Jasad Ayah dan Balita Membusuk

Selama Tinggal Bersama Jasad Ayah dan Adik yang Membusuk, Balita di Koja Tak Pernah Terdengar Nangis

Warga baru mendengar suara tangisan balita tersebut setelah dievakuasi dari dalam rumahnya bersama jasad ayah dan adik.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
TribunJakarta/Gerald Leonardo Agustino Silitonga
Berhari-hari balita berinisial A (3) tinggal bersama jasad ayah dan adiknya yang perlahan membusuk di rumahnya di Koja, Jakarta Utara. Namun selama itu, warga tak pernah mendengar suara tangisan korban. 

Tangisan A pecah ketika warga mengevakuasinya ke luar dari rumah.

A bersama ibunya langsung dibawa ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan.

A hidup berhari-hari bersama jasad ayah dan adiknya. Namun tetangga tak pernah dengar suara tangisannya.
A hidup berhari-hari bersama jasad ayah dan adiknya. Namun tetangga tak pernah dengar suara tangisannya. (Kolase TribunJakarta)

Di klinik, A dan Nur Hikmah ditangani oleh dokter bernama Diana.

"Nur Hikmah dibonceng pakai motor, anaknya digendong sama bibinya apa tantenya gitu lari-lari ke sini kata tetangga," tutur Diana dikutip dari YouTube Official iNews.

Lebih lanjut Diana mengatakan, A sempat dimandikan di kliniknya, tetapi tidak dengan Nur Hikmah.

Nur Hikmah terlihat sangat lemas hingga Diana menyuruhnya tiduran di ranjang pasien.

"Pada saat duduk ditensi (Nur Hikmah) bilang pusing sama perutnya gak enak, yaudah saya bilang tiduran aja karena keadaannya lemas dan kurus sekali, beberapa hari gak makan," kata Diana.

A dimandikan oleh sang bibi tak cuma sekali, tapi beberapa kali.

Hal itu lantaran bau busuk masih menempel di tubuh A.

"Anaknya disampoin segala macem, terus tantenya bilang masih bau udah berkali-kali dimandiin. Kata saya udah jangan dimandiin lagi takutnya hipotermi kan dalam keadaan perut kosong," ucap Diana.

Diana mengaku mengoleskan minyak kayu putih ke seluruh tubuh A.

Di saat yang bersamaan, Diana menceritakan para tetangga korban yang sigap membawa makanan ke klinik.

Makanan yang dibawa para tetangga kemudian dijejerkan di meja.

"Saat diandukin (A) di meja ini para tetangga ada yang ngasih lontong, buras, si anaknya (A) langsung kayak menggapai gitu loh kayak lapar," kata Diana.

"Anaknya makan di situ, saya sampai bilang buka dulu (burasnya) takutnya ada cabai kasihan," sambungnya.

Akhirnya Diana meminta dibuatkan nasi dan telor untuk A.

"Nasi pakai telor ceplok, makannya lahap sekali," kata Diana.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved