Keluarga Wisatawan yang Meninggal di Puncak Bantah Korban Derita Asma dan Darah Tinggi
Pihak keluarga Nimih, wisatawan yang meninggal saat kemacetan panjang di kawasan Puncak, Bogor membantah kabar korban memiliki penyakit penyerta.
Penulis: Bima Putra | Editor: Nur Indah Farrah Audina
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Pihak keluarga Nimih (63), wisatawan yang meninggal saat kemacetan panjang di kawasan Puncak, Bogor membantah kabar korban memiliki penyakit penyerta.
Hal ini menanggapi beredarnya kabar bahwa Nimih memiliki penyakit penyerta asma dan darah tinggi hingga menjadi penyebab meninggalnya Nimih pada Minggu (15/9/2024) malam.
Anak pertama Nimih, Yani (46) mengatakan semasa hidup sang ibu tidak memiliki penyerta asma, darah tinggi ataupun penyakit penyerta lain sebagaimana dikabarkan
"Kalau mengenai kabar yang simpang siur saya klarifikasi itu enggak ada penyakit bawaan, enggak ada asma atau apa. Enggak ada pokoknya," kata Yani di Jakarta Timur, Selasa (17/9/2024).
Pihak keluarga pun memastikan saat bertolak dari Jakarta untuk melakukan wisata religi ke Makam Kramat Empang Bogor dan berkunjung ke Gunung Mas, Nimih dalam keadaan sehat.
Bahkan pada Minggu pagi sebelum melakukan perjalanan, Nimih yang sehari-harinya merupakan membuat aneka gorengan dan kue tetap dapat memasak seperti biasa.
Menurut pihak keluarga, bila sebelum kejadian Nimih dalam keadaan sakit maka mereka tidak akan memperbolehkan almarhumah untuk melakukan perjalanan ke kawasan Puncak, Bogor
"Kalau memang dari rumah (sedang) sakit saya enggak akan memperbolehkan ibu saya jalan-jalan. Posisi dalam keadaan sehat, tapi namanya rezeki, maut itu kan enggak ada yang tahu," ujarnya.
Di satu sisi, Yani menuturkan pihak keluarga tidak menyalahkan petugas atau kemacetan parah terjadi di kawasan Puncak, Bogor atas meninggalnya sang ibunda.

Bagi pihak keluarga terpenting sang ibu sudah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Bambu Apus pada Senin (16/9/2024), dan tidak ingin menyalahkan siapapun atas kejadian.
"Tapi kalau beritanya (yang menyebut Nimih memiliki asma) sudah viral mau dikata apa, sedangkan almarhumah sudah tenang di sana. Saya sudah bilang ini takdir," tuturnya.
Sebelumnya Nimih yang merupakan warga Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur meninggal dunia saat kemacetan panjang di Puncak, Bogor pada Minggu (15/9).
Kala itu Nimih bersama dua anak perempuannya, Yani dan Suryati (36) bersama rombongan warga Kecamatan Cipayung bertolak ke Bogor untuk wisata religi ke Makam Kramat Empang.
Setelah berziarah Nimih, kedua anaknya beserta rombongan warga Kecamatan Cipayung yang menaiki tiga bus wisata hendak mengunjungi kawasan wisata Puncak Mas, Bogor.
Nahas saat hendak pulang ke Jakarta Timur, bus dinaiki Nimih dan rombongan terjebak kemacetan sehingga kendaraan tidak dapat keluar dari area parkir Puncak Mas, Bogor.
Nimih sempat keluar dari bus untuk sekedar melepas lelah dan buang air kecil, tapi sekira pukul 19.00 WIB tiba-tiba Nimih menghembuskan napas terakhir di kawasan Puncak Mas, Bogor.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.