Kontroversi Lurah Ancol
Sebelum Mogok Massal, Ada Petugas PPSU Ancol Dipecat Lurah Gara-gara Tak Masuk Lebih 10 Hari
Lurah Ancol B. Saud Maruli Manik mengungkapkan ada petugas PPSU yang dipecat sebelum adanya aksi mogok kerja pasukan oranye, Senin (19/2/2024).
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Lurah Ancol B. Saud Maruli Manik mengungkapkan, ada salah seorang petugas PPSU yang diberhentikan alias dipecat sebelum adanya aksi mogok kerja para pasukan oranye, Senin (19/2/2024) kemarin.
Saud mengatakan, salah seorang anggota PPSU itu dipecat lantaran tidak masuk selama 10 hari.
"Bahwa di tanggal 16 Januari karena PPSU saya tidak masuk kerja melebihi 10 hari maka dia kami PHK," ucap Saud, dikutip Selasa (20/2/2024).
Saud mengatakan, yang bersangkutan mengaku sakit pada bulan Januari, dan sempat juga diberikan cuti 12 hari.
Akan tetapi, menurut Saud, petugas PPSU itu tidak dapat memberikan surat keterangan dokter.
Saud menganggap pihak kelurahan sudah memberikan kebijakan yang baik untuk petugas PPSU tersebut.

Namun, sampai tanggal 13 Januari petugas PPSU yang dimaksud tak kunjung memberikan surat sakit yang diminta.
"Kebijakan yang kami berikan tidak digunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga sampai dengan di tanggal 13 dia tidak berupaya untuk membawakan bukti surat sakit," kata Saud.
"Dengan adanya keputusan kami bersama dari pemeriksa menyatakan bahwa tertanda di tanggal 16 dia kami putuskan hubungan kerja karena masa kerjanya dia, karena sebelumnya kami telah memberikan cuti 12 hari dan ditambah lagi dia tidak masuk kerja lebih dari 5 hari di bulan Februari," sambung Lurah.
Kemudian, pada 19 Februari 2024 kemarin, tiba-tiba para pasukan oranye Kelurahan Ancol menggelar aksi mogok kerja massal.
Mereka juga melempar sapu ke jalanan sebagai bentuk protes terhadap lurah.
Nyatanya, bentuk protes itu lantaran para pasukan oranye merasa sakit hati atas ucapan miskin yang disampaikan Lurah Saud dan Sekretaris Kelurahan Ancol Kenny Hutagaol.
Saud mengatakan, ujaran dari dirinya dan Sekretaris Kelurahan Ancol Kenny Hutagaol terhadap para petugas PPSU hanyalah nasihat dan candaan.
Saud menjelaskan, dirinya menyampaikan hal tersebut kepada para pasukan oranye saat pembinaan petugas PPSU.
Saud mengklaim maksud dari ucapannya untuk mengimbau para petugas PPSU berhenti merokok.
"Saya jelaskan ya, jadi bahasa itu saya sampaikan di saat pembinaan PPSU. Pembinaan itu saya berikan kepada PPSU, bagi yang merokok agar berhenti merokok, lebih baik duitnya ditabung untuk anak istri. Kita supaya tidak miskin karena kebutuhan sekarang harga semakin meningkat," ucap Saud.
Ia tidak menampik ada kata-kata miskin saat memberikan pernyataan tersebut kepada para petugas PPSU.
Namun, Saud mengaku tak ada maksud menghina para petugas kebersihannya itu.
Sementara itu, terkait ucapan miskin yang dilontarkan Sekretaris Kelurahan Ancol, Saud menjelaskan hal tersebut hanyalah candaan.
"Kemudian bahasanya Pak Sekkel, itu terlontar tanpa sengaja dalam keadaan bercanda. Karena di saat itu kita lagi ada pembagian kupon pangan murah dari Food Station, di saat dibagi kupon ternyata mereka tidak bawa duit," ucap Saud.
"Jadi Pak Sekkel itu ya namanya akrab sama PPSU, dia jawab gini sambil bicara, miskin amat, tapi dibagi uang, dikasih uang pinjam. Bukan mengatakan kamu miskin, bukan begitu," sambung dia.
Saud menganggap apa yang dikatakannya bukan sebuah kesalahan.
Ia pun enggan meminta maaf kepada petugas PPSU atas ucapannya yang membuat para pasukan oranye mogok kerja Senin hari ini.
"Bukan nggak mau (minta maaf). Saya merasa tidak melakukan salah, itu aja. Itu kan pembinaan umum, saya sampaikan nasehat, saya menasehati kok. Itu aja kok," tutupnya.
Petugas PPSU Mogok Kerja
Diberitakan sebelumnya, puluhan petugas PPSU Kelurahan Ancol menggelar aksi banting sapu dan mogok kerja di Jalan Lodan Raya, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Senin (19/2/2024) pagi.
Aksi mogok kerja ini dilakukan sebagai bentuk protes kepada Lurah Ancol Saud Maruli Manik dan Sekretaris Kelurahan Ancol Kenny Hutagaol yang dinilai sering menghina para pasukan oranye tersebut.
Para petugas PPSU ini kerap kali dihina dengan sebutan miskin oleh atasan mereka tersebut.
Pantauan di lokasi, puluhan petugas PPSU tersebut berkumpul tanpa menggunakan seragam.
Masing-masing dari mereka juga datang sambil membawa sapu ijuk yang kemudian dibanting ke jalanan.
Aksi banting sapu berujung mogok kerja ini merupakan simbol protes para pasukan oranye terhadap perilaku lurah dan sekretaris kelurahan yang dianggap telah melecehkan mereka.
Alhasil, lantaran para pasukan oranye ini memutuskan mogok kerja, sampah-sampah di Jalan Lodan Raya dan sekitarnya pun dibiarkan berserakan begitu saja.
Salah seorang petugas PPSU Kelurahan Ancol, Fajar mengatakan, aksi mogok kerja ini sekaligus menuntut keadilan dan kebijakan dari pihak Lurah dan Sekretaris Kelurahan Ancol.
"Kita minta ketegasan dan keadilan. Jadi gini, setiap apel itu Pak Lurah itu selalu memarahi kita, apalagi, yang kita nggak enak hati kan, dengan kata-kata miskin," ucap Fajar di lokasi.
Hinaan-hinaan tersebut, ungkap Fajar, sering terlontar pada saat lurah dan sekretaris kelurahan memimpin apel.
Pernah juga ada petugas PPSU yang dihina miskin hanya karena tidak memiliki motor.
"Contohnya PPSU miskin dilarang merokok, dia ngomong seperti. Saya sempat dengar pas kita di perkumpulan kata miskin, pas kemarin pemilu kan kita pembagian zona, pembagian TPS, kita ditugasin di beberapa TPS," ucap Fajar.
"Ada salah satu teman saya yang dibagikan di RW 10. Nah dia dipertanyakan itu, kamu ada motor atau tidak, beliau menjawab tidak, dan dikatakan dasar kau miskin," sambungnya.
Senada, petugas PPSU Kelurahan Ancol lainnya, Pipit Mulyaningsih mengaku sakit hati dengan omongan-omongan yang sering dilontarkan Sekretaris Kelurahan Ancol.
Salah satu penyebabnya lantaran para pasukan oranye pernah dihina miskin pada saat pembagian sembako.
"Pak Sekel kalau ngomong nyakitin, selalu katain miskin ke PPSU. Jadi kayaknya anak-anak sakit hati," kata Pipit.
"Kalau saya dengar pas pembagian sembako dari kecamatan, itu kan harus nebus Rp 100 ribu. Sedangkan dia enggak punya duit tapi dia udah dapat kupon. Tapi dikatain yang miskin-miskin ke sini dulu. Maksudnya bahasanya jangan katain miskin-miskin. Itu teman kita yang dikatain miskin juga," paparnya lagi.
Para pasukan oranye itu pun berharap Lurah dan Sekretaris Kelurahan Ancol bisa memperbaiki perbuatan mereka dan meminta maaf.
Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.