Ini Alasan PSI Belum Pecat Norman Lianto, Eks Ketua DPD yang Terseret Dugaan Pelecehan Anak Buahnya
PSI buka suara terkait alasannya belum memecat Anthony Norman Lianto yang kini terseret kasus dugaan pelecehan terhadap anak buahnya.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Pebby Adhe Liana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) buka suara terkait alasannya belum memecat Anthony Norman Lianto yang kini terseret kasus dugaan pelecehan terhadap anak buahnya sesama kader PSI.
Saat ini, Norman hanya baru mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPD PSI Jakarta Barat sejak 26 Maret 2024 atau saat kasus dugaan pelecehan yang dilakukannya diungkap korban.
PSI pun telah menunjuk William Aditya Sarana sebagai Plt Ketua DPD PSI Jakarta Barat menggantikan posisi Anthony Norman.
Walau demikian, Anthony Norman hingga saat ini masih tercatat sebagai kader dari partai yang dipimpin oleh Kaesang Pangarep itu.
Ketua DPW PSI DKI Jakarta, Elva Farhi Qalbina mengatakan, pihaknya akan mengambil sikap terhadap keanggotaan Norman ketika sudah ada keputusan hukum yang dijeratkan kepadanya dalam kasus pelecehan ini.
"Yang bersangkutan sejauh ini belum mengundurkan diri dari keanggotaan. Akan tetapi ketika nanti sudah ada keputusan hukum tetap, maka DPW akan segera memutuskan terkait status keanggotaan yang bersangkutan di PSI," kata Elva saat dikonfirmasi, Selasa (2/4/2024).
Elva menegaskan, pihaknya mengecam segala bentuk kekerasan seksual, tak terkecuali jika itu dilakukan oleh kadernya sendiri.
"Yang bisa kami pastikan adalah kami tetap konsisten tidak akan memberikan ruang kekerasan seksual dalam bentuk apapun di PSI," tuturnya.
Korban Buka Suara
Sebelumnya, kasus dugaan pelecehan ini mencuat setelah korban berinisial W (29) buka suara bahwa dirinya mengaku dilecehkan Norman di kamar rumah pelaku pada 5 Desember 2023.
Saat kejadian, korban mengaku baru sehari bekerja sebagai buzzer untuk PSI.
"Tanggal 29 November saya disuruh datang untuk ke Kopdarwil PSI dan di tanggal 4 Desember 2023 saya ditawari jadi buzzer atau prajurit media sosial untuk meningkatkan elektabilitas," tutur W ditemui di kawasan Jakarta Barat, Rabu (27/3/2024).
Berdasar kronologi yang disampaikan korban, W awalnya diminta datang oleh Norman ke kantor DPD PSI Jakarta Barat pada 5 Desember 2023.
Akan tetapi saat korban tiba, tak ada siapapun di lokasi tersebut.
Hingga tak lama kemudian, W dihubungi oleh Norman untuk diajak makan malam.
"Dia mengarahkan saya untuk keluar dari DPD. Saya diarahkan ke tempat lain, saya di drop di Indomaret dengan alasan suruh cari makan dulu karena ada makanan rekomendasi yang enak yang dia tahu,"
"Tapi pas sampai sana saya dijemput sama pelaku bukan balik ke DPD untuk urusan pekerjaan, saya malah dibawa kabur ke rumahnya," papar W.
Di rumah pelaku itulah, W mengaku dirudapaksa oleh Norman.
W sempat melihat seperti ada kamera yang terpasang di dalam kamar tersebut.
Ia menduga Norman sengaja memasang kamera itu untuk mengancam korban agar tak melaporkan rudapaksa tersebut.
"Saya mau coba kabur lewat jendela tapi diteralis besi, saya minta tolong lepasin tapi gak dibukain pintunya," kata dia.
Saat ini, korban pun telah melaporkan hal tersebut ke Polda Metro Jaya.
Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini.
Baca berita dan artikel menarik dari TribunJakarta.com lainnya di Google News.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.