Viral di Media Sosial

Mahasiswa Digerebek Saat Ibadah di Rumah, Wakil Ketua DPRD Tangsel Kecam Kekerasan Atas Nama Agama

Wakil Ketua DPRD Tangerang Selatan (Tangsel), Li Claudia Chandra, mengecam keras aksi penggerebekan mahasiswa yang sedang ibadah.

TribunJakarta
Wakil Ketua DPRD Tangsel, Li Claudia Chandra, mengecam penggerebekan mahasiswa yang sedang ibadah. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Wakil Ketua DPRD Tangerang Selatan (Tangsel), Li Claudia Chandra, mengecam keras aksi penggerebekan terhadap sekelompok mahasiswa yang sedang ibadah doa rosario di kediamannya,

Peristiwa intoleransi itu terjadi di sebuah rumah kontrakan di bilangan Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Minggu (5/5/2024)

"Saya mengecam keras tindak perudungan terhadap peribadatan adik-adik Mahasiswa Universitas Pamulang di Kelurahan Babakan Kecamatan Setu. Bahwa UUD 1945 menjamin warga negara untuk memeluk dan menjalankan agama serta keyakinannya masing-masing tanpa paksaan dan tekanan," tegas Li Claudia dalam keterangannya, Selasa (7/5/2024).

Alin, sapaan karib Li Claudia, mengatakan, aksi penggerebekan yang dibarengi kekeraasan itu menodai toleransi yang sudah dibangun di Tangsel selama ini.

Aksi tersebut juga sangat provokatif sehingga berpotensi memantik konflik lebih besar.

"Ini adalah ulah seorang oknum yang memprovokasi sebagian masyarakat dengan memanfaatkan isu SARA untuk motif dan kepentingan pribadi," kata Alin.

Alin pun mengapresiasi masyarakat yang tidak terpancing dan tersulut emosi atas aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama itu.

"Mari kita percayakan proses hukum yang sedang berjalan ini."

"Penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Kepolisian Polres Kota Tangerang Selatan yang bertindak cepat dan tepat dalam proses penegakan hukum, ini menjadi kunci bagi penegakan Hukum sehingga keadilan ada di masyarakat," ujar Alin.

Bagi Alin, Tangsel harus menjadi kota yang aman untuk pemeluk agama apapun.

"Jaminan untuk melakukan peribadatan masing masing pemeluk agama dan keyakinan harus kita jaga sesuai dengan Ketentuan perundangan yang berlaku."

"Semoga kejadian ini adalah yang terakhir kalinya dan tidak ada lagi pelarangan dan tindakan kekerasan terhadap kegiatan keagamaan.

"Kita menginginkan kehidupan yang damai, tentram dan hidup rukun berdampingan," pungkas Ketua DPC Gerindra Tangsel itu.

Kronologi

Legy, salah satu mahasiswa yang tengah beribadah itu, mengungkapkan kronologi penggerebekan.

Peristiwa itu terjadi pada Minggu (5/5/2024). Legy dan belasan orang lainnya sedang ibadah di dalam rumah kontrakan.

Kedatangan warga ke rumah kontrakan tersebut membuat Legy dan teman-temannya panik.

“Kami lagi berdoa, totalnya 15 orang. Tiba-tiba pak RT datang disusul sama warga. Kami lalu membaca doa dengan cepat karena itu (panik),” ujar Legy dikutip dari Kompas.com.

Walau demikian, doa yang dibaca bisa diselesaikan sampai akhir.

Video amatir terkait seorang warga Tangerang Selatan terkena sabetan senjata tajam (sajam) saat melindungi seorang mahasiswa yang dikeroyok warga setempat ketika sedang beribadah.
Video amatir terkait seorang warga Tangerang Selatan terkena sabetan senjata tajam (sajam) saat melindungi seorang mahasiswa yang dikeroyok warga setempat ketika sedang beribadah. (Istimewa)

Warga baru membubarkan kegiatan tak lama setelah doa penutup dilafalkan.

“Doanya sudah mau habis, sudah penutup (saat digeruduk),” tutur Legy.

Legy mengungkapkan saat dirinya dan teman-temannya baru menyelesaikan pembacaan doa, terdapat ucapan kurang pantas yang dikatakan salah satu warga

“Pas kami selesai doa, salah satu warga mengatakan gini, ‘b*****t, a****g, jangan ibadah di sini’. Semua langsung kaget pas dengar itu,” imbuh dia.

Selain penggerebekan, seorang mahasiswa diduga jadi korban penganiayaan warga.

Ketua RW Pertanyakan Izin

Ketua RW 002 Setu, Tangerang Selatan, Marat bicara mengenai peristiwa itu.

Marat mengungkapkan warganya sudah mengeluhkan kegiatan ibadah oleh sejumlah mahasiswa di rumah kontrakan tersebut.

Warga kemudian menyampaikan keluhan tersebut kepada Ketua RT setempat. Ketua RT akhirnya melakukan tindakan dengan cara menegur.

“Kegiatannya (ibadah) setiap seminggu atau dua minggu sekali, enggak nentu. Akhirnya Ketua RT tegur kemarin, tetapi pas saya datang sudah terjadi keributan,” kata Marat.

Menurut pengakuan warga, kata Marat, mahasiswa melakukan pemukulan lebih dulu.

Akibatnya, warga tersulut emosi dan terjadilah keributan. “Saya bilang, ‘Sudah, sudah. Jangan pada emosi’. Lalu warga bilang, ‘Bukan begitu, karena saya sudah kena pukul pak RW. Saya dipukul’,” cerita dia.

Di lain sisi, Marat mengungkapkan, memang tidak ada izin dari mahasiswa terkait aktivitas yang mereka lakukan.

Selain itu, selalu ada puluhan mahasiswa di dalam kontrakan meski yang menyewa hanya satu atau dua orang.

“Tidak ada izin ke RW. Saya juga tidak tahu persis berapa jumlah mahasiswa yang ada di sana (kontrakan),” imbuh dia.

Polisi Tangkap Sejumlah Orang

Sementara itu, polisi menangkap beberapa orang yang diduga pelaku penganiayaan atau pengeroyokan mahasiswa yang sedang beribadah.

“Sampai saat ini, kami telah mengamankan lebih dari satu orang,” ujar Kapolres Tangsel AKBP Ibnu Bagus Santoso di kantornya, Senin (6/5/2024).

Walau demikian, Ibnu belum bisa membeberkan siapa saja terduga pelaku yang ditangkap. Ia akan mengumumkan hal tersebut besok.

“Besok saat jumpa pers (siapa saja terduga pelaku). Kami juga akan terangkan keterlibatan orang-orang tersebut,” tutur dia.

Terkait adanya korban dalam peristiwa penganiayaan, Ibnu mengungkapkan, penyidik masih mendalami perihal itu.

Namun, dalam laporan polisi, ia membenarkan bahwa pelapor melampirkan adanya korban dalam insiden tersebut.

“Untuk korban tersebut itu suatu penganiayaan yang dilaporkan tadi, jadi kami dari pihak kepolisian, dari segi hukum, kami melaksanakan upaya kepolisian agar terang dalam kasus ini,” imbuh dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved