Viral di Media Sosial

Nasib Gubernur Dedi Mulyadi Terancam, Sosok Berpengaruh Kasih Paham,Kini Aksinya Berujung Dilaporkan

Gebrakan Dedi Mulyadi mendapatkan tentangan, bahkan kini ada yang melaporkan ke Komnas HAM dan juga nasibnya diingatkan rawan dicopot.

Editor: Wahyu Septiana
Kolase tribunJakarta/YouTube KompasTV/TribunJabar.id/Kiki Adriana
DEDI MULYADI DILAPORKAN - (kiri) Adhel Setiawan, wali murid yang melaporkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi ke Komnas HAM pada Jumat (9/5/2025). (tengah) Gubernur Dedi Mulyadi saat di Makodim Sumedang, Jumat (9/5/2025). (kanan) Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono. Gebrakan Dedi Mulyadi mendapatkan tentangan, bahkan kini ada yang melaporkan ke Komnas HAM dan juga nasibnya diingatkan rawan dicopot. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Gebrakan yang dilakukan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mendapatkan tentangan, bahkan kini ada yang melaporkan ke Komnas HAM dan juga nasibnya diingatkan rawan dicopot.

Kebijakan Dedi Mulyadi yang banyak mendapatkan tentangan adalah soal barak militer bagi pelajar dan juga Vasektomi yang jadi syarat penerima bantuan sosial (bansos). 

Kondisi itu ditanggapi oleh dua sosok berbeda sampai berani ada yang melaporkan ke pihak terkait.

Kasus pertama yakni Dedi Mulyadi dilaporkan wali murid bernama Adhel Setiawan ke Komnas HAM karena mengirim siswa nakal ke barak militer.

Adhel Setiawan mengaku tak setuju dengan kebijakan tersebut karena dianggap masih beririsan dengan pelanggaran HAM.

"Saya selaku orang tua murid di Jawa Barat tidak setuju dengan kebijakan ini," ungkap Adhel Setiawan dikutip dari tayangan Kompas TV yang tayang Jumat (9/5/2025).

"Saya ingin kebijakan itu dihentikan karena kami menilai kebijakan ini syarat dengan dugaan pelanggaran HAM," sambungnya.

Adhel mengungkapkan tiga alasan tidak setuju dengan kebijakan Dedi Mulyadi.

Kedekatan yang terjalin antara Razman Nasution dan pimpinan GRIB Jaya, Hercules menarik perhatian pengacara Hotman Paris. Hotman mengklaim Hercules merupakan sahabatnya dan sudah kenal sejak lama. Ia balik menyinggung Razman yang dianggap ketinggalan zaman.
Kedekatan yang terjalin antara Razman Nasution dan pimpinan GRIB Jaya, Hercules menarik perhatian pengacara Hotman Paris. Hotman mengklaim Hercules merupakan sahabatnya dan sudah kenal sejak lama. Ia balik menyinggung Razman yang dianggap ketinggalan zaman.

Pertama, makna dari pendidikan. Menurutnya, mantan Bupati Purwakarta itu tidak paham akan definisi pendidikan seperti apa.

"Alasannya adalah saya melihat Dedi Mulyadi ini enggak ngerti atau enggak paham dengan falsafah pendidikan."

"Pendidikan itu kan tujuannya memanusiakan manusia, artinya anak didik itu bukan tanah liat atau benda yang harus dibentuk."

"Tapi anak didik itu subjek atau manusia yang harus dibimbing atau ditumbuhkan potensi tumbuh kembang atau bakatnya," pungkas Adhel Setiawan.

DEDI MULYADI DILAPORKAN - Sosok wali murid (kiri) yang berani kritik dan laporkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (kanan) ke Komnas HAM terkait program kirim siswa nakal masuk barak militer.
DEDI MULYADI DILAPORKAN - Sosok wali murid (kiri) yang berani kritik dan laporkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (kanan) ke Komnas HAM terkait program kirim siswa nakal masuk barak militer. (Kolase Youtube Kompas TV dan Kompas.com)

"Permasalahan kenakalan remaja menurut kami sebagai orang tua siswa, kenakalan siswa karena mereka tidak didengar permasalahan mereka, dan itu tugas guru dan orang tua beserta pemerintah yang memegang kebijakan tentang pendidikan."

"Bukan ujug-ujug dibawa ke militer," sambungnya.

Kedua, Adhel mempertanyakan soal kurikulum yang dipakai militer untuk mendidik para siswa nakal.

Dia merasa ngeri saat mendengar cerita anak-anak tersebut menetap di barak militer dengan berbagai macam aturan.

"Ada enggak jaminan selama dibina di barak ini mereka tidak diintimidasi, tidak dibentak, tidak dimarahi?"

"Buktinya kemarin saya baca di berita itu mereka bangun jam 4 pagi, tidur jam 10 malam, dipakain baju militer, diajarin baris berbaris, rambut dibotakin, ini terbuka peluang yang sangat besar untuk terjadinya pelanggaran HAM," ujar Adhel.

Karenanya, Adhel pun mempertanyakan apakah ada jaminan anak-anak tersebut diperlakukan dengan baik selama di militer.

"Apa ada jaminan dengan dibawa ke barak militer, masalah kenakalan itu akan terselesaikan? kan enggak ada jaminan juga."

"Apalagi kurikulum untuk pendidikan militer tidak diuji tidak terbukti ampuh atau tidak. Kurikulum maupun metode yang baik untuk anak itu sudah lengkap diatur Kementerian Pendidikan."

"Jadi bukan memanusiakan manusia, tapi memiliterkan manusia," kata Adhel Setiawan.

Alasan ketiga, Adhel menduga Dedi Mulyadi sedang menyalahgunakan wewenangnya sebagai Gubernur.

Sebab kata Adhel, tidak ada pasal dalam undang-undang yang memperbolehkan militer ikut andil dalam mendidik para siswa.

BARAK TNI DEDI - Gubernur Jabar Dedi Mulyadi bersama siswa yang sedang dibina di barak TNI, Purwakarta. Foto tersebut merupakan tangkapan gambar dari video Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel yang tayang Sabtu (3/5/2025).
BARAK TNI DEDI - Gubernur Jabar Dedi Mulyadi bersama siswa yang sedang dibina di barak TNI, Purwakarta. Foto tersebut merupakan tangkapan gambar dari video Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel yang tayang Sabtu (3/5/2025). (Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel)

"Enggak ada satu pun payung hukum yang membolehkan militer ikut andil menyelesaikan permasalahan kenakalan remaja. Itu enggak ada satupun pasalnya."

"Dilihat dari sini, kami menduga Dedi Mulyadi ini sudah melakukan penyalagunaan wewenang"

"Paling tidak melampaui kewenangannya sebagai Gubernur karena mengeluarkan kebijakan yang tidak berdasar hukum dan cenderung melanggar HAM," pungkas Adhel.

Sebelumnya, Komnas HAM menilai program Dedi Mulyadi ini telah melanggar HAM seoarang siswa.

Tak cuma Komnas HAM, Komnas Perlindungan Anak juga mengkritik kebijakan Dedi Mulyadi

Komisioner Komnas HAM Anis Hidayah menyampaikan kritik terhadap program pendidikan militer yang dicanangkan Dedi Mulyadi.

Program berkarakter ini ditujukan untuk pelajar SMA, SMK, dan sederajat yang dinilai bermasalah atau nakal dengan mengirim mereka ke barak militer untuk dibina oleh tentara agar lebih disiplin.

Namun, menurut Anis, anggota TNI tidak memiliki kapasitas untuk mendidik masyarakat.

"Saya kira selama ini juga TNI tidak memiliki kapasitas, tidak memiliki pengalaman untuk mendidik masyarakat kita, sebagaimana pengalaman lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Sehingga nanti bisa terjadi penyalahgunaan dan tidak tepat," kata Anis.

Anis menyebutkan bahwa program pendidikan militer ini dapat berpotensi melanggar hak asasi karena tidak sesuai dengan kajian dan prinsip perlindungan anak.

Sosok Berpengaruh Kasih Paham Dedi Mulyadi

ONO SURONO - Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono diwawancarai TribunJabar.id
ONO SURONO - Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono diwawancarai TribunJabar.id (Tribun Jabar/Kiki Andriana)

Ketua DPD PDI Perjuangan Jabar yang juga Wakil Ketua DPRD Jabar, Ono Surono mengkritisi kebijakan Dedi Mulyadi soal wacana Vasektomi menjadi syarat penerima bantuan sosial (bansos).

Ono dengan nada tegas menyebut Dedi Mulyadi terancam diberhentikan sebagai Gubernur Jawa Barat.

Ucapan Ono Surono tak main-main karena menyinggung peraturan tentang kepala daerah.

Ono mengatakan, wacana kebijakan yang bakal diterapkan Kang Dedi Mulyadi (KDM) kini mendapatkan banyak tentangan.

Vasektomi ini menyeruak berawal dari Dedi Mulyadi yang menganjurkan seorang pria untuk melakukan keluarga berencana (KB).

Ia berpendapat bahwa wacana Vasektomi hanya sebatas gimmick yang diciptakan KDM (Kang Dedi Mulyadi).

"Jawa Barat mengguncang Indonesia bahkan mengguncang dunia dengan seorang gubernurnya," kata Ono dikutip dari tayangan acara Hotroom Metro TV, Sabtu (10/5/2025).

"Gubernur Jawa Barat gubernur aing itu adalah gubernur konten yah sesuai yang disampaikan Gubernur Kaltim," sambungnya.

Ono menyinggung, wacana penerapan Vasektomi sebagai penerima bansos belum dibicarakan secara resmi bersama DPRD.

Ono Surono menerangkan tiga alasan vasektomi tak bisa dijadikan syarat penerima bansos.

Pertama, berdasar Undang-Undang yang berkaitan dengan keluarga berencana (KB) tidak boleh dipaksa.

"Sangat jelas bahwa pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapapun dalam bentuk apapun bertentangan dengan hak asasi manusia dan pelakunya akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan," kata Ono.

Jika KB dijadikan sebagai syarat penerima bansos, maka Ono berpendapat bahwa itu merupakan bentuk pemaksaan.

"Kalau KB dikaitkan dengan bansos maka ini bentuk pemaksaan yang dilarang Undang-Undang," katanya.

ONO BELA AURA CINTA - Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Ono Surono membela remaja putri, Aura Cinta yang dibully netizen usai berdebat dengan Dedi Mulyadi. Menurutnya, para konten kreator yang menyebarkan video debat tersebut hanya untuk meraup cuan untuk segera taubat. (Kompas.com/Faqih Roman Syafei dan Tangkapan layar Youtube KDM).
Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Ono Surono berdebat dengan Dedi Mulyadi.  (Kompas.com/Faqih Roman Syafei dan Tangkapan layar Youtube KDM.)

Kedua, dari segi agamapun menurut Ono Vasektomi merupakan cara yang dilarang, terutama dalam Islam.

"Yang saya tahu sidang sampai ke 4 MUI membahas Vasektomi bahwa masih dikategorikan sebagai alat atau upaya pencegahan kehamilan yang diharamkan," katanya.

Menurut Ono Surono, Dedi Mulyadi mengatakan bansos yang dimaksud merupakan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jabar, bukan Pemerintah Pusat.

Sedangkan kata Ono, bansos dari Pemprov hanyalah untuk korban bencana.

"Alangkah kejamnya negara ini orang yang kena bencana lalu akan diberikan bantuan lalu dipotong dulu itunya. Kejam sekali kan berarti," kata Ono Surono.

Dia menegaskan jika KDM membawa wacana tersebut ke DPRD, fraksi PDI Perjuangan dipastikan menolak.

"Fraksi lain juga pasti merespon negatif," katanya.

Walau demikian, Ono juga meyakini KDM tak akan berani membawa usulan itu ke DPRD untuk dijadikan sebagai aturan.

Sebab kata Ono, Dedi Mulyadi akan terancam diberhentikan sebagai Gubernur Jabar.

"Karena seorang kepala daerah yang membuat kebijakan yang bertentangan dengan Undang-Undang maka sesuai Undang-Undang 23 2014 tentang pemerintah daerah, dimana ada pasal yang mengatur bahwa kewajiban kepala daerah tidak melanggar peraturan perundang dan konsekuensi bila dilanggar maka dia bisa diberhentikan," jelasnya.

Oleh karenanya Ono berpendapat wacana vasektomi syarat penerima bansos hanyalah gimmick Dedi Mulyadi.

"Nah sehingga saya katakan bahwa vasektomi hanya gimmick saja bagi Dedi Mulyadi. Dia tidak akan berani juga, akan memutuskan atau merancang sebuah aturan yang menetapkan vasektomi sebagai syarat bagi penerima bansos. Jadi yang penting viral," kata Ono Surono.

(TribunJakarta)

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f.

Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved