Ada di TKP Ledakan Amunisi, Salim Justru Tak Tahu 2 Adiknya Tewas: "Tahunya Udah di RS"
Salim, merupakan kakak kandung dari Iyus dan Anwar, korban tewas dalam kegiatan pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Desa Sagara, Garut.
TRIBUNJAKARTA.COM - Salim, merupakan kakak kandung dari Iyus dan Anwar, korban tewas dalam kegiatan pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Senin (12/5/2025) pukul 09.30 WIB.
Salim mengaku mengetahui situasi di lokasi saat ledakan terjadi. Namun ia justru tak tahu jika dua adiknya itu turut berada di sana.
Sebab, kata dia, warga di sana memang biasa mengambil puing sisa ledakan untuk dijual.
"Ngga janjian apa-apa. Saya memang ngga tahu ada adik saya di lokasi itu," katanya dikutip dari Youtube Nusantara TV, Selasa (13/5/2025).
Pagi itu, Salim mengatakan memang berniat ke sana. Begitu sampai ia segera memarkirkan kendaraan roda duanya.
Sayangnya, belum sempat mesin motor dimatikan, ia justru mendengar suara ledakan.
"Saya lagi standarin motor, belum sampai di matiin tiba-tiba udah ada yang meledak," sambungnya.
Suasana yang kadung kacau itu, membuat dirinya mondar-mandir di lokasi.
Sayup-sayup Salim mulai mendengar keberadaan dua adiknya di lokasi kejadian.

Ia pun bergegas sampai kelimpungan kala mencari keberadaan Iyus dan juga Anwar.
"Waktu di lokasi, waktu meledak, saya sampai mondar-mandir terus-terus, cari-cari adik saya dua-duanya belum ketemu. Malah saya tanyain sama TNI," ucapnya.
"Pak ketemu sama adik saya yang namanya Iyus?," tanyanya bingung saat itu.
"Ngga" jawab Salim menirukan suara anggota TNI saat itu.
Salim langsung bergegas ke rumah hingga ke kebun tempat adiknya bekerja. Diketahui, Iyus memang seorang petani.
"Cari ke kemahnya, ke kebun adik saya tanyain langsung sama bininya (istrinya) katanya gak ada di sini. Adik saya ke mana larinya," bebernya.
Sampai akhirnya ia mendengar kabar jika dari 9 warga sipil yang tewas, dua diantaranya merupakan adik kandungnya.
"belum tahu (udah meninggal). Tahunya udah di sini (rs)," pungkasnya.
Kronologi Kejadian
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan, ledakan amunisi di Kabupaten Garut, Jawa Barat, terjadi di salah satu lubang amunisi afkir atau tidak layak pakai.
Ia menjelaskan kronologinya dari awal, bahwa jajaran Gudang Pusat Amunisi dan Pusat Peralatan TNI Angkatan Darat telah melakukan pengecekan prosedur dan lokasi pada Senin (12/5/2025) pukul 09.30 WIB.
"Pada awal kegiatan secara prosedur telah dilaksanakan pengecekan terhadap personel maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan dan semuanya dinyatakan dalam keadaan aman," ujar Wahyu dalam konferensi persnya, Senin (12/5/2025).
Selanjutnya, tim penyusun amunisi dari TNI Angkatan Darat (AD) melakukan persiapan pemusnahan di dalam dua lubang sumur yang disiapkan sebelumnya.
Setelah itu, tim penyusun amunisi ke pos masing-masing untuk melaksanakan pengamanan. Peledakan amunisi afkir di dua lubang sumur tersebut pun berhasil dilakukan.
"Peledakan di dua sumur ini berjalan dengan sempurna dalam kondisi aman," ujar Wahyu.
Kemudian, terdapat satu lubang sumur lain yang peruntukannya untuk menghancurkan detonator.
Termasuk sisa detonator yang ada berkaitan dengan amunisi tidak layak pakai tersebut.
"Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut, secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," ujar Wahyu.
Akibat kejadian tersebut 13 orang meninggal dunia dalam kejadian ledakan amunisi di Garut, Jawa Barat.
Salah satu korban meninggal dunia adalah Kepala Gudang Pusat Amunisi 3 Pusat Peralatan TNI AD Kolonel Cpl. Antonius Hermawan.
"Data yang meninggal adalah empat orang dari anggota TNI Angkatan Darat, yaitu Kepala Gudang Pusat Amunisi 3 Pusat Peralatan TNI AD Kolonel Cpl. Antonius Hermawan, Kepala Seksi Administrasi Pergudangan Gudang Pusat Amunisi 3 Pusat Peralatan TNI AD Mayor Cpl Anda Rohanda," ujar Wahyu.
"Dan dua orang anggota gudang pusat amunisi 3 Gudang Pusat Peralatan TNI Angkatan Darat yaitu Kopda Eri Triambodo dan Pratu Aprio Seriawan," sambungnya.
Selain empat anggota TNI AD, sembilan korban akibat ledakan amunisi di Garut itu adalah masyarakat sipil, yakni Agus bin Kasmin, Ipan bin Obur, Anwar, Iyus bin Inon, Iyus Rizal bin Saepuloh, Totok, Dadang, Rustiawan, dan Endang.
Warga Biasa Ambil Sisa Puing
Dalam tayangan Youtube Kompas TV, Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Kristomei Sianturi mengatakan warga sipil tewas di lokasi kejadian.
"Saat ini semua korban menginggal dunia sudah dievakuasi ke RSUD Pameungpeuk untuk dilakukan autopsi dan pemulasaran jenazah," katanya dikutip Tribun Jakarta.
Kemudian, pembawa acara Kompas TV menanyakan perihal adanya warga sipil di lokasi ledakan dan bertanya perial radius yang aman bagi warga.
Mayjen Kristomei Sianturi justru mengungkapkan 'kebiasaan' masyarakat atau warga usai ledakan.
"Sebetulnya itu kebiasaannya adalah masyarakat ketika setelah ledakan dikira aman, mereka merapat ke lokasi kejadian. Itu yang akan kita dalami nanti, apakah semua SOP itu sudah dikerjakan apa belum. Saat ini kami belum bisa mengandai-andai, sementara kita baru menerima laporan ini yang bersifat sementara," ungkapnya.
Kata dia, masyarakat biasanya mengambil puing sisa ledakan sehingga mendekat ke lokasi.
"Nanti akan kita dalami apa yang menyebabkan demikian. memang biasanya selesai ledakan masyarakat datang untuk mengambil sisa-sisa ledakan tadi, apakah serpihan logamnya yang dikumpulkan, tembaga atau besi yang memang bekas dari misalnya granat, kemudian mortir," tambahnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kronologi Ledakan Amunisi di Garut: Peledakan Awal Aman, Tiba-tiba..
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.