Rocky Gerung Nilai Jubir Presiden Olok-Olok Teror Kepala Babi Tempo: Tak Paham Manajemen Krisis

Pengamat politik Rocky Gerung menilai Juru Bicara Presiden atau Kepala Kantor Komunikasi Presiden, Hasan Nasbi tak memahami manajemen krisis.

Kepala Babi ( Tempo/PRaga Utama) Hasan Nasbi (KOMPAS.com / IRFAN KAMIL)
HASAN NASBI DAN BABI - Kolase foto Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (20/8/2024) dengan kepala babi yang dikirim ke kantor Berita Tempo, Jakarta, Rabu (19/3/2025). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat politik Rocky Gerung menilai Juru Bicara Presiden atau Kepala Kantor Komunikasi Presiden, Hasan Nasbi tak memahami manajemen krisis.

Hal itu karena Hasan dinilai telah mengolok-olok teror kepala babi yang diterima kantor berita Tempo.

Hasan menjawab enteng saat ditanyakan soal sikap Istana terkait teror terhadap Tempo.

"Udah dimasak saja. Kalau kepala babi dimasak," kata Hasan  di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (21/3/2025). 

Hasan menilai teror kepala babi itu bukan menjadi ancaman bagi Francisca, wartawan Tempo yang diberikan kepala babi itu. 

Sebab, dia melihat Francisca santai merespons teror kepala babi tersebut. 

"Enggaklah, saya lihat ya, saya lihat dari media sosialnya Francisca yang wartawan Tempo, itu dia justru minta dikirimin daging babi. Artinya, dia enggak terancam kan. Buktinya dia bisa bercanda. Kirimin daging babi," jelas Hasan.

Hasan tidak melihat paket kepala babi itu sebagai teror, karena tidak tahu siapa pengirimnya dan untuk maksud apa.

Hal itu yang menurut Rocky sebagai tak memahami manajemen krisis.

"Juru bicara-juru bicara kepresidenan hanya mampu untuk mengolok-olok balik dan itu justru yang menimbulkan kesan bahwa manajemen krisis memang tidak dipahami oleh kantor kepresidenan yang mengurus komunikasi ini kan," kata Rocky di channel Youtubenya, Rocky Gerung Official, Sabtu (23/3/2025).

Menurut Rocky, pernyataan Hasan Nasbi sebagai perwakilan Istana justru membangkitkan sinisme publik.

Sebab Istana tidak menanggapi serius hal yang menurut masyarakat banyak sebagai ancaman terhadap kebebasan pers.

"Peluang-peluang yang tersedia adalah tumbuhnya kembali semacam sinisme publik bahwa memang pemerintah ini tidak punya kapasitas untuk memahami isu publik, sekedar mengolok-olok bahwa oke itu kepala babi ya dimasak aja tuh dengan asumsi apapun tetap ini tidak serius ditangani," jelasnya.

Seharusnya, kata Rocky, Istana tidak boleh meremehkan kepala babi yang dikirim ke meja redaksi.

Sebab, setelah Tempo, bisa jadi teror dikirim ke media, kampus hingga forum lain.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved