Pramono Anung Akrab Bareng Wibu, Janjikan Festival Jepang Bakal Rutin Digelar di Jakarta

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM - Lingkaran besar tercipta di depan panggung Little Tokyo Junction. Sekumpulan anak muda berpakaian tokoh kartun Jepang melingkar bersiap untuk "chanting".

Saat musik Heavy Rotation milik AKB 48 menyala, mereka serempak berteriak "chant" ala penggemar 48 Group.

"Myohontusuke kazen tobi jyoko jya jya faibo waipa," teriak mereka mengawali lagu yang juga disadur dalam bahasa Indonesia oleh JKT48.

Saat masuk reff, mereka mengubah nama oshi mereka menjadi "Mas Pram". Oshi merupakan sebutan bagi anggota idol grup yang berasal dari Jepang.

"Chozsetu kawaii Mas Pram," seru mereka mengiringi lagu Heavy Rotation yang diputar di Pluit Junction, Jakarta Utara, Selasa (19/11/2024).

Tidak hanya "chanting" beberapa mereka juga menarikan tarian khas penggemar idol grup Jepang "wotagei" menggunakan lightstick berwarna oranye di depan Calon Gubernur Jakarta, Pramono Anung.

Pramono mengaku terkesan dengan festival yang ramai dihadiri para cosplayer itu, terlebih lagi dengan hadirnya Artis Jepang Sokorahen Genki yang berperan menjadi Captain Tsubasa.

Selain itu, Pramono juga mengapresiasi mereka yang berkostum layaknya pemeran tokoh anime Jepang seperti tokoh komik Dragon Ball sampai Sailormoon.

Di depan para wibu, alias para pecinta manga, anime dan budaya Jepang, Pramono mengatakan akan membuat agenda serupa  lebih baik setiap tahun untuk pariwisata di Jakarta.

Pasalnya, selama ini festival kostum alias cosplay yang menjadi standar berada di Amerika dan Eropa.

"Saya mau acara seperti ini diagendakan setiap tahun dengan lebih besar dan lebih baik. Ini merupakan potensi pariwisata di Jakarta," kata Pramono.

Ketua Pelaksana Little Tokyo Junction, Hardiyanto Kenneth mengapresiasi Pramono yang tak kaku ketika berkumpul dengan para generasi muda di acara ini.

Pria yang juga menjabat Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan ini menyebut bahwa komitmen Pramono dan Rano tidak hanya peduli pada kebudayaan Betawi dan Indonesia tetapi juga memberi ruang untuk dapat membangkitkan kreativitas anak muda Indonesia dan menciptakan hero-hero lokal yang dapat menjadi idola generasi selanjutnya.

"Kalau kita ke Jepang asli, wow, di sana mungkin yang namanya Tokyo itu bisa penuh dengan anak-anak yang cosplay dari seluruh dunia," tutupnya.