Kisah Srikandi PLBN Jagoi Babang Saat Hadapi Kondisi Darurat, Bantu Bayi Kritis Berobat ke Malaysia
Plt Kepala PLBN Jagoi Babang, Misdo Jerry bercerita saat dirinya menghadapi situasi darurat membantu bayi kritis berobat ke Malaysia.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, BENGKAYANG - Plt Kepala Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Jagoi Babang, Misdo Jerry bercerita saat dirinya menghadapi situasi darurat membantu bayi kritis berobat ke Malaysia.
Misdo merupakan srikandi penjaga perbatasan Indonesia dengan Malaysia. Ia dipercaya memimpin PLBN Jagoi Babang sejak beroperasi pada bulan Juli 2023.
PLBN Jagoi Babang dikunjungi Menteri Dalam Negeri sekaligus Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Tito Karnavian pada Rabu (13/12/2023).
Tito mengecek kesiapan PLBN Jagoi Babang sebelum diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
Waktu operasional PLBN Jagoi Babang mulai pukul 07.00-16.00 WIB.
Misdo menceritakan dirinya pernah menangani situasi darurat ketika waktu operasional PLBN Jagoi Babang
telah berakhir.

Saat itu, ada warga asal Indonesia yang membawa bayinya yang sakit pada malam hari sekira pukul 20.00 WIB. Padahal, jam operasional PLBN Jagoi sudah tutuqp.
"Kami pernah mengalami kondisi darurat. Kita situasional sebenarnya," kata Misdo saat ditemui di PLBN Jagoi Babang, Selasa (12/12/2023).
Bayi tersebut baru berumur tiga bulan. Kondisi bayi itu sudah kritis. "Sudah memakai selang-selang. Di puskesmas kita sudah ditolak," katanya.

Orangtua bayi lalu menghubungi kerabatnya yang berada di Malaysia.
Kerabat itu, kata Misdo, bersedia mengantarkan bayi tersebut ke rumah sakit di Malaysia. Akhirnya, petugas RS dari Malaysia mendatangi PLBN Jagoi Babang.
"Di sini petugas medisnya juga ikut untuk diminta supaya anak ini bisa berobat. Nah ini kami buka (gerbang PLBN)," imbuh Misdo.
Selain itu, Misdo mengakui adanya perlakuan khusus bila ada warga perbatasan yang meninggal dunia.
Pasalnya, warga Jagoi Babang dengan masyarakat di Serikin, Malaysia masih serumpun. Sehingga mereka masih memiliki hubungan keluarga atau kekerabatan.
"Kadang adiknya sudah menikah di sana (Malaysia), orangtua di sini (Indonesia). Makanya kalau ada yang meninggal. Orangtuanya meninggal, di sini budaya-nya agak lama dimakamkan. Karena beberapa prosesi yang harus dilakukan," tutur Misdo.
Oleh karena itu, warga tersebut tinggal agak lama di Indonesia.
"Tinggal lama bisa beberapa hari jadi ada permohonan khusus jadi kita suruh tunggu disana, kendaraan taruh di situ (perbatasan Malaysia) nanti, dari sini saudaranya jemput," kata Misdo.
Misdo lalu menceritakan masyarakat Indonesia bisa bebas melintas ke Malaysia sebelum adanya PLBN Jagoi Babang.
Bahkan ada orangtua yang merupakan warga Indonesia, namun sang anak menikah di Malaysia sehingga kerap bolak-balik melintas untuk bertemu.
"Jadi itu bebas saja. Atau mungkin ada acara besok acara, ya mau jam berapa saja ke seberang selama ini bisa. Dengan adanya PLBN ini ada aturan yang kami sampaikan," imbuh Misdo.
Misdo menuturkan adanya sejumlah warga yang menganggap PLBN Jagoi Babang sedikit mengurangi keleluasaan mereka untuk melintas ke Malaysia.
Namun, kata Misdo, jajaran PLBN Jagoi Babang terus menyosialisasikan bahwa pihaknya tidak mempersulit warga.
"Ini perintah pimpinan kita yang selalu kita bawa di PLBN ini makanya sekarang ini kami sampaikan, karena PLBN ini sudah ada aturannya dan sudah dioperasionalkan maka kami minta masyarakat mengerti dan memahami," tutur Misdo.
"Kalau mau ke seberang, berangkat sesudah jam 7 pagi dan pulang sebelum jam 4 sore. Karena kami buka jam 7 dan tutup jam 4," sambungnya.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.