Janji Dedi Mulyadi ke Keluarga Korban Tewas Ledakan Amunisi: "Biaya Hidup dan Sekolah Saya Tanggung"
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi membuat janji kepada keluarga korban tewas dalam kegiatan pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Desa Sagara, Garut.
TRIBUNJAKARTA.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi membuat janji kepada keluarga korban tewas dalam kegiatan pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Senin (12/5/2025) pukul 09.30 WIB.
Di depan keluarga korban, Dedi Mulyadi mulanya menyampaikan rasa belasungkawanya atas kejadian ledakan amunisi yang menewaskan 13 orang.
Kemudian, ia berbincang dengan perwakilan dari keluarga korban.
Mendengarkan dengan seksama, Dedi Mulyadi yang mengenakan pakaian serba putih ini akhirnya mengangkat anak-anak dari keluarga korban sebagai anak asuhnya.
Yakni dengan membiayai sekolah mereka hingga ke perguruan tinggi.
Selain itu, eks Bupati Purwakarta ini juga akan memberikan uang tunai sebesar Rp 50 juta perkeluarga korban tewas.
"Seluruh anak-anak dari korban, sampai perguruan tinggi saya yang urus. Satu keluarga saya menyampaikan Rp 50 juta. Saya sampaikan ke keluarga secara langsung hari ini," katanya dikutip dari Youtube Kompas TV, Selasa (13/5/2025).
Mendengar ucapan itu, para keluarga korban pun langsung mengamini.
Beberapa dari mereka juga kembali mencurahkan isi hatinya. Di mana dari salah satu keluarga korban tewas bercerita jika memiliki adik yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK).
Akhirnya, Dedi Mulyadi menyampaikan akan menanggung biaya hidup keluarga korban tewas. Baik yang sudah berkeluarga maupun yang belum.

"Seluruh anak-anak dari keluarga korban itu biaya hidup dan sekolahnya sampai kuliah saya tanggung jawab," tegasnya.
"Tugas gubernur adalah ngurususin anak-anak yang ditinggalkannya agar tidak terlantar pendidikannya, agar tidak terlantar kehidupannya. Semua anak-anaknya yang berkeluarga dan maupun belum berkeluarga jadi tanggung jawab saya," pungkasnya.
Cerita Keluarga Korban
Salim, merupakan kakak kandung dari Iyus dan Anwar, korban tewas dalam ledakan amunisi di Garut.
Salim mengaku mengetahui situasi di lokasi saat ledakan terjadi. Namun ia justru tak tahu jika dua adiknya itu turut berada di sana.
Sebab, kata dia, warga di sana memang biasa mengambil puing sisa ledakan untuk dijual.
"Ngga janjian apa-apa. Saya memang ngga tahu ada adik saya di lokasi itu," katanya dikutip dari Youtube Nusantara TV, Selasa (13/5/2025).
Pagi itu, Salim mengatakan memang berniat ke sana. Begitu sampai ia segera memarkirkan kendaraan roda duanya.
Sayangnya, belum sempat mesin motor dimatikan, ia justru mendengar suara ledakan.
"Saya lagi standarin motor, belum sampai di matiin tiba-tiba udah ada yang meledak," sambungnya.
Suasana yang kadung kacau itu, membuat dirinya mondar-mandir di lokasi.
Sayup-sayup Salim mulai mendengar keberadaan dua adiknya di lokasi kejadian.
Ia pun bergegas sampai kelimpungan kala mencari keberadaan Iyus dan juga Anwar.
"Waktu di lokasi, waktu meledak, saya sampai mondar-mandir terus-terus, cari-cari adik saya dua-duanya belum ketemu. Malah saya tanyain sama TNI," ucapnya.
"Pak ketemu sama adik saya yang namanya Iyus?," tanyanya bingung saat itu.
"ngga" jawab Salim menirukan suara anggota TNI saat itu.
Salim langsung bergegas ke rumah hingga ke kebun tempat adiknya bekerja. Diketahui, Iyus memang seorang petani.
"Cari ke kemahnya, ke kebun adik saya tanyain langsung sama bininya (istrinya) katanya gak ada di sini. Adik saya ke mana larinya," bebernya.
Sampai akhirnya ia mendengar kabar jika dari 9 warga sipil yang tewas, dua diantaranya merupakan adik kandungnya.
"belum tahu (udah meninggal). Tahunya udah di sini (rs)," pungkasnya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.