena keluarga pasien tidak terima lantaran tak boleh dapat layanan ambulans dari rumah sakit tersebut.

"Mana ada rumah sakit ketika pasien koma, membutuhkan ambulans lalu mobil itu diumpetin? Ya itu cuma RSUD Leuwiliang aja," tulis caption sari video yang viral tersebut.

Atas peristiwa ini, pihak RSUD Leuwiliang Bogor, buka suara.

Dilansir dari TribunBogor, Direktur RSUD Leuwiliang, Vitrie Winastri menyebut, keributan yang terjadi dan viral di media sosial dipicu karena masalah rujukan pasien yang bersangkutan.

Menurut kronologi yang disampaikan, awal mulanya pasien tersebut diantar oleh temannya setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.

Ia mendatangi RSUD Leuwiliang pada Kamis (9/11/2023).

Ketika itu, pasien diterima oleh petugas IGD.

Saat dibawa ke RSUD Leuwiliang, pasien dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi.

Lalu oleh dokter di rumah sakit dilakukan lah pemeriksaan dan pembersihan luka.

Dokter juga memasang spalk pada kaki kiri pasien, dan memberikan suntikan obat penghilang nyeri. 

Keributan bermula, ketika dokter dan pihak rumah sakit menjelaskan bahwa pasien dapat dirawat di RSUD Leuwiliang untuk kondisi patah kakinya.

Kata pihak rumah sakit, jika usai dilakukan pemeriksaan lanjutan dibutuhkan dokter spesialis bedah syaraf, maka pasien akan dirujuk.

Pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki dokter spesialis bedah saraf, lantaram RSUD Leuwiliang belum memiliki dokter spesialis bedah saraf.

Orangtua pasien pun datang, dan dokter memberikan edukasi terkait kondisi tersebut.

Tetapi pihak keluarga mengatakan, akan menunggu suami pasien datang.

Namun saat sang suami pasien datang, dokter kembali memberikan penjelasan.

"Ketika dijelaskan prosedur rujukan, keluarga ingin langsung membawa pasien ke rumah sakit lain dengan kendaraan sendiri," kata Vitrie Winastri, Sabtu (11/11/2023).

Pihak rumah sakit ketika itu menjelaskan soal prosedur rujukan pasien.

Pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain, harus melalui Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).

Dengan begitu, pihak rumah sakit yang akan menjadi tempat rujukan dapat mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien.

Selanjutnya jika rumah sakit tempat rujukan sudah siap, maka pasien baru akan diantar dengan menggunakan ambulans.

Namun saat dijelaskan prosedur tersebut, keluarga pasien keukeh ingin membawa pasien itu dengan kendaraan sendiri.

"Suami dan keluarga tetap menolak menggunakan SPGDT dan tetap akan menggunakan kendaraan sendiri, dan ternyata petugas rumah sakit melihat telah ada kendaraan yang menjemput pasien tersebut," ungkapnya.

Terkait pernyataan yang menyebut bahwa rumah sakit tersevht terkesan menyembunyikan ambulans, pihak RSUD Leuwiliang tidak menjawab lebih lanjut.

Hanya saja menurut pihak rumah sakit, kronologi keributan yang terjadi di rumah sakit dipicu oleh masalah rujukan tersebut.

"Sementara (keterangan) yang dirilis dulu aja," ujar Humas RSUD Leuwiliang, Amir kepada wartawan di lokasi, Sabtu (11/11/2023).

Baca artikel menarik lainnya di Google News.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved