Pilkada DKI 2024
Jika RIDO Kalah di Jakarta, Pengamat: Capaian KIM Plus di Pilkada Ibarat Juara tanpa Mahkota
Mayoritas paslon yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus menang di sejumlah daerah strategis dalam gelaran Pilkada Serentak 2024.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Nur Indah Farrah Audina
Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM - Mayoritas paslon yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus menang di sejumlah daerah strategis dalam gelaran Pilkada Serentak 2024.
Diantaranya di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Sumatera Utara.
Namun, menurut pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, capaian yang didapat KIM Plus itu ibarat juara tanpa mahkota jika calon mereka resmi kalah di Pilkada Jakarta.
Diketahui, paslon usungan KIM Plus di Jakarta, Ridwan Kamil-Suswono sejauh ini tertinggal dari pasangan Pramono Anung-Rano Karno.
Bahkan, kubu Pram-Rano telah mendeklarasikan kemenangan karena mengklaim telah mendapatkan 50.07 persen sehingga memenangkan pertarungan dalam satu putaran.
"Sebab, Jakarta, mahkota dan ikon kota-kota di Indonesia terlepas. Di (Jakarta) pusat seluruh energi politik Indonesia, KIM Plus malah kalah.
Tanpa kemenangan di Jakarta, kemenangan KIM plus itu seperti juata tanpa mahkota," kata Ray kepada wartawan, Jumat (29/11/2024).
Ray sendiri mengaku tak terlalu kaget jika paslon yang diusung KIM Plus bisa menang di sejumlah daerah selain Jakarta.

Pasalnya, ia menyebut model kerja KIM Plus yakni dengan memborong partai.
"Selain borongan partai, mereka juga menyiapkan diri jauh-jauh hari. Dan tentu saja, dengan jumlah parpol yang banyak maka dana penopangnya biasanya juga banyak," kata Ray.
Belum lagi, ujar dia, adanya cawe-cawe dari Presiden Prabowo Subianto dan Mantan Presiden Joko Widodo untuk memenangkan paslon dari KIM Plus.
"Dengan begitu, KIM Plus memasuki arena pertandingan dengan segala macam kemewahan yang mereka miliki. Maka tidak sulit membayangkan akhirnya KIM Plus merajai peta pilkada 2024," tutur Ray.
Di sisi lain, Ray melihat masih adanya perlawanan dari pihak oposisi, dalam hal ini PDIP untuk menantang paslon dari KIM Plus.
"Di Jateng misalnya, paslon PDIP memang terlihat tertinggal, tapi saat yang sama terjadi konsolidasi pemilih Ganjar dan Anies.
Suara Andika yang mencapai 40-an persen memperlihatkan gabungan suara Ganjar dan Anies di Jateng," kata Ray.
Menurut Ray, dalam bahasa lain, PDIP mulai kembali melakukan konsolidasi pemilihnya.
"Dalam pilpres 2024 lalu, mereka hampir kehilangan 65-an persen, sekarang berkurang hanya sekitar 60-an persen. Dengan begitu, perlahan PDIP mulai menyisir kembali basis pemilih mereka yang sempat berpaling di Pilpres 2024 lalu," ujarnya.
Sebaliknya, Ray justru melihat bahwa Golkar menjadi parpol yang paling apes dalam gelaran Pilkada Serentak 2024 ini.
"Golkar kehilangan banyak penguasaan justru di basis-basis tradisional mereka. Selain Jabar yang diambil oleh Gerindra, Banten dan Sumut juga mengalami hal yang sama. Dan tentu saja, lebih mengenaskan adalah Jakarta.
Kader populer mereka di Jabar yang dipindahkan ke Jakarta malah mendapatkan suara yang cukup jauh terpaut dari Pram-Rano. Jabar lepas, Jakartapun tak teraih," papar Ray.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.