Tidak Hanya Pria! Ada 3 Tokoh Perempuan di Balik Pertempuran 10 November, Siapa Mereka?
Tak hanya laki-laki yang berjuang di pertempuran Surabaya tahun 1945. Tetapi banyak juga sosok perempuan yang ikut berjuang, siapa mereka?
TRIBUNJAKARTA.COM - Siapa sangka ada sosok perempuan di balik pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Tak hanya laki-laki yang berjuang di pertempuran Surabaya tahun 1945. Tetapi banyak juga sosok perempuan yang ikut berjuang di tengah desing peluru dan mortir.
Pada peristiwa 10 November 1945, ada pertempuran besar pecah di Surabaya antara Indonesia dan pihak Inggris. Pertempuran ini mengakibatkan tewasnya ribuan pejuang Indonesia yang kini dikenang melalui peringatan Hari Pahlawan.
Sosok Bung Tomo, Mayjend Sungkono, sampai KH Hasyim Asy'ari lebih dikenal dalam pertempuran selama tiga minggu ini.
Namun ada banyak tokoh perempuan yang jarang disorot dan ikut terjun mendirikan dapur umum, membantu mengobati, menolong, dan menggotong korban sampai ikut menggali dan menguburkan jenazah dan menyiarkan berita di pertempuran Surabaya.
Lantas, siapa saja tokoh perempuan yang berperan pada pertempuran 10 November 1945?
Tokoh Perempuan di Balik Peristiwa 10 November

1. Muriel Stuart Walker atau K'tut Tantri
Dilansir dari laman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Muriel Stuart Walker lahir di Glasgow, Skotlandia pada 19 Februari 1898.
Meski ia warga negara asing, ia terus melakukan aktivitas bawah tanah dan keteguhan sikap untuk konsisten melawan Jepang membuat tentara Indonesia di bawah pimpinan Bung Tomo membebaskannya.
Ia diberi pilihan untuk kembali ke negerinya dengan jaminan pengamanan penuh atau bergabung dengan pejuang Indonesia. Akan tetapi ia memilih yang kedua.
Sehingga selama perang kemerdekaan 1945-1949, Muriel turut bergerilya bersama Bung Tomo dan para pejuang serta menyaksikan dari dekat Pertempuran Surabaya 10 November 1945.
Muriel membuat beberapa siaran dalam bahasa Inggris dengan target pendengar orang-orang Eropa, dengan namanya yang baru yaitu K'tut Tantri dan dijuluki “Soerabaja Sue”.
Karena pada masa tersebut radio lebih populer, ia mulai mengirim pesan-pesan ke seluruh dunia agar mengetahui tentang kemerdekaan Indonesia.
Ia dikenal dalam siaran radio Voice of Free Indonesia (divisi otonom di bawah Radio Republik Indonesia, saat ini menjadi Voice of Indonesia) dan menulis buku “Revolusi di Nusa Damai”.
Tantri turut pula menembus blokade laut Belanda dan berhasil lolos ke Singapura dan Australia untuk melakukan kampanye penggalangan dana, solidaritas internasional untuk Indonesia dan melakukan propaganda agar (rakyat) Australia memboikot Belanda.
Resmi Dilantik, PPLIPI Jakarta Utara Siap Perkuat Partisipasi Perempuan |
![]() |
---|
Polisi Periksa Kejiwaan Ibu dari Bocah Perempuan yang Tewas dalam Kamar Kos Penjaringan |
![]() |
---|
Masih Pemulihan Usai Melahirkan di Toilet Indekos, Ibu Pembuang Bayi di Cipete Belum Jadi Tersangka |
![]() |
---|
Sebelum Tewas dalam Kamar Kos, Anak 8 Tahun di Penjaringan Sering Terlihat Keluar Penuh Luka Lebam |
![]() |
---|
Anak 8 Tahun Tewas di Kos Penjaringan, Pilu Semasa Hidup Tak Pernah Main Bareng Teman Sebaya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.