Mayat Tanpa Kepala
Pengakuan Fahmi Si Tukang Jagal Tega Mutilasi Siti Hadiyana, Sebut Istri dan Ibunya Dihina
Fahmi Fauzan seorang tukang jagal hewan, membuat pengakuan terkait tindakannya memutilasi teman dekatnya, Sinta Handiyana (40).
TRIBUNJAKARTA.COM - Fahmi Fauzan seorang tukang jagal hewan, membuat pengakuan terkait tindakannya memutilasi teman dekatnya, Sinta Handiyana (40).
Diketahui kasus pembunuhan sadis ini terungkap setelah mayat tanpa kepala ditemukan di Muara Baru, Jakarta Utara.
Mayat tanpa kepala tersebut akhirnya diketahui identitasnya, yakni bernama Sinta Handiyana.
Sinta adalah seorang janda empat anak yang disebut bekerja sebagai karyawan di bagian administrasi.
Lalu, Kepada penyidik kepolisian Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Fauzan mengatakan dirinya nekat memutilasi Sinta karena sakit hati dengan ucapan korba.
Kata Fauzan, Sinta Handinaya menyebut menyebut istri dan ibunya pelacur.
“Sakit hati, Pak. Korban merendahkan istri saya, ibu saya. Korban ngucapin istri saya pelacur, orangtua saya juga pelacur,” ujar Fauzan, Sabtu (2/11/2024).
Fauzan mengungkap sempat mencekik korban terlebih dulu sebelum menebas kepala korban.
Buntutnya tersangka memutilasi korban dengan memotong kepala.
“Saya juga enggak tahu, Pak. Saya juga waktu menggorok itu enggak melihat apa-apa saya itu, saking emosi saja kali,” katanya.
Kepala Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polai Rovan Richard Mahenu mengatakan, Fauzan menghabisi nyawa korban dengan mencekiknya dari belakang hingga tak sadarkan diri.
Pasca dipastikan tewas, jasad korban dibungkus selimut, busa kasur, sampai karung menyerupai bungkusan ikan.
“Setelah korban tidak sadarkan diri, pelaku langsung meletakkan korban di gang samping rumah milik pelaku. Selanjutnya, pelaku mengambil pisau dan langsung menggorok leher korban sampai terpisah dari badannya,” ucap Rovan.
Pesan Terakhir Sinta
Terungkap permintaan terakhir Sinta Handiyanasebelum ditemukan tewas tanpa kepala.
Permintaan terakhir Sinta berupa pesan whatsapp kepada anaknya.
Ibu kandung Sinta bernama Sutiyati (58) mengungkapkan putrinya itu meminta dikirim foto sedang memakai jilbab.
Pesan WA itu dikirimkan Sinta kepada sang anak. Komunikasi terakhir putrinya dengan cucunya terjadi pada Minggu (27/10/2024). Sinta pamit untuk bekerja pada Minggu siang.
"Minggu malam, dia (Sinta) sempat minta dikirimin foto lewat WA ke anaknya, 'Kirim foto Mamah, Yu, yang pakai jilbab'," kenang Sutiyati dikutip dari Kompas.com.
Sang anak lalu mengirimkan foto Sinta sedang berpose berdiri menggunakan jilbab.
Ternyata, hal itulah yang merupakan permintaan terakhir Sinta. Setelah itu, Sinta tidak mengirimkan pesan apa pun lagi.
Sutiyati mengungkapkan putrinya bekerja di sebuah perusahaan pengiriman logistik sebagai admin.
Senin pagi, anak-anak mulai bertanya-tanya mengapa sang ibu belum pulang.
Biasanya, apabila masuk bekerja siang hari, malam harinya sudah kembali ke rumah.
Mereka mencoba menghubungi sang ibu melalui nomor WhatsApp, tetapi tak kunjung ada balasan.
Ponsel Sinta juga tidak diangkat saat ditelepon anak-anaknya.
Mereka kemudian mencari keberadaan sang ibu melalui teman-teman kerja, tetapi kabar tidak kunjung didapat.
Hingga Selasa (29/10/2024), Sinta belum kunjung pulang. Hal ini membuat anak-anak Sinta mengadu kepada dirinya karena tak memiliki uang untuk makan.
"Saya juga kaget, 'memangnya Mama ke mana?' Kata anak-anaknya, di-WA enggak dibalas, ditelepon juga enggak diangkat. Anak-anaknya perasaannya enggak enak," ujar Sutiyati.
Ia pun berusaha untuk menenangkan cucu-cucunya itu.
Beberapa jam setelah anak Sinta mengadu ke Sutiyati, telepon masuk ke salah satu anak Sinta.
Orang di ujung telepon itu mengaku sebagai polisi dari Polda Metro Jaya.
"Anak keduanya ditelepon dari kepolisian. Dia ditanyain, 'Ini anaknya Ibu Sinta ya?' Lalu ditanya kerjanya di mana dan segala macam. Pokoknya dia di-interview gitu," ujar Sutiyati.
Tetapi, polisi itu belum menjelaskan perihal keberadaan dan kondisi Sinta yang sebenarnya.
Meski demikian, telepon dari polisi itu membuat anak-anaknya merasa resah dan gelisah.
Mereka menangis di pangkuan Sutiyati khawatir terjadi apa-apa dengan sang ibunda.
"Saya nenangin mereka terus dan bilang kalau telepon itu bukan apa-apa. Terus saya bilang, 'Mudah-mudahan ibu bisa pulang'," kata Sutiyati.
Pada petang harinya, tepatnya setelah mereka menunaikan ibadah shalat magrib, pihak kepolisian mendatangi rumah Sinta.
Mereka melakukan pengecekan silang soal identitas dan ciri-ciri fisik Sinta.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.